A/N: Hi everybody! Sorry I made you wait an extra week for this chapter. I had something of a surprise vacation pop up, and then got some last-minute beta notes, but now we're in the homestretch and ready to go! And the last chapter is all written as well, so it will be published on time next Tuesday.
Special thanks to mrssakurahatake for writing with me so much, especially during the last part of this story. It kept me going and helped me finish! You're the best! And thanks always to everyone who takes the time to leave a review/comment, they all make me so happy and really encouraged me to keep going when I started doubting the story. Thank you so much!
Enjoy it!
***
"Sakura-chan?"
Sakura terkejut mendengar suara Kakashi dan menyadari bahwa sang Hokage sedang berbicara kepadanya. Berkedip, ia menoleh ke arah Kakashi dan berkata, "Maafkan aku, Kakashi-sensei. Aku sedang memikirkan sesuatu."
Mereka berdua berada di kantor Hokage, duduk di kedua sisi meja yang lebar dengan setumpuk dokumen rumah sakit di antara mereka. Beberapa minggu telah berlalu sejak Sakura kembali ke masanya sendiri, dan dia telah kembali bekerja. Biasanya, pekerjaan yang dilakukannya akan menjadi pengalih perhatian yang tepat dari pikiran-pikiran yang mengganggunya sejak ia kembali dari masa lalu.
Namun, menjadi orang kedua Shizune berarti dia harus menghabiskan lebih banyak waktu di menara Hokage sebagai perantara rumah sakit dengan Hokage—dan itu berarti dia harus bekerja sama dengan Kakashi. Dan tidak peduli seberapa keras dia berusaha, pikirannya terus beralih pada fantasi yang seharusnya tidak dia miliki tentang Hokage-nya.
Kakashi bersandar di kursi, melipat kedua tangannya dengan santai di depannya, dan gerakan itu menarik perhatian Sakura kembali kepadanya saat Kakashi berbicara. "Kau terlihat gelisah sejak kembali dari masa lalu. Apa ada sesuatu yang terjadi?" tanyanya, memiringkan kepala perlahan seraya menatap Sakura dengan mata kelabunya yang tajam. "Sesuatu yang tidak disebutkan dalam laporanmu, mungkin?"
"Tentu saja tidak," kata Sakura cepat, mencoba untuk tidak terdengar panik sebagaimana yang ia rasakan. Mungkinkah pria itu benar-benar bisa membaca pikirannya dengan mudah? Ia masih merasa bahwa tidak memberitahukan apa yang terjadi di antara mereka adalah keputusan yang tepat—tetapi pria itu mempersulitnya. Begitu juga dengan pikirannya, dan persediaan lamunan liarnya yang tampaknya tak ada habisnya. "Semuanya tertulis dalam laporanku," dia berbohong.
Kakashi merenung dalam diam, namun ia tidak langsung menanggapi, ia justru beringsut mundur dari meja lalu berdiri dan berjalan ke arah jendela. Setelah melihat keluar, memandang desa sejenak, ia menoleh, melihat dari balik bahunya pada Sakura dan berkata, "Kau tahu kau bisa mengatakan apapun padaku, kan, Sakura-chan?"
Sakura-chan. Pria itu tidak pernah memanggilnya seperti itu sebelumnya—hanya Sakura. Tersenyum pada Kakashi dan berharap senyumannya tidak terlihat semuram yang ia rasakan, ia berkata, "Tentu saja, Kakashi-sensei."
Tidak suka dengan kerutan di dahi pria itu yang mengamatinya dengan khawatir, Sakura meletakkan tangannya di atas meja dan turut bangkit, berdeham. "Apa menurutmu kita sudah cukup bekerja untuk hari ini?" tanyanya. "Aku ingin pulang lebih awal. Aku tidak bisa tidur nyenyak semalam." Itu adalah kebohongan lain. Sesungguhnya, dia hanya ingin membuat jarak di antara mereka. Akan lebih mudah untuk tidak memikirkan pria itu saat Kakashi tidak berada di hadapannya. Setidaknya itulah yang Sakura katakan pada dirinya sendiri.
Ketika gadis itu mengatakan bahwa ia tidak bisa tidur nyenyak, Kakashi membalikkan badannya dan menatapnya dengan alis terangkat. "Ada yang mengganggu pikiranmu?" tanyanya.
Sesaat ingatan yang hampir mengacaukannya menyelimuti Sakura, dan ia sejenak dibawa kembali ke masa lalu, dengan Kakashi yang lebih muda menanyakan hal yang sama. Menggelengkan kepala untuk menjernihkan pikiran dan menjawab pertanyaan Kakashi, Sakura dengan cepat berkata, "Tidak, kurasa aku terlalu banyak mengonsumsi kafein kemarin." Dengan lebih pelan, ia menambahkan, "Tapi terima kasih sudah bertanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
When I See You Again
FanfictionDi usianya yang ke dua puluh lima tahun, Sakura terlempar kembali ke empat belas tahun lalu, terima kasih pada jutsu ciptaan Hokage Ketiga untuk pengalaman lintas waktunya yang berharga. Namun, sebelum Sandaime mengirimnya kembali ke masanya, dia me...