kondisi diri sedang tidak mood, tapi semoga saja yang aku tulis tidak berantakan.
pengen gacoan :(
Happy reading!!!
*****
Pelajaran matematika berlangsung cepat hari ini. Hal itu terjadi karena tiba-tiba para guru ada rapat dengan kepala sekolah. Semua murid diperbolehkan untuk istirahat lebih awal dengan syarat tidak berkeliaran di area ruang rapat. Tentu, hal itu menjadi satu kesenangan yang luar biasa.
Mengetahui jika semuanya diperbolehkan untuk keluar kelas, Gaby segera menarik Caca keluar menuju suatu tempat. Sedangkan Caca yang baru saja hendak memasukkan buku ke dalam tas, terkejut saat sebuah tangan menariknya secara tiba-tiba.
"Woy woy, lo mau bawa gue kemana?!" tanya Caca dengan suara yang sedikit keras. Membuat beberapa pasang mata menatap ke arah mereka.
Andra yang duduk tepat di bangku belakangnya, juga ikut menatap ke arah mereka. Memandang kepergian Gaby dengan pandangan yang sulit diartikan. Sikap Gaby di pagi hari tadi, masih menjadi kebingungan dalam diri Andra.
"Ini perasaan gue aja, atau emang Gaby hari ini banyak diem nya?"
Pertanyaan yang dilemparkan oleh seseorang di sampingnya membuat Andra menoleh. Mendapati Pandu yang juga ikut menatap kepergian Gaby dan Caca yang kini sudah tidak lagi terlihat.
"Dari dia berangkat nggak ngomong sama sekali, anjir. Masa iya dia tiba-tiba jadi orang kalem?" lanjut Pandu yang masih terus bertanya. Tidak peduli dengan ekspresi Andra yang enggan menjawab.
"Apa jangan-jangan dia habis kerasukan?!!"
"Atau jangan-jangan yang kita lihat tadi bukan Gaby??!! Tapi roh gentayangan yang suka masuk ke raga orang?!! Hiiii, merinding," ucap Pandu tak masuk akal.
"Lo yang merinding!!" cetus Andra dan berlalu pergi.
"Heh, lo mau kemana?"
"Kantin."
*****
"Lo ngapain bawa gue ke sini? Enakan juga ke kantin, anjir."
Rachaela Adisty, cewek dengan rambut sebahu yang kerap dipanggil Caca. Satu-satunya orang yang sangat dekat dengan Gaby sejak masa perkenalan lingkungan sekolah.
"Jelasin apa yang lo omongin tadi!!"
Saat ini mereka sedang duduk di salah satu tempat dekat lapangan basket. Lokasinya yang sedikit jauh dari area kantin dan kelas, membuat sekitar terasa sepi. Selain itu juga, untuk hari ini tidak ada materi olah raga baik dari kelas manapun.
"Omongan gue apa?" tanya Caca yang tidak paham dengan maksud permintaan Gaby.
"Omongan lo tadi pagi!! Yang lo bilang kalau gue semalam habis cerita soal perasaan gue!!" ucap Gaby menjelaskan.
"Lah, kenapa harus gue yang jelasin? Kan lo sendiri yang cerita, gimana sih?!"
Gaby diam sebentar mencari alasan. Tidak mungkin kan dia mengatakan bahwa dia datang dari masa depan? Lagi pula, tentang dirinya yang bercerita kepada Caca soal perasaannya, tidak ada dalam ingatannya sekarang. Ingatan Gaby hanya dimulai saat konflik antara dia dan Andra di mulai. Sebelum itu, Gaby tidak mengingatnya.
"Kenapa malah diem, anjir?! Lo hari ini kenapa sih, Gab? Dari pagi aneh banget perasaan," ucap Caca yang mulai merasakan keanehan Gaby.
"Bukan gitu. Gue cuman bingung aja kenapa lo bilang kalau gue cerita soal perasaan gue, sedangkan gue nggak sadar udah ngelakuin itu," jawab Gaby sedikit masuk akal.
"Oh, iya juga ya. Lo cerita pas tengah malam sih. Bisa jadi lo waktu itu posisi nya udah ngantuk."
"Nah kan!! Makanya sekarang jawab gue semalam ngomong apa aja?"
Caca menganggukkan kepalanya. Memposisikan diri lebih nyaman agar bisa mengobrol dengan lebih leluasa.
"Lo semalam bilang kalau lo suka sama Andra."
"Hah?"
"Dih, bocah, malah kaget."
"Terus terus?!!"
"Ya, lo cerita soal asal mula perasaan lo hadir."
"Lo bilang, lo sebenarnya udah ngerasain tentang perasaan lo ke Andra itu udah lama. Tapi, lo selalu denial karena lo nggak mau perasaan itu benar-benar hadir."
Gaby diam mendengarkan penjelasan dari Caca. Bertingkah seolah dia benar-benar bercerita semalam dalam keadaan tidak sadar. Padahal, dia benar-benar tidak tau apa yang sebelumnya terjadi.
"Gue sebenernya udah curiga juga sejak lama, Gab. Tentang kalian berdua yang sering bareng aja udah kelihatan kalau salah satu diantara kalian pasti ada rasa. Dan ternyata bener."
"Kenapa gitu?"
"Ya, siapa coba yang nggak curiga? Karena gue temen dekat lo, makanya gue cuman nebak kalau salah satu diantara kalian ada rasa. Coba kalau gue bukan temen dekat lo, pasti langsung mikir kalau kalian lagi pacaran. Sama kayak tebakan anak-anak kelas."
Gaby mengernyit bingung, "Anak-anak kelas? Mereka nebak gue sama Andra pacaran?"
"Nah kan, lo nya malah nggak sadar. Banyak woyy yang ngira kalau kalian pacaran. Bahkan anak kelas lain aja banyak yang ngechat gue cuman buat nanya soal kalian," ucap Caca memberitahu satu fakta lagi.
"Sampai segitunya?? Perasaan gue sama dia nggak sedekat itu, deh," ucap Gaby dengan pelan di kalimat akhirnya.
Caca menatap Gaby dengan banyak pertanyaan yang ingin di keluarkan.
"Terus, lo mau apa sekarang?"
"Maksudnya?"
"Tentang perasaan lo. Mau diam aja sampai akhir?"
Pertanyaan itu sukses membungkam Gaby untuk kesekian kalinya.
Mau diam aja sampai akhir?
Kalimat itu entah kenapa menjadi fokus Gaby saat ini. Dia mulai berpikir, jika kehidupan sebelumnya di tahun 2024 mereka saling terluka, apakah mungkin jika kata diam dirubah, maka masa depan juga akan ikut berubah?
"Kalian kan sekelas, mau lo diam aja atau ngomong yang sebenarnya juga nggak ada bedanya, Gab. Mungkin lo akan memilih untuk diam karena lo nggak mau kalian jadi asing. Tapi, dengan lo diam aja itu juga akan nyakitin diri lo sendiri."
Caca memegang pundak Gaby. Memberikan semangat meski dia sedikit takut tentang apa yang akan dialami oleh sahabatnya karena perasaan itu.
"Gue cuman bisa dukung lo, Gaby. Karena mau bagaimanapun, hanya diri lo sendiri yang tau apa yang terbaik untuk hati lo. Lo lebih mengenal Andra daripada gue. Kalau dia berhasil bikin lo buka hati, berarti dia cowok yang udah berhasil bikin lo nyaman selama ini."
Gaby memikirkan ucapan Caca. Sedikit merasa bimbang karena dia sadar bahwa semuanya sudah berbeda. Mungkin, Gaby memang pernah mengalami hal ini di kehidupan yang sebelumnya. Tapi, dia merasa untuk kali ini semuanya sudah berbeda. Perbedaan itu bisa dia rasakan, karena dia sudah mengalami tahun berikutnya. Perasaan yang mungkin masih sama dalam hatinya, tetap saja semuanya berbeda karena waktu yang terjadi secara berulang.
"Tapi kalau misal gue ngomong soal perasaan gue ke dia, menurut lo kemungkinan apa yang akan terjadi selain asing?"
Caca diam sesaat, "Entah. Tapi kita sebagai manusia tidak bisa menentukan jalan takdir selain memprediksinya, Gaby. Kemungkinan yang sudah terlihat besar itu saja, mungkin bisa dirubah sebegitu mudahnya kalau memang takdir mengijinkan."
"Happy atau sad dalam ending cerita itu hanya penulis yang bisa menentukan, karena hanya dia yang tau bagaimana yang terbaik untuk setiap tokohnya."
*****
apa harapan kamu untuk ending cerita kamu nanti? sudah pasti happy kan?
Salam manis,
Ahsidelife.
![](https://img.wattpad.com/cover/360476818-288-k747425.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Time With You (SUDAH TERBIT)
RomanceJatuh cinta adalah satu hal yang paling dibenci oleh Gaby setelah satu tahun lalu. Tepatnya setelah dia menyukai salah satu teman satu kelas yang malah berakhir patah hati. Banyak kejadian dan kejutan yang terjadi. Membuat Gaby mengklaim bahwa tahun...