04 | Quincy Market

50 13 12
                                    

SUASANA sore hari di hotel mewah itu mempesona, dengan sinar matahari yang lembut menyinari kolam renang yang mengkilap dan pemandangan indah dari jendela besar, menciptakan suasana yang menenangkan dan menyejukkan hati.

Cecilia sibuk memilih pakaian di antara gantungan baju yang memuat banyak pakaian dari merek ternama. Ia sendiri saat ini memakai atasan sweter berleher tinggi tanpa lengan berwana abu dan celana wol berpinggang tinggi dengan warna senada tetapi lebih gelap. Ia tampak sangat elegan dengan rambut yang dicepol.

"Jadwal pemotretan hari ini benar-benar melelahkan," sahut seorang perempuan dari belakang.

Cecilia berhenti pada beberapa pakaian dan menyampirkan benda itu di lengannya. Ia kemudian berbalik dan tersenyum sambil menatap seorang wanita cantik dengan tubuh yang tinggi semampai.

"Bersyukurlah, Whitney. Setidaknya pekerjaanmu hari ini hanya berpose dan berganti baju," ujar Cecilia.

Whitney berjalan menuju sofa dan duduk di sana. Rasa lelah benar-benar tak bisa disembunyikan saat helaan napas panjangnya mengembus di udara.

"Aku tidak bisa menyalahkanmu, Cecil. Kau benar, tapi aku bersumpah bahwa fotografernya sangat menyulitkanku," keluh Whitney, sambil menatap sang fotografer dari kejauhan dengan tatapan tak suka.

Kamar hotel tempat mereka berada sekarang diubah menjadi tempat pemotretan untuk peluncuran salah satu majalah terkenal.

Whitney, wanita berparas sempurna itu adalah seorang penyanyi yang namanya sedang naik daun di kota Boston. Karena itulah dirinya akhir-akhir ini sering mengikuti banyak macam pemotretan yang membuatnya sering merasa tak siap. Dan hal itulah juga yang membuat Cecilia sangat bangga dengan pekerjaannya. Suatu kehormatan baginya bisa bekerja sama dengan tokoh terkenal yang asik seperti Whitney.

Cecilia menghampiri Whitney sambil memandang kagum pada hasil gaya pakaian yang dia berikan pada wanita itu.

Whitney mengenakan blus kerah terbuka berwarna rose brown dan celana pendek hitam yang disesuaikan. Tak lupa dengan aksesoris seperti anting dan kalung, serta gaya rambut yang ditata sempurna sehingga membuat auranya tampak begitu bersinar.

Cecilia menyerahkan pakaian yang tadi ia sampirkan di lengannya kepada Whitney.

Kali ini wanita cantik itu akan melakukan pemotretan baru dengan pakaian yang berbeda pula. "Yang ini punya konsep gelap dan seksi," kata Cecilia.

Whitney mengangguk lalu berdiri dari tempatnya. Namun, sebelum wanita itu pergi berganti baju, Cecilia berbicara lagi. "Aku akan langsung pulang, ini pemotretan terakhirmu hari ini kan? Aku duluan ya." Ia lalu membereskan barang-barangnya.

Kening Whitney berkerut. "Bukankah kita akan makan malam bersama dengan tim pemotretan nanti?" tanya wanita itu.

Cecilia menatap ponsel yang ada di genggamannya. "Aku tidak bisa hadir. Aku punya janji dengan seseorang," jawabnya.

Kata-kata Cecilia tersebut mengalun tegas di udara seakan-akan janjinya lebih penting dari segala sesuatu yang ditawarkan. Dan tentu saja ada sedikit perasaan kecewa di hati Whitney, sebab dirinya akan dikelilingi oleh orang-orang yang tidak dekat dengannya di ruangan ini. Khususnya sang fotografer.

Whitney dan Cecilia baru saja berkenalan dua hari yang lalu saat atasan Whitney menghubungi Cecilia dan memintanya menjadi penata busana Whitney dalam lima hari ke depan untuk pemotretan majalah.

Mereka berdua lalu bertemu dan segera menjadi akrab, saat keduanya memiliki ketertarikan yang sama terhadap pantai dan selancar.

Whitney suka berselancar dan sampai sekarang pun masih. Sedangkan Cecilia sudah tak punya waktu untuk itu karena kesibukannya.

HAVOC Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang