Chapter 15

87 13 0
                                    

hari ini siapa yang sudah menggunakan suaranya untuk pemilu??

kalian pilih sesuai kata hati, atau sesuai jumlah serangan fajar nih??

semoga, siapapun yang menang nanti, Indonesia bisa semakin maju!!

Happy reading!!!

*****

Cuaca hari ini terasa tak menentu. Kadang cerah, kadang juga mendung dan hujan, namun tak lama kemudian akan kembali menjadi cerah lagi. Hujan turun sekitar satu jam yang lalu. Langit yang awalnya terlihat mendung, kini berubah menjadi sangat cantik. Semburat jingga kini terlihat di ujung barat. Dalam boncengan motor milik Andra, Gaby mengeluarkan ponselnya. Menyempatkan diri untuk memotret lalu menyimpannya sebagai konsumsi pribadi. Merasakan adanya sedikit gerakan, Andra meliriknya melalui spion.

"Sebenarnya, suka memotret senja tanpa memosting di akun media sosial, apa gunanya?"

Gaby yang mendengar itu menghentikan aksinya. Kamera ponsel yang sebelumnya mengarah ke samping, kini dia turunkan. Memasukkan kembali barang berharga tersebut ke dalam tas ranselnya.

"Memangnya, memosting apa yang kita lihat itu merupakan suatu kewajiban?" Bukannya menjawab, Gaby justru kembali melayangkan pertanyaan.

"Bukan kewajiban. Hanya saja, kenapa lo lebih memilih menyimpannya sebagai konsumsi pribadi daripada harus mempostingnya?"

"Lo mau tau kenapa gue suka senja?"

Karena kondisi mereka yang saat ini sedang berada di jalanan kota, membuat Gaby harus lebih mengeraskan suaranya agar bisa terdengar oleh Andra yang sedang menyetir.

"Kenapa?" Begitu juga dengan Andra yang ikut mengeraskan suara karena angin yang kencang membuat suara mereka tidak terdengar.

"Karena menurut gue, senja adalah bentuk masa depan."

"Senja mengajarkan kita bahwa kebahagiaan tak harus datang lebih awal. Dia akan tetap hadir, setelah kita selesai menyelesaikan waktu yang sulit sebelumnya. Tentang panas atau dinginnya cuaca, senja pasti akan selalu datang di akhir. Membuat kita yang melihatnya bisa merasakan sedikit ketenangan setelah melewati banyak hal."

Andra diam mendengarkan suara Gaby yang berseru melawan suara angin dan kendaraan melintas. Suasana seperti ini sangat cocok untuk mereka yang sedang berbagi cerita.

"Tapi, senja tidak selamanya hadir, By. Jadi, bagaimana lo bisa menyamakan masa depan dengan sesuatu yang kadang ada kadang tidak?"

Di balik punggung Andra yang menutupi pandangan Gaby dari jalanan depan, dia diam memikirkan.

"Tapi, kita sebagai manusia yang tidak tau dengan jalan takdir yang terjadi, berarti juga dengan kita yang tidak tau masa depan itu akan datang atau tidak bukan? Seperti Senja yang tidak selamanya ada, seperti itu juga masa depan setiap manusia, Yovandra."

Sore itu, keputusan Gaby untuk menerima kembali ajakan pulang bersama dengan Andra bukanlah hal yang dia sesali. Dia bisa merasakan kenyamanan dan kebebasan setiap kali Andra mengajukan pertanyaan. Dan pada sore itu juga, Gaby mulai merasakan debaran jantung yang sudah lama tidak dia rasakan.

*****

Pukul tujuh malam, Gaby sudah bersiap. Dia berbaring di atas kasur, sambil menunggu Andra menjemputnya. Saat itu dia kembali terpikirkan oleh perjalanan waktu yang sedang dia jalani. Entahlah, tapi setiap kali dia sendirian, permasalahan itu kembali menyerang pikirannya.

Time With You (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang