PAGE 28

42.2K 3.4K 10
                                    

Irish mulai merasa panik melihat layar ponselnya menunjukkan sepuluh kali panggilan tak terjawab dari balthazar per hari ini. Irish tidak mengerti kenapa ia harus panik seperti seorang yang ketahuan maling ayam ketika balthazar akhirnya tau dia sedang dirumah bu meisya bersama daniel juga.

Selepas membuat bubur dan makan bersama di selingi obrolan ringan, irish pamit pulang karena hari juga mulai sore. Irish menghela nafasnya lelah ketika baru saja memarkirkan mobilnya di halaman rumahnya bertepatan dengan turunnya balthazar dari SUV miliknya.

Rasa lelah bercampur dengan kesal agaknya bukan perpaduan yang pas untuk meghadapi balthazar yang kini menunggunya turun dari mobil.

Irish malas melakukannya tapi tidak mungkin ia putar balik sementara tubuhnya sudah minta istirahat

"Dari mana"? Balthazar tau suaranya menegas dan pertanyaan itu adalah sebuah pertanyaan retoris. Ia sudah tau dari bu meisya dan daniel pun sudah mengiyakan. Irish baru saja pulang sehabis dari rumah daniel.

Balthazar tidak senang dengan itu, pengabaian-pengabaian irish padanya membuat hatinya tidak terima. Kenapa harus daniel? Pria yang pernah setuju di jodohkan dengan Irish. Keluarga daniel hanya belum membicarakan itu lebih lanjut.

"Ngapain lagi sih kesini"? Irish berucap dengan nada lelah yang tidak di sembunyikan.

"Satu-satunya cara yang saya punya cuma ini irish, kamu aja gak pernah mau balas satu huruf pun dari pesan saya" balthazar sebenarnya tau ia tidak boleh kesal. Tapi irish juga tau kalau dia bukan nabi yang sabarnya tak terhingga.

"Ya karena buat apa? Aku kan udah jelasin kesalah pahaman itu" balas irish dengan ikut kesal pula.

"Setelah kamu puas dengan dendam kamu? Ke vanesya? Atau kesalnya kamu ke shilla? Maka setelah itu kamu bebas menganggap saya bukan apa-apa"? Irish terdiam. Otaknya dapat mencerna dengan baik maksud dari balthazar. Dibandingkan tersinggung karena di sindir terang-terangan irish malah lebih merasa bersalah. Balthazar benar, setelah memanfaatkan pria itu untuk kepentingan pribadinya ia bahkan tidak pernah mengucap terimakasih namun sekarang bertindak jahat dengan mengabaikan apapun yang pria itu lakukan.

"Terus kamu maunya gimana"? Irish hampir menangis, tidak tau kenapa tapi hari ini ia lelah sekali. Lalu bertemu dengan balthazar yang kesal malah tambah membuatnya bingung harus apa.

Irish tidak menghindar saat balthazar memeluknya, pria itu mengusap punggungnya pelan naik turun seolah memintanya untuk tenang, irish juga merasakan ciuman bertubi-tubi dari balthazar pada puncak kepalanya. Perlakuan ini lama-lama akan membuatnya luluh juga, apalagi sebelumnya irish tidak mendapatkan hal begini dari siapapun. Tapi dia ini balthazar.

Sisi jahatnya yang masih menyimpan dendam membuat irish berfikir biarkan balthazar jatuh cinta padanya sejatuh-jatuhnya lalu tinggalkan dia demi membalas sakitnya hati irish atas ulahnya dulu. Bukankah itu terdengar menarik? Balthazar pria penguasa di sekolahnya tidak ada yang bisa melawannya kala itu, tapi irish punya kesempatan.

Pikiran itu membuat irish malah bertahan dalam pelukan balthazar yang hangat. Lelah itu seakan terobati hanya karena sebuah pelukan? Irish meragu. Ia mendorong pelan tubuh balthazar dan pria itu tidak menolak.

"Aku capek banget hari ini, mau istirahat" irish berkata tanpa berani menatap balthazar. Irish tidak tau, apakah semua pria memang tatapannya seintens itu?

Balthazar menatapnya seolah sedetik saja ia berkedip irish akan menghilang

"Iya, besok saya anter ke kampus" irish tidak mau cari mati. Dan pikirannya tadi harus ia singkirkan. Dia adalah balthazar, meski irish punya dendam namun rasanya apa yang pikirkan tadi tidak dapat di terima akal sehatnya. Irish ingin sesekali menjadi jahat tapi kenapa sulit sekali?

WE NEED TO TALKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang