~What make it More Exciting?~

9 2 0
                                    

Ah!
Sudah selesai...
Lagi?
Beri aku waktu istirahat...
Ini akan berlanjut sendiri, dan hancur sama seperti yang lain 'kan?
Tidak ada artinya tiap kata yang ku buat, pada akhirnya ini semua hanya demi tujuan ku semata...

...

Pagi hari yang cerah seperti biasanya, menerangi Akademi Yoba. Akashi Maho, seorang gadis yang dikenal dengan DJ Mash adalah anggota unit DJ Happy Around, bersama dengan Aimoto Rinku, Ohnaruto Muni dan Togetsu Rei.

Tepat setelah istirahat, Maho datang dan masuk kedalam ruang musik. Disana sudah menunggu Rinku, Muni dan Rei. Mereka biasa membicarakan tentang hal pribadi atau seputar penampilan mereka. Kali ini, mereka hendak membicarakan tentang lagu baru mereka.

"Maho-chan, kamu udah dapet lirik buat lagu baru kita, nggak?" Tanya Rinku.

"Ah, itu... Tiba-tiba, aku tidak dapat memikirkan apapun. Aku sama sekali tidak dapat ide." Jawab Maho.

"Kamu bisa meminta tolong pada kami, kan?" Tanya Rei.

"Kan kita sudah sepakat, bahwa lagu kali ini aku yang akan membuat nya. Kamu kan juga udah bantu dengan melodi nya kan, Rei? Muni juga sudah bekerja keras dengan Visual baru kita, dan Rinku juga sedang memikirkan koreografi baru. Aku hanya ingin membuat nya sendiri jadi kalian bisa fokus pada hal lain." Jawab Maho.

"Tapi meski kamu sampai datang ke pameran musik sendirian sebulan lalu, pada akhirnya kamu gak dapat ide apa-apa. Bukannya sama saja dengan bohong?" Tanya Muni.

Ini membuat situasi didalam ruangan itu menjadi canggung. Semua orang terdiam dalam hening sebelum kemudian Rinku mulai berbicara.

"Eh, Muni-chan? Maho-chan sudah berusaha, kita juga harus berusaha, benar 'kan Rei-chan?" Tanya Rinku.

"Benar, kita juga tidak memiliki konser penting dalam waktu dekat, jadi aku rasa terlalu memaksa bukan hal yang bagus, Muni-san." Ucap Rei.

"Tapi dia seakan-akan tidak butuh kita untuk menyelesaikannya! Bukannya selama ini kita juga membantu, kenapa harus berbeda kali ini? Sepakat sih, sepakat. Tapi jika malah menghambat, lebih baik lupakan saja dan kita selesaikan bersama." Ucap Muni. Ucapan nya Muni mungkin terdengar keras, tapi tidak ada maksud jahat didalamnya. Dia hanya ingin membantu temannya saja. Namun ada sesuatu dalam diri Maho, sesuatu yang membuatnya harus menyelesaikan lagu ini sendiri.

"Muni, semuanya. Maaf jika aku terkesan lamban kali ini, tapi aku akan tetap menyelesaikan lagu ini sendiri. Aku tidak taju kenapa, tapi rasanya ada sesuatu yang harusnya aku selesaikan dengan lagu ini. Muni, terimakasih sudah mengkhawatirkan ku. Tapi aku ingin berusaha sedikit lebih lama lagi, tak apa 'kan?" Tanya Maho.

"Haaaa... Aku mengerti maksud mu, tak apa. Dan juga..." Muni diam sejenak.

"Maaf sudah marah padamu..." Lanjutnya. Semua tersenyum dan suasana kembali ceria seperti biasanya. Keceriaan kembali mengelilingi meja mereka dan mereka berbincang seperti biasanya.

Sore itu, Maho memutuskan untuk pergi ke Toko Kue Towamaki yang ada di distrik perbelanjaan. Dia ingin membeli kue favorit nya, Mont Blanc dan dibawa pulang. Sesampainya disana, di disambut oleh Rado, anak pemilik toko kue sekaligus pelayannya.

"Selamat datang kembali, Akashi-san. Mont Blanc seperti biasa?" Tanya Rado. Tampaknya Maho menjadi pelanggan reguler di toko ini sebulan terakhir. Rasanya dia merasa nyaman di toko itu.

"Terimakasih, Towamaki-san. Dua seperti biasa ya." Ucap Maho.

"Tentu, satu untuk dibawa pulang 'kan? Duduk dulu, nanti pesanannya akan diantarkan." Ucap Rado sembari ke menyiapkan pesanan. Maho pun duduk di dekat jendela yang mengarah ke luar.

Pesanan milik Maho pun datang, Mont Blanc kesukaannya.

"Ini dia, sepiring Mont Blanc." Ucap Rado sambil membawa pesanan Maho.

"Terimakasih, Towamaki-san." Ucap Maho sebelum kemudian menyantap kuenya.

Tiap gigitan kue membuat semangat Maho berangsur pulih. Dia sangat menikmati kue dari Toko ini, walau dia tidak ingat pertama kali dia mengunjungi tempat ini. Namun, berbagai pemikiran kembali menghantui pikirannya. Walau berusaha dia hiraukan, tapi tetap tidak bisa ia hilangkan. Untuk apa dia membuat lagu itu pada awalnya? Kenapa rasanya ada yang hilang? Apa esensi dari lagu ini yang ia coba untuk cari? Dan... Untuk siapa sebenarnya lagu ini? Happy Around? Penonton? Atau...

"Akashi-san?" Panggilan Rado membuat Maho kembali dari lamunannya.

"Ah, Towamaki-san." Ucap Maho.

"Hari ini, sepertinya wajahmu terlihat lusuh. Tidak seperti biasanya, ada apa?" Tanya Rado.

"Tidak, aku hanya memikirkan suatu hal. Bukan hal yang penting." Jawab Maho. Namun Rado tahu ada yang disembunyikan oleh Maho, namun ia memutuskan untuk tidak menanyakannya lebih jauh.

"Begitu ya, baiklah kalau begitu. Namun jika kamu ada masalah, kamu bisa menceritakannya padaku." Ucap Rado.

"Tentu, terimakasih tawarannya." Ucap Maho sembari mengambil Headphone nya dan mulai memutar sampel lagu baru yang sedang ia kerjakan. Semakin ia mendengarkannya, semakin bingung apa sebenarnya yang ingin ia sampaikan dalam lagu ini. Rei yang mengerjakan melodinya pun mengatakan kalau dia mendapatkan inspirasi dari Maho, namun Maho sendiri lupa dengan itu.

"Akashi-san? Ada apa? Kamu melamun lagi." Kembali suara Rado menyadarkan Maho dari lamunannya.

"Tidak, aku hanya mendengarkan sampel lagu baru yang kami kerjakan." Jawab nya.

"Lagu baru? Boleh aku dengar?" Tanya Rado.

"Kurasa... Tak apa... Ini." Jawab Maho sembari memberikan Headphone nya. Rado mendengarkan dengan seksama.

"Hm... Jujur aku kurang sering mendengarkan Happy Around, tapi rasanya ini agak berbeda dari biasanya. Kedengarannya seperti lagu kalian biasanya, namun terasa lebih... Bagaimana ya... Seperti ada hentakan di dada, sesuatu yang lebih... Membuat mu berdebar? Semacam itu lah." Ucap Rado.

"Lebih berdebar? Maksudnya?" Tanya Maho, tidak mengerti dengan maksud Rado.

"Entahlah, aku juga kurang paham." Jawab Rado.

Tidak ada jawaban yang akhirnya ia temukan. Maho memutuskan untuk kembali pulang dengan Mont Blanc pesanannya. Sesampainya di kamar nya, ia memutar kembali sampel lagu itu. Mencoba mendapatkan inspirasi, namun tidak kunjung mendapatkannya.

"Lebih berdebar, ya...?" Dua kata itu menghantui Maho, membuat pikiran nya kini dipenuhi oleh dua kata itu. Rasanya itu sangat menggambarkan lagu ini, namun tak kunjung juga mendapatkan inspirasi.

"Pada akhirnya, aku tidak menyelesaikan apapun. Apa sebenarnya yang membuat nya lebih berdebar?" Tanya Maho.

"Sebenarnya... Apa yang aku lakukan? Semenjak konser perayaan waktu itu, aku merasa aneh. Rasanya, aku didorong oleh sesuatu ketika aku merasa tidak percaya diri hari itu..." Ucapnya pada dirinya sendiri.

"Padahal kami hanya melakukan hal yang biasanya kami lakukan... Tidak ada bedanya..." Lanjutnya.

Sebuah kalimat seketika terlintas di pikirannya, kalimat yang mendorong dirinya waktu itu. Kalimat yang pada akhirnya membuat rasa gugupnya hilang...

"Hari itu... 'Jika musik kalian selama ini bisa memikat orang seperti ku, maka kalian tidak akan masalah dengan penampilan kalian hari ini...' ya... Siapa ya, yang mengatakan nya. Di atap hari itu, siapa?" Tanya Maho.

Malam itu, dia mempertanyakan dirinya sendiri. Siapa yang ia temui di atap hari itu?

...

Perspektif orang ketiga, aku tidak pernah suka.
Tapi aku sudah tidak terlibat lagi, jadi tidak aku hiraukan.
Pada akhirnya, itu hanyalah fiksi belaka...
Hanya sekedar tulisan, untuk mencapainya...

...

"Ya, kau benar. Ini demi tujuanmu, seperti janjiku padamu. Masih butuh sedikit lagi, dan semua yang kau inginkan akan jadi kenyataan."

D4DJ: Stewed Mix (Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang