The Boy

736 71 8
                                    

Rintik hujan ini sangat cocok, dia memegang erat ganggang payungnya. Bibirnya mendefinisikan melihat penampilan menyedihkan dari seorang yang bahkan bisa menulis sebuah lagenda, penyihir hebat yang mengorbankan semua miliknya hanya karena seorang pria dan berakhir mengenaskan di gang terdalam dunia muggle.

"Setidaknya pikirkan anak itu, wanita bodoh"

............

Harry membulatkan matanya, dia tahu wajah asli dari pria yang sedang duduk  dengan angkuh. Dia sangat mengenali wajah pria di depannya.

"Voldemort, apa nama tengahmu Marvolo?"

Dia perlu memastikannya.

"Oh, sepertinya calon ratuku tahu dengan baik siapa aku"

Nada pria itu mengejek, tapi Harry tidak bisa naik pitam sekarang.

"Lalu ibumu itu Merope Gaunt?"

"Kau tahu banyak rupanya"

Harry memucat, seharusnya dia mempercayai instingnya. Padahal saat pertemuan pertama mereka sudah jelas, namun dia mengelak mentah-mentah pikirannya.

Dumbledore memegang pundak Harry, mereka sekarang sedang membahas hari pernikahan untuk Harry dan Voldemort. Mereka mengambil jalur damai dengan ikatan pernikahan.

"Harry ada apa?"

Harry menghela nafas, dia kacau.

"Batalkan pernikahannya, aku tidak bisa melakukannya"

Semua orang menatap ke arah anak berumur tujuh belas tahun, saat sudah sejauh ini Harry malah membatalkan keputusannya.

"Harry!"

Hermione berteriak pada sahabatnya.

Harry menggeleng,

"Bisa kau jelaskan maksudmu Harry?"

Harry memucat, bagaimana dia bisa menikahi bayi yang ia susui sendiri meski itu di kehidupan lalunya.

"Nuraniku tidak bisa menerimanya"

Harry menjawab, kepalanya pusing.

Voldemort atau Tom menaikkan alisnya bingung, tepat saat ia akan bertanya kembali tubuh anak di depannya jatuh.

Brakk

Harry pingsan karena stress tiba-tiba.

'Merope bahkan sampai sekarang kau masih merepotkanku'

Seharusnya dia menyeret wanita itu tak peduli apapun.

............


Kepala Harry berdenyut, buah memang jatuh tak jauh dari pohonnya. Contohnya pria di depannya dan ibu pria ini, kalau sudah cinta kadar akal sehat mereka menghilang entah kemana. Selain itu, mereka juga gemar merepotkannya.

"Perjanjian kita tidak terpengaruh hanya karena kita tidak menikah, selain itu bukankah cukup dengan aku tinggal denganmu? Lagipula pihak kita juga sudah sepakat"

Tanpa perlu melihat, Harry tahu jika jawabannya tidak memuaskan Tom.

"Memang kau akan mengizinkan aku menyentuhmu?”

Harry ingin menggampar mulut tak kenal sensor di depannya.

"Aku memiliki alasan kuat untuk tidak menikah denganmu, aku harap kau mengerti"

Tom meletakkan wajahnya di meja, dia memandang Harry dengan lekat.

"Kau pernah menyusuiku saat aku kecil, tapi kenapa sekarang tidak?"

"Itu kan saat kau kecil, itu—"

Harry membuka matanya, dia melewatkan sesuatu. Dia kemudian memandang pria yang memasang wajah kesal dan senyum jahil yang ia kenali, pitam Harry kembali naik.

"Bajingan kecil ini!"

Harry berteriak dengan segala kekuatannya, dia ternyata dipermainkan selama ini.

ReturnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang