Empat jam sudah Harry menyadarinya, remaja itu selalu berteriak begitu mengingat tingkah bodohnya pada timeline ini.
Terhitung sudah kelimabelas kalinya Harry menarik rambut hitamnya yang agak panjang.
Anak itu berbaring di kasur empuk berbalut sutra.
"Ini timeline penuh aib". Gumamnya.
Trang
Rantai di kakinya tak sengaja terbentur, Harry memerhatikan bagaimana rantai itu bergerak mengikuti kakinya.
"Yah, mari lanjutkan saja. Toh tidak ada yang akan berubah". Ucap Harry pasrah.
Kakinya beranjak pada meja di depan kasur, ia mendudukkan dirinya kemudian memakan makanan yang disiapkan oleh peri rumah.
Perutnya keroncong akibat ulahnya sendiri yang melupakan ingatannya.
'Kenapa juga harus datang sangat lambat' Gerutunya dalam hati.
Timeline sebelumnya, Harry adalah seorang pembunuh bayaran.
Dia membunuh orang-orang dengan menggoda mereka dan menyudutkan klien agar membayar lebih mahal.
Singkatnya dia lacur yang serakah.
Oh, jangan lupakan sifat pelitnya.
Terutama malasnya.
'Qu-'
"Een"
"My queen". Harry tersentak, ia terlalu tenggelam dalam pikirannya.
Ia melihat sekitarnya.
Para Mentri bawahan Voldemort menatapnya, ia juga memerhatikan bagaimana raja Wizarding Britannia memerhatikan dirinya.
"Ah..."
"Sepertinya kau sangat tidak fokus belakangan ini". Suara Voldemort terdengar jelas.
Aura dominannya menguasai atmosfer ruangan.
"Aku mengantuk, apa rapatnya sudah selesai?"
....
Harry memerhatikan bagaimana semua orang tercekat pada perkataannya.
Ah
Harry mencelos, dia lupa kan sebelumnya dia anak polos merujuk bodoh yang selalu beranggapan bahwa dia adalah pahlawan.
Harry merasa ingin menangis saja.
"Rapatnya selesai". Harry mendengar suara tegas Voldemort.
Ia merasakan pergerakan, dengan reflek dia memegang pundak Voldemort.
Dia diangkat dengan mudah dengan satu tangan, sementara tangan yang lain memegang pinggangnya.
Serentak para Mentri menunduk sebelum mereka pergi.
"Silahkan istirahat yang mulia". Ucap Lucius.
Harry tak memberontak sedikitpun saat digendong Voldemort, malah jika diperhatikan dia menikmatinya apalagi dengan wajah acuh tak acuh sambil memakan coklat batangan.
"Kepalamu terbentur sesuatu?". Voldemort membuka suaranya.
Pria itu sudah memerhatikan bagaimana penurutnya Harry belakangan ini.
Diam saat didandani, tak membuang makanan saat waktu makan, dan tak memaki saat mereka bertemu.
Ini aneh, Voldemort jadi mengingat waktu saat Harry kabur.
Waktu itu bocah labil ini juga bersikap kurang lebih seperti ini.
"Aku memang membenturkannya enam kali kemarin lusa, tapi kurasa aku baik". Sahut Harry.