Open (02)

516 64 4
                                    

Makam dan kakek tua pedofil yang sialnya berwujud pemuda tampan, buruknya lagi wajah pria itu adalah tipenya.

Pria itu tersenyum dan mendekatinya, dia berlutut dan meminta tangannya.

Cup

Tangannya di kecup.

Harry menyisir rambutnya ke atas, dia menghela nafas dengan kasar. Dia kemudian menarik tangannya dengan kasar.

Harry menelisik sekitar dan pandangannya berhenti pada pria yang sekarang sudah berdiri tegak, ini berbeda. Seharusnya pria ini masih dalam wujud manusia ularnya, mungkin ini effect butterfly mengingat dia melangkah cukup besar dari putaran sebelumnya.

Dia mengalami regresi, Harry tidak mengingat berapa tepatnya. Tapi dia yakin keadaan seperti ini tidak pernah terjadi.

Harry melirik makam yang seharusnya menahannya, dia kembali memerhatikan sekitar. Tidak ada siapapun kecuali mereka berdua di sini.

"Tom Marvolo Riddle, bagaimana kau bisa bangkit?"

Pria itu menatapnya, dia tersenyum.

"Aku mendapatkan beberapa pertolongan dari seseorang dan orang itu juga membantuku untuk menemukan siapa mate-ku"

Mata hijau dan merah saling bertatapan, Harry yakin Tom atau Voldemort ini tidak berbohong.

"Kau bukan seseorang yang terpengaruh dengan halangan seperti mate, apa tujuanmu?"

Tom terkekeh.

"Kau berkata seakan sudah mengenalku dengan baik, tapi kau benar. Meskipun kau mate-ku hal itu bukan satu-satunya alasan aku tertarik padamu"

Dia membelai rambut hitam ikal yang lembut.

"Itu karena kau sendiri"

Tubuh Harry merinding, pria ini benar-benar mesum. Bokongnya sudah di raba-raba oleh kakek tua ini, dia harus menghentikannya sekarang.

"Lepas"

"Kenapa? Bokongmu sangat pas sayang, aku yakin mereka juga menyukai pijatanku"

"Tom, lepas"

"......"

Harry merasakan sesuatu di bawah, rasanya dia ingin menampar orang yang masih melakukan pelecehan pada bokongnya. Tapi itu akan percuma, orang ini sudah terangsang berat.

"Bajingan"

..........

"Aghhh"

Harry benar-benar kesulitan mengikuti pria diatasnya, tubuhnya berguncang hebat dan kenikmatan menjalar di seluruh tubuhnya.

"Ohhh, ahhh"

"Tommhh"

"Ahhh"

Tom semakin gencar mendorong, wajah keenakan Harry menambah rangsangan dirinya.

"Wahh, sayang kau yakin ini pertama kalinya. Bisa saja darah perwanmu ini bohong"

Sekarang mereka berubah posisi, Harry di atas.

"Agghh"

"Aku hanya pintar-aghh"

Tom menarik Harry tiba-tiba.

"Kau-"

"Ayolah sebut saja pria itu dan aku akan membunuhnya"

Harry tidak menghiraukan lagi Tom, mulutnya sibuk mendesah karena tangan Tom yang terus menerus menggerakkan pinggulnya. Otot tangannya itu luar biasa.

ReturnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang