xii - penjelasan sia-sia

195 25 0
                                    

"Congrats for your fucking relationship, Rin."

Kalimat yang dikeluarkan oleh ranum kakaknya sangatlah kejam, setidaknya bagi Rindou sendiri. Mungkin ia juga sudah lupa tindakan di belakangnya juga menyakiti kakaknya. Mungkin Rindou tidak punya hak untuk marah.

(Name) sudah ia pulangkan. Dan jam menunjukkan pukul setengah delapan saat Rindou memastikan waktu dengan kedua kaki bertumpu di depan pintu.

Jam segini adalah waktu makan malam keluarga mereka. Suara motornya pasti terdengar dari dalam, Ran pasti sadar akan kepulangannya. Rindou khawatir akan pemandangan yang akan ia dapatkan ketika ia membuka pintu rumah. Sejujurnya Rindou juga tidak punya bayangan pasti tentang apa yang menanti. Tapi yang pasti ia ketakutan kini.

Ketika tangannya gemetar untuk menggenggam kenop pintu, Rindou merungut dalam hati. Beranikan dirimu, Rindou Haitani! Masalah ini kan juga kamu yang buat sendiri! Sekiranya begitu penguatan yang ia yakini.

Pintu pun seolah terbuka membantu Rindou yang masih belum mampu. Wanita paruh baya--Ibu Haitani bersaudara berdiri di ambang gapura. Rindou menunduk memperhatikan tinggi ibunya yang kurang sembari mengukir senyuman paksa.

"Hehe, aku baru pulang."

"Kamu pikir ini jam berapa?!"

Telinganya menerima jeweran kuat. Tidak biasa ibunya begini, terlintas pikiran apakah kelakuan bejadnya yang mengkhianati Ran itu sudah diketahui ibunya?

Pada akhirnya pemikiran tersebut ia tepis dengan segera ketika sang ibu mendudukkan Rindou di atas kursi meja makan. Ayahnya berada di seberang, mengulas senyuman tipis sebelum melanjutkan makan.

"Makan sekarang! Gak bapak gak anak sama aja! Udah dibilang hari ini pulang jangan kemaleman supaya bisa makan keluarga lebih cepat!" Ibu Haitani kini mengikat surai. "Cuma Ran aja yang betul-betul peduli ya!"

Rindou yang belum meletakkan apapun di piringnya kini bersuara, "Abang dimana?"

"Ran lagi di dalam kamar. Dia bilang capek banget, mungkin lagi ada masalah? Gatau deh, pokoknya dia bilang mau tidur cepet jangan diganggu." Rindou memperhatikan gerakan ibunya yang tanpa diminta inisiatif menyiapkan santapan. Terkesan agresif. "Sekarang kamu makan! Terus bantu Mama beres-beres."

Tawa kecil menguar dari ranum Rindou. "Jangan marah atuh, Ma. Cantiknya ilang loh."

"Iya lo, Ma. Papa kan--"

"Diem!"

Rindou hanya bisa melirik sang ayah dari sudut mata. Ekspresi ayah saat bujukannya ditolak itu miris, tapi bagi Rindou sendiri itu adalah pertengkaran kecil yang lucu saat dipraktekkan oleh suami-istri.

Apakah ia dan (Name) bisa begitu suatu saat nanti?

Rindou memijit pelipis pelan. Pikirannya kacau balau. Harusnya yang ia pikirkan adalah perasaan Ran, ini bukan saatnya memikirkan (Name) walau ia menyukainya--atau mencintainya sekalipun.

"Ada masalah, Rin?"

Ia menggeleng atas pertanyaan ayahnya. Kegetiran luar biasa hebat yang berkecamuk berusaha ia halau dengan kunyahan gigi. Rindou membantu untuk membereskan meja makan. Ketika ia berhasil menyelesaikan semua, Rindou berdiri hendak mengetuk pintu kamar Ran sebelum dengkuran halus terdengar.

Rindou pun mengurung niatnya dan berusaha terlelap dan bangun pagi dengan mimpi buruk yang mengantar.

•••

Ini adalah saat yang tepat untuk memulai hari dengan bahagia sebab cahaya matahari yang bersinar turut mendukung. Namun, hal tersebut sangat bertolak-belakang dengan suasana hati Rindou.

𝐁𝐀𝐂𝐊𝐒𝐓𝐑𝐄𝐄𝐓 ; haitani rindou ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang