07 | Seconds of Havoc : the weight of tomorrow

13 1 0
                                    

"AKU tidak peduli dengan ... entah siapa namanya, yang jelas kau akan tetap membiarkanku mengerjakan proyek dengan Whitney!"

Cecilia merasakan stres yang mendalam terhadap kehidupannya saat ini. Tersisa satu hari sebelum pernikahannya yang diadakan besok dan dirinya dipaksa untuk tetap tenang menikmati pedikur yang didatangkan Ibunya ke rumah.

Wanita muda yang sedang memijat kakinya saat ini terlihat tenang, walau wajahnya menunjukkan tanda-tanda khawatir pada Cecilia yang sepertinya sebentar lagi akan gila.

"Tidak, tidak! Kita sudah melakukan kontrak. Aku tidak akan membiarkan pekerjaanku juga ikut diambil alih walau hanya sebentar. Aku sungguh tidak terima, ini adalah diskriminasi! Kau mendukung budaya patriarki yang negatif, Robert?! Kau tidak takut jika aku menyebarnya dan posisimu terancam? Bajingan kau!"

"Astaga, Cecil!" Tamara tidak percaya dengan apa yang keluar dari mulut anaknya.

Di sisi lain, wanita muda yang memijat kaki Cecilia tadi membulatkan matanya, ia terkejut. Tapi setelah itu tetap melanjutkan pekerjaannya lagi.

Cecilia sedikit menjauhkan ponselnya dari telinga lalu menatap Tamara yang baru saja keluar dari dalam kamar mandi. "Tolong, Ibu. Untuk kali ini biarkan aku saja yang mengurusnya," balasnya, lalu kembali pada panggilan yang sayangnya sudah diputuskan oleh pria bernama Robert. "Halo? Halo?! Dasar tua brengsek! Kenapa diputuskan." Ia membuang ponselnya ke atas sofa dan memaki dengan amarah di ambang batas.

Tamara memandang khawatir. "Bukannya kau sudah menerima perhentian kontrakmu dengan Whitney? Damien juga sudah mencarikan pengganti dan pihak Whitney tidak menolak 'kan," tanyanya.

Cecilia mengembuskan napas. Perasaan gelisah yang bercampur aduk dengan amarah menggerogoti jiwanya. "Awalnya begitu," Ia berkata.

"Awalnya begitu?"

"Eh ... maaf."

Perhatian Ibu dan anak itu seketika tertuju pada seorang Beautician, wanita muda yang melakukan pedikur pada kaki Cecilia.

Sambil membereskan barang-barang, wanita muda ini membungkuk sopan dan pamit undur diri karena pekerjaannya sudah selesai. "Saya akan pulang." Tapi setelahnya, wanita itu masih bertahan pada posisinya, ia menunggu diberikan tip, walau sebenarnya jasa pedikur yang dibayar Tamara sudah cukup mahal.

Cecilia akhirnya memberikan tip sebesar 2 dolar, lalu melanjutkan percakapannya dengan Tamara.

"Kupikir ini bukan sesuatu yang buruk, Ibu, tetapi aku salah. Aku sadar bahwa Damien perlahan ingin mencabut kebebasanku dan hal itu bisa saja terjadi." Cecilia mengalihkan pandangan ke tempat di mana foto kakeknya yang sudah meninggal terpajang besar di atas perapian.

Kakeknya—Allen Smink—adalah laki-laki hebat. Berkat orang itu, keluarganya bisa mempertahankan perusahaan mereka yang bergerak di bidang listrik. Jasanya sungguh besar, karena hal ini juga Cecilia setiap malam menyelipkan permintaan maafnya pada Kakek Allen karena tidak bisa mengikuti takdir keluarga.

Tamara menepuk-nepuk bahu anaknya dengan lembut. Walau begitu, kalimatnya sungguh tidak lembut sama sekali. "Semua ini demi kebaikanmu, Cecil. Tidak mungkin kami ingin menikahkan dirimu dengan Damien jika pemuda itu hanya menjadikanmu pembantu atau menjualmu," ungkapnya.

Cecilia menarik napas lewat sela-sela giginya. Ibunya sekali. Terlalu memandang sesuatu sebagai hal yang sudah seharusnya begitu tanpa mau mengetahui hal buruk yang bisa saja terjadi. Mungkin Ibunya akan berhenti memojokkan dirinya jika ia mengancam untuk bunuh diri, inilah pikiran terburuk Cecilia.

"Tapi tidak dengan menyogok Robert dan mengirim penata busana tidak berkualitas untuk Whitney. Dia menghinaku."

Robert, seorang pria tua bangka yang modis dan gaul, punya nama mentereng di industri periklanan Boston, yang juga menjadi sponsor utama kerja samanya dengan pihak penyanyi terkenal—Whitney—dengan kurang ajarnya memutuskan kontrak kerja sama mereka demi uang hasil sogokan. Dia pikir dirinya bodoh tidak menyadari hal itu.

HAVOC Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang