3

6.2K 439 21
                                    

Brukkk

"Argghh"

Seorang laki-laki yang berumur kurang lebih 50 tahun sedang di pukuli oleh sekelompok pria berbaju hitam.

"Si-siapa k-klian?" ucap pria tersebut terbata.

"Argggghh"

"Apa k-kesalahan ku?" Tanya pria tersebut.

"Kesalahan mu adalah karena kau sudah berani menyakiti baby kami" ucap seorang pemuda.

"Apa maksudmu? Aku tidak mengerti"jawab pria itu.

"Kau masih menyangkal nya" ucap pemuda yang lebih muda sambil menginjak tangan pria tua tersebut.

"Argggghh"

"Bawa dia" ucap salah satu pemuda kepada sekumpulan pria berbaju hitam tadi.

"Maaf, m-maafkan saya t-tuan" ucap pria tersebut sambil memohon.

"Saya akan melakukan apapun yang anda suruh, tapi tolong lepaskan sayaaa" ucap pria
tersebut sambil berteriak.
Tapi teriakan itu tidak di gubris sama sekali oleh ke empat pemuda tersebut.

Empat pemuda itu adalah:
Edgar Ferdinand Smit
Galang Alfando Smit
Reyhan Davian Smit
Arsen Denovan Smit

"Baiklah, saatnya menjemputmu baby" ucap salah seorang pemuda tersebut.

~~x~~

Saat ini Vano dan kedua sahabatnya masih tertidur dengan pulas nya. Mereka bertiga tidur tidak beraturan, dimana Vano tertidur dengan keadaan kepala terjatuh ke lantai dan kaki di sofa. Sedang sahabatnya, Diki tertidur di lantai dan di atas badan Diki ada kaki Satya.

Tadi malam mereka bertiga begadang karena bermain game, lagipula hari ini hari Minggu jadi mereka bisa puas tidur.

"Eugghhh" Vano melenguh dari tidur nyenyak. Dia terbangun lebih dulu dan langsung membangunkan kedua sahabatnya.

"Satya, Diki bangun" ujar Vano tapi tidak di gubris
sama sekali oleh ke dua sahabatnya itu.

Karena merasa kesal kepada kedua sahabatnya yang tak kunjung bangun, Vano pun berniat menjahili ke dua sahabatnya itu.

"Woii gempa woiii gempa"ucap Vano berteriak sambil melompat-lompat.

Mendengar Vano berteriak Satya dan juga Diki panik dan langsung terbangun dari tidurnya.

"Hah, Gempa" ucap mereka berdua serempak.

Tapi Vano hanya tertawa melihat kedua sahabatnya itu.

"hahahaha, gak ada gempa. lo berdua sih gak bangun-bangun" ujar Vano.

"Huhfttt, Gue pikir beneran ada gempa" ujar Diki sambil menghela nafas.

"Iya nih sampai jantungan gue. Jahat banget sih lo Van, ganggu bobo ganteng gue aja" ujar Satya.

"Udah ah, gue mau balik" ucap Vano

"Lo mau balik sekarang Van, Lo gak mau sarapan dulu gitu" Tanya Diki

"Iya Van lo sarapan disini aja dulu" sambung Satya.

"Hmmm, okelah"jawab Vano.

Saat ini mereka sedang memasak mi instan untuk sarapan mereka. Setelah selesai Vano berpamitan dengan kedua sahabatnya untuk pulang.

Vano mengendarai motornya dengan kecepatan sedang . Tapi sebelum itu ia mampir dulu ke warung beli makanan buat ayahnya. Karena kalo dia pulang dengan tangan kosong bisa habis dia dipukulin ayahnya.

~~x~~

Sesampainya di rumah Vano langsung memarkir motornya. Saat Vano masuk dia sedikit bingung lantaran ada beberapa orang berpakaian hitam dan empat orang pemuda sedang duduk di ruang tamu.

"Siapa kalian?"Tanya Vano pada empat pemuda itu.

"Hai baby, kami kakak mu." ujar Arsen.

"Lo gila ya gw gak punya kakak" ujar Vano.

"Baby jangan berbicara kasar"ujar Reyhan.

"Bodoamat, dimana bokap gue?" ujar Vano berteriak.

"Untuk apa kau menanyakan tentang pria tua itu" ujar Edgar penuh penekanan.

"Sekarang ikut kakak pulang" ujar Galang.

"Gak gw gak mau, dimana bokap gue?"Tanya Vano lagi.

Tapi tidak mendapat tanggapan dari keempat pemuda tersebut.
"Gue tanya dimana bokap gue sekarang, Bangsat" ujar Vano berteriak.

"Astaga baby jangan berbicara kasar'ujar Arsen lembut.

"Apa sih babi babi, kenal juga enggak" ujar Vano.

"Ikut kami pulang sekarang Vano" ujar Edgar sambil menari tangan Vano.

"Gue bilang gue gak mau" ucap Vano.

"Ayah"

"Ayahhhh"

"Ayahhh" Vano memberontak dan berteriak-teriak memanggil ayahnya.

Karena Vano yang terus berontak, Edgar menyuruh salah satu bodyguard nya untuk menyuntikkan obat tidur untuk Vano. Tidak lama El pun tertidur dengan sigap Edgar langsung menggendong Vano menuju mobil diikuti dengan ketiga saudaranya yang lain.

Sesampainya di mobil Edgar membenarkan gendongannya pada Vano. Sedang Arsen sibuk memainkan pipi Vano. Mereka berempat tersenyum melihat wajah polos Vano yang sedang tertidur itu.

"Good night baby"ucap Edgar sambil mengelus pelan kepala Vano.

~~x~~

Bersambung...

Kalo ada typo maaf ya guys..

Jangan lupa vote+comen cerita ini ya..

Nevano Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang