Yang tak diceritakan bagian 2

615 70 17
                                    

|Apresiasi penulis dengan vote dan berkomentar, terimakasih.

AYO PUSING BERSAMA SAYA!

—————

Nino sudah bekerja bersama Sunghoon sejak anak itu masih bayi, malah jauh lebih lama dari itu.

Dulu saat tubuhnya masih prima, ia adalah anak buah ayah Sunghoon, Marsekal Jungwo. Nino adalah kepercayaan sang marsekal, jadi setelah sang Marsekal menikah ia di tugaskan untuk menjadi bodyguard sang istri dan tentunya setelah Sunghoon lahir pekerjaannya menjadi bertambah.

"Kami akan menginap di sana untuk beberapa waktu. Tolong jaga diri kalian selama kami tidak dirumah."

Ada sedikit getar saat pasangan tuannya itu memberitahu keadaan sang tuan yang kini sedang collapse di rumah sakit. Dalam dua minggu terakhir ini banyak hal yang telah terjadi, yang siknifikan adalah kemajuan hubungan kedua tuannya.

Nino tentu tau seluk beluk rumah tangga sang tuan muda dengan bangsawan atas klan Shim. Pernikahan politik tanpa adanya cinta dan malam yang di sabotase. Menghadirkan si kecil yang tak tahu apa-apa.

Sunghoon menjadi lebih keras dengan dirinya sendiri. Tiga bulan setelah Jungwon lahir, pria itu langsung pergi ke medan perang. Butuh tiga tahun hingga kemenangan berhasil mereka dapatkan. Namun tuan nya itu tak juga kunjung kembali. Pemuda itu memilih untuk menetap di perbatasan dengan alih-alih menjaga kestabilan disana. Dan itu berlangsung selama hampir setahun.

"Uwon nda unya aya?"

Saat itu si kecil Jungwon baru berusia tiga setengah tahun, bertanya padanya apakah ia tidak punya ayah. Si kecil bermata bulat dengan pipi tumpah yang manis.

Mendengarnya mampu membuat Nino merasa bersalah. Ayah si kecil masih sehat dan dia bahkan tak tau bentuk dan rupa sang ayah. Nino dengan perlahan menjelaskan pada si kecil, mengenai rupa sang ayah juga alasan di balik ayahnya yang tidak pernah bisa bertemu dengannya.

Tak seperti anak kebanyakan yang akan mengeluarkan tantrum, Jungwon hanya mengangguk dan pergi bermain di kamarnya, padahal Nino sudah memikirkan banyak cara kalau seandainya si kecil benar-benar tantrum.

Tapi justru itu yang membuat Nino yakin bahwa si kecil adalah putra tuannya. Tidak, bukan maksud Nino tidak percaya. Hanya saja Jungwon itu persis seperti Sunghoon saat anak itu seusianya. Terlihat lebih dewasa dari anak kebanyakan.

Ia ingat betul, saat itu Sunghoon baru berusia 5 tahun. Ayah Sunghoon, sang marsekal dan istrinya membuat pesta ulang tahun untuk putra mereka.

Saat Sunghoon kecil hendak meniup lilin di atas kuenya, ada anak lain yang lebih dulu meniupnya. Tidak seperti anak kecil pada umumnya yang akan mengamuk dan marah, Sunghoon hanya tersenyum kecil. Tidak sampai di situ saja, beberapa saat kemudian ada dua anak berlari entah karena apa dan menjatuhkan kue ulang tahun Sunghoon yang bahkan belum sempat di potong.

"Jangan menangis. Tidak apa. Kami masih punya kue untuk di bagikan."

Anak itu tidak marah bahkan ia turut menenangkan dua bocah yang merusak kuenya. Sifatnya yang ramah dan mudah tersenyum membuatnya di sukai banyak orang. Namun itu tak berlangsung lama, di usianya yang ke tiga belas tahun, anak itu mulai kehilangan segalanya.

Kematian sang ayah, pembunuhan sang ibu, penghianat fraksi nya juga tahun dimana Sunghoon mulai dikenal sebagai sosok yang kejam.

"Aku tidak mentolerir adanya penghianat. Eksekusi langsung dariku adalah konsekuensi yang akan kalian tanggung jika berani bermain api denganku. Aku tidak sebaik ayahku, jadi tanamkan apa yang kalian dengar hari ini baik-baik." Anak itu berucap dengan nada keras dan dingin dengan wajah dan pakaian bernoda kemerahan dari darah para penghianat yang berhasil ia tumbangkan.

You and Dandelions | sungjakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang