Open (01)

658 65 4
                                    

Dia menatap pantulan dirinya di cermin, matanya menatap bayangan namun pikirannya mengembara ke masa lalu. Mempertanyakan keputusan masa lalunya yang sekarang tak ia mengerti dan tentu ia sesali, bagaimana dia memilih jalan itu, bagaimana dia dengan sukarela mengambil jalan yang hanya terdapat kematian di ujungnya, entah kematian secara siratan atau arti kata itu yang sesungguhnya.

Harry tidak mengerti.

Jarinya menyentuh pipinya dengan perlahan, membelai pipinya yang halus, warna kulitnya yang indah, hidungnya yang mungil, bibirnya yang merah seperti delima, dan mata hijaunya yang indah, dia luar biasa. Keindahannya yang seperti hutan hujan dan kecantikannya yang sulit untuk digambarkan, Harry itu luar biasa.

Ini bukanlah narsisme, nyatanya dia mendengar ini dari banyak orang disekitarnya.

Memang apa salahnya hidup di dunia muggle? Toh, dia dibesarkan di dunia muggle pada tahun-tahun awal kehidupannya. Meski bukan pengalaman yang bagus, tapi sekarang dia bahagia di dunia tanpa sihir ini.

Dia sukses, dia terkenal, banyak orang yang mencintainya, dia adalah selebriti. Bahkan tahun ini dia mendapat julukan sebagai wajah tercantik dunia.

"Harry kau akan kemana selama masa liburanmu?"

Edward, manager Harry bertanya pada artisnya.

"Aku harus kembali ke kampung halamanku, aku punya sedikit urusan"

Edward memerhatikan ini, nada bicara Harry akan selalu berubah setiap berbicara tentang kampung halamannya. Entah apa yang terjadi pada anak yang ia anggap sebagai adiknya sendiri di masa lalunya, tapi dia yakin itu bukanlah masa lalu yang bagus.

"Begitu, berhati-hatilah"

"Tentu, sampai jumpa tahun depan"

Edward tersenyum, satu tahun ini Harry memutuskan untuk hiatus full dari kegiatan apapun. Dia tidak menjelaskan apapun, karena Harry adalah orang yang tertutup meski tingkahnya ceria.

"Sampai jumpa, Harry"

Mereka pun berpisah di stasiun.

Peron ¾ sudah berapa tahun dia tidak melihatnya? Tiga atau empat tahun? Harry tidak menghitung.

"Ah, sial"

Untuk apa menghitung pengalaman tidak mengenakkan itu.

                                 ........

Hagrid tidak bisa mengalihkan pandangannya pada anak yang baru ia temui beberapa saat lalu, anak itu memiliki penampilan yang luar biasa.

Dia menatap anak yang sekarang di sambut oleh Minerva, bahkan dari belakang anak itu terlihat menawan.

"Waww, dia seperti peri jika mengabaikan lidahnya"

Minerva bingung, seingatnya orang tua anak ini tidak memiliki sisi sedingin es. Tapi kenapa keturunan mereka malah lebih dingin dari pada anak-anak dari asrama Slytherin? Menjawab sesingkat mungkin  dan bersikap cuek, tapi ia berfikir jika itu mungkin karena anak ini masih belum terbiasa.

"Tuan Potter, meski kau tetap mengikuti angkatan tahun ketiga. Kau tetap akan mengikuti seleksi dari topi seleksi"

"Baik, professor"

"Kalau begitu ayo kita masuk"

Tap

Tap

"Siapa itu?"

"Astaga!"

"Hermione kau kenapa?"

"Waww"

"Ehemm!!"

ReturnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang