Malam harinya....
Ditempat balapan sudah banyak orang yang berkumpul untuk menyaksikan acara tersebut.
"Eh Dik, Vano mana sih?" Tanya Satya yang sedikit cemas.
"Tau nih, mungkin lagi di jalan" jawab Diki.
Tidak lama datang lah tiga orang pemuda. Dimas, Hero, dan Jeno, mereka adalah musuh bebuyutan Vano dan kedua sahabatnya sejak SMP sekaligus rival Vano di balapan nanti.
"Heh, mana temen lo yang satunya" tanya Dimas.
"Belum datang atau takut kalah sama gue" sambung Dimas.
"Ya pasti takut kalah sama lo lah Dim" jawab Hero. Dan mereka bertiga pun tertawa.
"Siapa bilang gw takut" jawab Vano yang baru saja tiba dan membuat ketiga pemuda yang sedang tertawa tersebut berhenti dan menoleh ke asal suara.
"Lo kali yang takut kalah sama gue, kan lo gak pernah menang kalo balapan sama gue" sambung Vano.
Mendengar hal itu membuat Satya dan Diki tertawa, dan membuat Dimas beserta kedua temannya menggeram kesal.
"Gak usah kebanyakan bacot, mending kita langsung buktiin aja" jawab Dimas kesal.
"Okee, siapa takut" jawab Vano dengan smirk.
Seperti yang di duga, Vano memenangkan balapan tersebut.
"Sekarang mana uang gue" ucap Vano pada Dimas.
"Lo mau ini" jawab Dimas sambil mengangkat amplop yang berisi uang.
"Gak semudah itu, Lo harus lawan kita dulu" sambung Dion dengan smirk.
"Lah kan perjanjiannya cuman balapan doang" jawab Vano kesal.
"Ya, kalo Lo gak mau, ya udah " jawab Dimas dengan tersenyum licik.
~~x~~
Akhirnya perkelahian pun terjadi, Vano berhasil merebut amplop berisikan uang tersebut dari Dimas, saat Dimas ingin mengambil kembali amplop tersebut teryata polisi telah datang, mendengar hal itu semua orang yang ada di sana berhamburan, kabur dari kejaran polisi.
Vano, Satya, dan juga Diki langsung menaiki motor mereka masing-masing dan pergi dari sana. Mereka pergi ke rumah Diki untuk istirahat karena diantara mereka bertiga cuma Diki lah yang tinggal sendiri, Kedua orang tuanya tinggal di luar negeri.
Sesampainya di rumah Diki...
"Huhfttt, Untung kita gak ketangkap polisi tadi" ucap Vano ngos-ngosan.
"lya, kalo sampai ketangkap habis gue sama bokap gue " sambung Satya.
Vano membuka kulkas yang ada di rumah Diki, Vano dan Satya memang sering menginap di rumah Diki. Katanya sih mau nemenin Diki, soalnya kasihan kalo Diki sendirian di rumah, sekaligus nemenin Diki ngabisin stock makanan yang ada di rumah nya juga.
"Woah, udah penuh aja nih kulkas, perasaan baru kemarin deh kita ngabisin makanannya"ucap Vano.
Vano pun langsung mengambil sebotol minuman bersoda dan meminumnya.
"Eh, Sat lo gak pulang, entar lo di cariin bokap lo"
"Gak akan dicariin, soalnya tadi gue bilang bakalan
nginep di rumah Diki" jawab Satya."Lo sendiri gimana Van, gak pulang?" Tanya Diki.
"Gak, gw lagi males aja ngeliat muka orang Bajingan itu "jawab Vano dengan menekan kan kata bajingan.
"Dan gw juga lagi males denger suara desahan dari jalang yang main sama si Bajingan itu" sambung Vano.
Satya dan juga Diki biasa saja mendengar omongan Vano, karena mereka sudah tau betul bagaimana sifat ayah nya Vano."Ya udah karena kalian nginep di rumah gw, gimana kalo kita nge-game aja?"Tanya Diki.
"Setujuuu" jawab Vano dan Satya serempak.
~~x~~
"Kak kapan kita akan membawa baby ke rumah" tanya seorang pemuda.
"Aku dengar tadi dia balapan dan dia juga terlibat perkelahian dengan sekelompok pemuda" sambung pemuda tersebut.
"Sabarlah adikku, karena kita harus mengurus si tua bangka itu terlebih dahulu" ucap pemuda yang lebih tua.
"Kita harus memberinya pelajaran karena sudah berani menyakiti baby kita" sambung pemuda tersebut.
~~x~~
Bersambung...
Kalo ada typo maaf ya guys...
Jangan lupa vote + comment cerita ini ya...
KAMU SEDANG MEMBACA
Nevano
Fanfiction[FOLLOW SEBUAH MEMBACA!] Bagiku aturan ada untuk di Langgar. -Nevano ~~x~~ "Nevano kamu Nevano kan?? Kakak sangat merindukanmu Vano"ucap seorang pemuda yang berumur sedikit lebih tua dari Nevano tersebut. "Siapa sih lo jangan sok kenal deh sama gw...