~Third Beats~

9 0 0
                                    

Tiga hari setelah terakhir kali Maho berkunjung ke Toko Kue Towamaki. Aku sedang berjalan dilorong sekolah ketika aku melihat Maho sedang terduduk lemas di bangku taman luar dengan kantung mata yang terlihat jelas di wajahnya. Dia tampaknya melihat ku dan melambaikan tangan ke arahku, aku membalasnya dan bergegas keluar menuju tempatnya duduk.

"Akashi-san, siang. Kamu terlihat lelah, ada apa?" Tanyaku.
"Siang, Izumu-kun. Aku hanya kurang tidur... Hoamm." Ucapnya sembari menguap.
"Apa kamu begadang, Akashi-san?" Tanyaku lagi.
"Aku... Sebenarnya saat hari itu kamu bilang tentang Lebih Berdebar, aku mendapatkan Ide untuk tema lagu baru. Tapi begitu aku ingin menulis liriknya, aku sama sekali tidak bisa memikirkan apapun..." Ucapnya sembari menggaruk kepalanya.
"Jangan bilang, kamu tiga hari tidak tidur?" Tanyaku.
"Tidak, aku baru mengerjakan liriknya malam tadi karena aku mau me remix ulang sedikit instrumen yang kemarin." Jawabnya. Aku merasa sedikit lega.
"Itu biasa terjadi, kan? Aku juga mengalaminya saat menulis novelku." Ucapku.
"Novel? Izumu-kun, kamu menulis novel?" Tanyanya.
"Hanya sebagai hobi saja. Aku juga pernah merasakan, bagaimana dirimu sudah bersemangat mendapatkan ide baru, tapi tidak tahu bagaimana cara menuangkan nya kedalam kata-kata." Ucapku.
Maho tertawa kecil lalu berkata, "Kamu memang sedikit aneh, Izumu-kun."
"Aneh?" Ucapku bingung.
"Iya. Sejak pertama kita bertemu, kamu selalu saja aneh. Mulai dari kamu yang suka Lagu kami tapi tidak mengenali kami, kamu yang terkadang suka asal sebut, dan banyak hal lain yang aku rasa cukup lucu jika diingat." Ucapnya.
"Tapi, itulah sisi baikmu. Dari setiap kata yang kamu ucapkan, tidak ada satu hal pun yang menyakitkan ataupun sedih yang keluar darinya. Kamu adalah orang baik. Bahkan kamu mengatakan hal seperti itu saat pertama kali kita bertemu. Ya ampun, aku jadi tidak habis pikir." Lanjut nya sambil tertawa kecil.
Aku hanya bisa tersenyum sembari berkata, "Aku malah merasa sebaliknya. Akashi-san, kamu lah yang luar biasa."
"Diriku?" Tanyanya sambil menunjuk dirinya sendiri.
"Menurut ku kau hebat, mampu membuat lagu yang mampu menarik perhatian semua orang, memikat hati mereka yang merasa sendiri dan terbawa kebahagiaan. Aku tahu itu bukanlah kerja kerasmu seorang diri, tapi aku yakin banyak usaha yang kamu berikan didalamnya. Dan aku pikir, itu sangat luar biasa." Jelasku.

Aku rasa nya baru saja mengeluarkan semua isi hatiku, lega rasanya. Saat aku menoleh kembali ke arah Maho, ku tak dapat mengatakan apa-apa. Tampak jelas, wajahnya yang memerah dan dan matanya yang berbinar. Tak pernah kulihat ekspresi ini sebelumnya, ini adalah sisi baru darinya yang belum pernah aku lihat...

"Eh? A-aku... Ahahaha... Kau selalu saja berkata seperti itu, Izumu-kun. A-aku tidak sehebat itu..." Ucapnya sambil menutupi wajahnya yang jelas tampak merah.
"Ah, aku harus kembali ke kelas! Sebentar lagi jam makan siang selesai! Kamu juga harus bergegas, Izumu-kun. Sampai jumpa." Ucapnya yang segera berlari menjauh, Bahkan sebelum aku dapat mengatakan apapun.
Aku ditinggal terdiam disana, sedikit saja tersipu terlihat diwajahku. "Aku... Sepertinya kelepasan..." Pikirku....

Seminggu setelah itu, Maho selalu menghindari ku. Aku jadi sulit untuk berbicara dengannya. Saat aku berusaha untuk mengajaknya berbicara, dia selalu punya alasan untuk pergi. Aku sama sekali tidak mengerti...

"Apa aku dibenci?" Tanyaku pada Rado saat shift kerja kami.
"Pasti! Jika perempuan mulai menjauhi mu dan menghindar, pasti kau dibenci olehnya!" Ucapnya.
"Laki-laki yang bahkan tidak punya teman perempuan seperti mu, mana mungkin kamu tahu..." Ucapku mengolok-olok nya.
"Ya jangan tanya ke aku, dong! Lagipula kamu kayaknya terlalu khawatir deh. Aku yakin dia punya alasan yang tidak bisa dikatakan kepadamu..." Ucapnya.
"Kurasa kau benar... Aku baru pertama kali punya teman perempuan, jadi aku mungkin agak terlalu paranoid..." Ucapku.
"Cukup beri dia ruang, aku yakin dia pasti akan kembali dengan sendirinya jika dia menganggap mu teman." Ucapnya.
"Menganggap ku teman?" Tanyaku.
"Bagaimana jika dia tidak menganggap ku sebagai teman?!" Tanyaku kembali murung.
"Bodoh! Gak akan mungkin dia biarin kamu buat dengerin sampel lagu yang  bahkan belum rilis kalo kamu bukan temennya! Gimana sih?" Jawab nya dengan lantang. Aku terdiam dengan kata-kata Rado, sepertinya rasa takutku membuat ku hilang akal sehingga tidak memperhatikan hal sekecil itu.
"Ku pukul kamu ya?" Tanyaku sambil tersenyum.
"Ku pukul balik." Balasnya. Kamipun tertawa dengan lelucon kami sendiri.

D4DJ: Stewed Mix (Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang