epilog

311 38 7
                                    

"Pulang dulu ya, Aya!"

(Name) keluar dari pintu kafe yang menggerakkan lonceng bergemerincing. Menjejak di tanah terluar, si gadis merenggangkan otot tubuh. Lehernya di relaksasikan, begitupun tangan dan kaki yang dibiarkan melakukan gerakan pemanasan.

Ia baru selesai dari kerjanya menjadi seorang barista kafe. Belum lama ia dipecat dari toko bunga akibat mengambil cuti terlalu lama (memang jahat). Aya yang kebetulan sadar bahwa kafenya membutuhkan pekerja lantas menawarkan dan diterima dengan senang hati oleh (Name).

Selesai meregangkan tubuh, (Name) mengusap bekas jahitannya. "Untung udah ga sakit." Ia mengangkat kepala sembari berjalan, seketika pupilnya menemukan sosok Rindou yang ternyata sudah menunggunya pulang.

"Rindou!"

"Kakak lama banget ya pulangnya."

"Hehe, maaf. Soalnya tadi tuh banyak costumer. Aku ga enak kalo ninggalin pekerjaan ke Aya gitu aja," jelasnya menggaruk kepala.

"Ya udah, ayok. Kakak mau pulang mandi dulu?"

"Iya!" Rindou menyodorkan helm dan diterima oleh si gadis.

•••

Rindou mengedarkan pandangan ke sekitar. Ia kini tengah berada di sebuah pesta yang dibuat entah dalam rangka apa. Keluarga Shiba yang menggelarnya dan dihadiri oleh seluruh anggota Touman dan pacar mereka.

(Name) juga disana, walau ia bukan pacar siapapun.

"Ngeliatin terus?" Sanzu memergoki Rindou yang matanya lengket pada (Name). "Katanya mau jedor hari ini?"

Rindou membuang napas. "Aduh, takutnya gue ditolak gimana?"

"Goblok lu ya," racau Chifuyu.

"Udah! Sana cepet official-in sekarang juga!"

Sanzu mendorong tubuh Rindou ke tengah kerumunan. Lelaki itu sempat berbalik untuk merutuki sahabatnya. Ia menenangkan debaran jantungnya. Tungkainya mulai bergerak mengikis jarak dari (Name) yang tengah berbincang dengan Yuzuha.

"Kak (Name), mau keluar sebentar?"

"Oh, kenapa?"

"Gapapa, temenin aku cari udara yuk."

Pelafalan Rindou mulai gagap. Yuzuha tersentak dan sadar kemana alur ini akan berjalan. Ia mendorong pelan gadis di sebelahnya. "Sana, aku mau nyamper Hina dulu."

"Oh, yaudah." (Name) meletakkan pudingnya dan berjalan mengekori Rindou.

Mereka berakhir menuruni tangga dari ruangan pesta. Menginjak pasir pantai yang bertemu langsung dengan laut lepas. Dengan sinar rembulan yang sayu, Rin menggenggam tangan (Name) agar si gadis tidak tersandung.

"Enak ya udaranya."

"Ya kan?" Rindou merekah bangga. Ia kembali berkeringat dengan rencana buatannya sendiri. Ia berbalik dan membiarkan (Name) berjalan mendahuluinya.

(Name) sendiri rupanya larut dalam hamparan lautan yang menggelap. Purnama di atas menyanjung semesta di hadapan, menambah keindahan kanvas yang terpantul pada bola matanya.

Rindou melihat punggung (Name) dari belakang. Baginya, sosok gadis itulah yang menjadi polesan terakhir yang mempercantik buatan Tuhan di netranya.

"Kak (Name)."

(Name) berbalik dan berdeham. Alangkah terkejutnya ia saat mendapati Rindou tengah menyodorkan sebuah cincin silver yang diukir huruf (N) di dindingnya. Rindou menyodorkan dengan malu-malu.

"Aku boleh jadi pacar Kakak?"

(Name) terkesima sampai mulutnya tak bisa berkata-kata. Bahkan tangannya mulai menutup bibir saking tak percayanya.

"Dari semua yang udah kita laluin selama ini. Kakak itu wanita tercantik, terbaik, dan tersempurna di mataku. Dunia aja kalah cantiknya dari Kakak." Ia meraih tangan (Name) dan memasukkan cincin itu di jari tengahnya. "Karna kita belum nikah, disini aja ya. Besok kalo udah nikah, kubeliin lebih bagus lagi. Kalo perlu cincinnya terbuat dari berlian semua."

(Name) berbinar menyawang hiasan di derijinya. Ia mengangkat kepala dan terkekeh. "Aku kan belum jawab, Rin."

Rindou bersemu, ia mulai salah tingkah. "Oh, iya! Astaga, aku kepedean banget ya, sampe-sampe lupa belom dapet jawaban. Kalo Kakak gamau ner--"

"Aku bolehin kamu jadi pacarku."

Jawaban (Name) menghentikan kecanggungan Rindou. Ia menatap tak percaya hingga kelopaknya melebar. "Serius?"

(Name) menerbitkan senyum. "Seriu--WOAH!"

Kata itu belum lengkap terucap saat Rindou menerjang tubuhnya. Tangannya memeluk dan mengangkat (Name) untuk diputar. "SENENG BANGET AKU KAK! WOIII DUNIA, SEMESTA! KALIAN DENGER GAK?! SEKARANG, GUE, HAITANI RINDOU, RIN, RESMI JADI MILIKNYA KAK (NAME)! KAK (NAME) PUN RESMI JADI MILIKNYA GUE!"

Ran yang melihat dari kerumunan pesta hampir tersedak melihat pemandangan jauh sekali di depan mata. Sanzu yang kepo ingin mengintip pun segera ditahan. "Jangan diganggu, entar hancur."

"Kampret."

Kembali pada (Name) dan Rindou yang masih dimabuk asmara. (Name) memukul pundak Rindou minta diturunkan yang tentunya tidak dituruti oleh si lelaki.

"Untung sayang, ya."

"Iya, dong! Kan aku sekarang pacarnya Kakak!"

Deburan ombak dan semesta lautan lepas menjadi latar belakang kisah mereka di malam itu. Entah sebuah pertanda kemenangan atau awal yang baru.

Namun, yang pasti, Rindou dan (Name) kini berada di puncaknya bahagia. Dengan kalimat sederhana, kini keduanya sudah saling memiliki.

Ini adalah sebuah akhir yang pantas mereka terima. Sebuah cinta sederhana yang menghasilkan euphoria.

fin.

𝐁𝐀𝐂𝐊𝐒𝐓𝐑𝐄𝐄𝐓 ; haitani rindou ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang