PAGE 61

39.9K 4K 164
                                    

Irish sebenarnya adalah tipe orang yang suka sendiri. Dalam beberapa hal, apa-apa yang terjadi padanya selalu dia selesaikan sendiri. Bukan karena Luna dan Kavindra tidak perhatian, tapi memang Irish yang merasa bisa sendiri. Sehingga kemarin, Irish juga memilih menyimpan sendiri kepusingannya ketika tiba-tiba saja Balthazar melamarnya.

Tidak ada angin tidak ada hujan dia melamarnya! MELAMARNYA!

Irish belum selesai dengan keterkejutannya sejak kemarin-kemarin. Balthazar selama ini tidak berubah, dia tetap perhatian dan rajin berkabar tiap harinya. Balthazar selalu menceritakan kesibukannya tanpa Irish minta, setiap dia pulang kerja selalu menyempatkan diri menemui Irish dirumahnya walaupun tidak lama.

Balthazar memang membuktikan soal cinta yang selalu ia koar-koar kan. Irish juga tidak bisa tidak merasa bahagia dan begitu di inginkan oleh sikap Balthazar.

Irish hanya sedang sibuk melamun di kursi panjang depan kolam renang belakang rumahnya saat Balthazar datang dan mencium kepalanya.

Balthazar?

Irish berbalik, Balthazar dengan pakaian kerjanya mengambil duduk di samping Irish yang menatapnya kebingungan.

"Kok disini?" Ini masih pukul tiga sore, Balthazar seharusnya masih sibuk pada pekerjaannya.

"Mama baru pulang dari Jerman, dia kesini bawa oleh-oleh." Balthazar sampai geleng-geleng kepala karena tingkah Julie. Membaiknya Stella juga berarti membaiknya Julie. Balthazar mengambil cela disana mengatakan niatnya pada Julie yang kemarin melamar Irish dan berniat menikah dengannya. Julie awalnya tidak percaya, tapi dengan pelan dan detail Balthazar jelaskan semuanya hingga Julie paham dan percaya. Dia terlalu bersemangat hingga memutuskan pulang dan membeli banyak sekali barang dan oleh-oleh untuk Luna dan Irish.

Irish dari posisinya sekarang dapat mendengar teriakan heboh ibunya yang sepertinya terkejut di datangi Julie tiba-tiba.

"Kamu gimana hari ini? Lancar?" Balthazar mengusap kepala Irish sekilas, tadi pagi Irish memang cerita kalau dia sedang ada ujian di mata kuliah pak Daniel.

"Lancar, susah sih. Tapi mudah-mudahan enggak jelek-jelek amat nilainya" dia pak Daniel loh, yang meski tau anak didiknya nyaris serangan jantung mengerjakan soalnya, nilai selalu sudah pas Di A- Irish sepanjang kuliah belum pernah dapat A kalau dari pak Daniel. Mengerjakan soal dengan benar dan tepat waktu juga tidak di maki-maki saja sebenarnya sudah syukur.

"Daniel emang gitu, dia lembut ke mama sama kakaknya aja." Balthazar teman pak Daniel. Irish sampai lupa, maka jangan sampai ia bicara sembarangan soal pak Daniel di depannya. Walaupun agaknya Balthazar tidak sekurang kerjaan itu untuk mengadu ke pak Daniel sih.

"Kamu udah lama ya kenal sama dia?" Mengingat mereka lumayan akrab dari yang beberapa kali Irish temui. Mereka bahkan lo-gue di luar kampus kan?

"Udah dari kecil, pisah juga karena saya ke Jerman." Daniel dan dia mulai berteman sejak dia remaja, ketika di Jerman pun komunikasi diantara mereka tetap terjaga.

"Pak Daniel galak juga berarti ke kamu?" Katanya tadi pak Daniel lembut hanya ke ibu dan kakaknya. Kalau ke bu Meisya, Irish pernah lihat beberapa kali, kalau ke kakaknya, Irish tidak pernah dan sebenarnya baru tau dia punya kakak.

"Sebenarnya ngobrol sama dia enak, dia pendengar yang baik, bicara sama dia kayak ngomong sama kakak." Irish sebenarnya pernah berfikir pak Daniel dan Balthazar mungkin punya jarak umur yang lumayan, mengingat pak Daniel yang sudah duluan menjadi dosen dengan gelar yang Irish sampai lupa saking panjangnya.

"Kalian beda berapa tahun emang?"

"Lima kayaknya, apa empat ya?" Wow, jadi pak Daniel memang lebih tua diatas mereka? Pantas di marahi pak Daniel terasa di marahi Kavindra. Irish spontan tertawa, Balthazar menoleh padanya dengan senyum. Tidak pernah kah dia bilang betapa senyum dan tawa Irish begitu indah baginya? Orang lain mungkin bisa menyebutnya gila, terlalu berlebihan, dan lain sebagainya. Tapi Balthazar serius, cinta memang sehebat itu efeknya. Hingga apapun yang Irish lakukan, ia akan jatuh cinta berulang kali.

WE NEED TO TALKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang