xviii - selamatkan rindou

239 32 4
                                    

"Kakinya udah patah, tuh."

"Pukulan terakhir!"

Suara motor berdengung menghentikan aktivitas yang tengah kelompok berjaket Musashi lakukan. Di antara mereka, sosok Rindou sudah tergeletak tak berdaya dengan luka di sekujur tubuh dan kaki yang patah.

Motor Ran berhenti lebih dulu. Lalu diikuti puluhan bahkan ratusan motor Touman yang berhenti di depan kelompok lengkap Musashi.

Seluruh anggota Musashi berdiri berkelompok di sisi barat dipimpin oleh Asaki dan Makoto. Begitupun Touman yang berdiri di arah sebaliknya dengan dipimpin oleh Mikey serta Draken, tambahan Ran.

"Ck, bawa dia ke sini." Perintah Makoto menggerakkan salah satu anak buahnya. Kerah Rindou ditarik dan tubuh si lelaki terbanting ke tanah. Tepat di antara kedua kubu. "Ini kan punya kalian?"

"Hei, brengsek." Ran yang hendak memercik perkelahian lebih dulu segera dicekal Kazutora. Matanya terus terarah pada sang adik yang terkapar babak belur. Ia sangat merasa bersalah. Beginikah kondisi pertama Rindou yang ia temui usai konflik kemarin?

"Jadi, di sini kita bakal tawuran?" Makoto menggaruk kepala sebal. "Jelek banget tempatnya."

Asaki masih bergeming di tempatnya. Kejanggalan mulai kental terasa, sang ketua justru diam seribu kata. Mereka saling melihat sesama lain, terutama Mikey yang menatap Asaki dan Makoto secara bergiliran. "Terus, kalian minta dihabisin di tempat ini sekarang?"

Asaki mengiyakan. Makoto merajah pundak sang ketua boneka, dan berkata, "jangan buru-buru. Kita tunggu dulu satu orang lagi. Harus ada kesepakatan kan?"

"Kesepakatan?"

Suara motor yang terakhir terdengar. Dari belakang kursi Senju, (Name) yang tertatih mengabaikan tatapan yang ditujukan padanya, ia segera berlari ke arah Rindou. "Rin!"

"Kak ... " Rindou meludah darah. Miris melihat kondisi (Name) yang tak kalah terlukanya. "Kakak manggil Touman?"

(Name) mengangguk. "Itu satu-satunya pilihanku."

"Nah, ini dia orangnya dateng." Makoto mengembangkan senyum. (Name) mengangkat kepala tajam. "Hai, jalang."

"Senju," panggil (Name). "Aku minta tolong bawa Rindou ke pinggir."

Yang dimintai tolong segera berlari menopang Rindou. Angry juga turut inisiatif menolong. Mereka menyandarkan Rindou pada sisi tepian yang lebih aman.

Di tengah dua kubu yang terpisah, (Name), Makoto, dan Asaki menjadi pusat utama. Dari awal memang ujung dari pertempuran ini berasal dari konflik keluarga mereka sendiri. "Ayo buat kesepakatan."

Asaki berteriak. "Kak--"

"Asaki, diem," potong (Name). "Kesepakatan kayak gimana yang mau lo buat?"

"Kesepakatan kayak gimana? Mungkin ... " Makoto mengeluarkan sebilah pisau. " ... kayak gini?"

Semua orang terdiam. "Makoto!" Mikey menegur, namun (Name) menghentikannya.

"Tidak apa, Mikey. Ini masalah keluarga kami, biar aku yang urus untuk yang ini." (Name) berusaha keras menutupi rasa takutnya. "Lo sama sekali gak berubah dari insiden rumah pohon itu. Psikopat gila."

Insiden rumah pohon terjadi di kala mereka menginjak kelas enam sekolah dasar. Sebuah burung mendarat secara kencang di rumah pohon ketika ketiga keluarga itu sedang bermain.

(Name) dan Asaki ketakutan, menunggu Makoto untuk memberikan kabar setelah ia turun dari rumah pohon guna mengecek keadaan burung itu. Alih-alih kabar baik, Makoto kembali dengan membawa bangkai burung segar. Matanya memancarkan sebuah kegilaan yang belum pernah (Name) lihat sebelumnya.

𝐁𝐀𝐂𝐊𝐒𝐓𝐑𝐄𝐄𝐓 ; haitani rindou ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang