xiii - keluar dari touman

196 25 0
                                    

"Kamu yakin masih mau nganterin?"

Pertanyaan yang melintas segera diberi angguk oleh Rindou. Seharusnya bukan masalah jika (Name) akan pulang sendiri, apalagi dengan kondisi yang tidak mumpuni. Ia merasa Rindou hanya terbebani.

"Aku bisa jalan kaki sendiri kok."

"Gapapa, aku ngejagain Kakak aja dulu." Bergeming. Rindou memandangi kasutnya yang dikecup sinar jingga. Mereka baru akan bersua dengan pulang setelah usai dengan kegiatan ekstra dan inilah waktunya. "Lagian anggep aja ini aku lagi ngulur waktu."

(Name) kontan teringat ucapan Ran pagi tadi. "Ada sesuatu ya?"

"Ada rapat mendadak Touman pagi tadi. Dan gak biasanya seorang wakil ketua yang ngasih tau aku duluan, jadi kemungkinan besar mereka udah tau."

Penjelasan yang Rindou suguhkan berhasil membuat (Name) tertampar. Mau menyalahkan Ran? Tidak, itu sangat salah. Yang patut disalahkan hanya mereka berdua. Merekalah yang membuat kondisi rumit ini dan kini mereka juga yang terkena imbas.

Mereka hanya bisa menyalahkan diri sendiri.

(Name) ingin menyuarakan pendapatnya yang belibet. Tapi kata-kata tidak bisa membantunya juga. Lantas ia berpikir dalam diam seraya menunggu lelaki di sebelahnya memulai dialog.

"Kak (Name) gak usah terlalu kepikiran sama aku."

(Name) sedikit kesal. "Gimana aku gak kepikiran Rin? Gimana kalo kamu disuruh keluar--" Ia berhenti ketika sadar topik yang itu tidak seharusnya dikeluarkan sekarang. "Maaf ... aku gak bisa bantu apapun."

Rindou menggeleng dan mengusap pucuk kepala (Name). "Gapapa. Kakak masih ada di sebelahku itu juga udah cukup."

Mereka melanjutkan langkah sebelum akhirnya mencapai rumah (Name). Tidak benar-benar di depan rumah, agak menyerong ke rumah tetangga agar tidak ketahuan.

"Makasih ya, Rin. Udah nganterin." (Name) menunduk santun dan mengulum senyum. Terpancar kecemasan disana yang berusaha diabaikan oleh Rindou.

Kala Rindou baru saja hendak membuka mulut guna membalas salam, Asaki keluar dan mereka berdua terdiam. (Name) menoleh ke jalur pandang dan keterkejutan menyerangnya. "Asaki?"

"Kak?" Asaki mengerutkan kening, terlebih saat menyawang sosok di sebelahnya. Haitani Rindou, bungsu Haitani yang terkenal seantero Roppongi, sangat familiar bahkan untuk sekedip lihat.

"Asaki, gue pake motor lu ya!" Teriakan Makoto yang terdengar dari dalam malah membuat degupan jantung (Name) semakin berat. Rindou yang diam kini memperhatikan perilaku (Name) yang semakin gelagapan saat suara dari sana menggelegar.

Kenapa yang dikhawatirin malah sepupunya? Bukannya adiknya yang notabene adalah ketua?

"Kak, masuk sekarang juga. Rindou Haitani," Asaki membuang napas panjang. "lo pergi dari sini. Mau cari mati ya?"

Rindou yang masih mencerna keadaan kini kembali bingung. Tidak marah? Tidak ada adu tinju? Adiknya, Asaki, Ketua Geng Musashi justru mengusirnya secara baik-baik? Ia mencium sesuatu yang tidak beres di sini. Mereka berdua jauh lebih panik terhadap suara orang di dalam sana ketimbang kejadian ini.

"Rin, lari sekarang!" (Name) mendorongnya. "Pergi!" Bisikan panik dari si gadis berhasil memacu langkah Rindou untuk kabur dari komplek sampai punggungnya hilang ditelan tembok perumahan.

Sekarang hanya ada (Name) dan Asaki, tambahan Makoto yang baru saja keluar dengan motornya. Mendapati kakak-adik beradu tatap intens. "Lo pada kenapa anjir? Minggir! Gue mau keluar!"

•••

"Rin, tumben kamu gak pergi sama Ran?"

Si bungsu mengaitkan kancing di jaket gengnya. Dari kaca dalam ruang tamu, ia menyawang tubuhnya sekaligus wajah sang ibunda. Membalas senyum dari pantulan cermin. "Enggak. Mungkin Abang lagi pengen sendiri. Mana tau ada masalah?"

𝐁𝐀𝐂𝐊𝐒𝐓𝐑𝐄𝐄𝐓 ; haitani rindou ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang