5

6K 333 13
                                    

Saat ini Vano dan juga keempat kakak nya sedang berada di makam ke dua orang tua mereka.

"Ayah, ibu kami datang" ujar Arsen sambil mengusap batu nisan kedua orangtuanya.

"Kami juga udah bawa baby" sambung Arsen.

Vano berjongkok disamping makam ke dua orang tuanya. Vano menangis, dia tidak bisa lagi membendung air matanya.

"Ini Vano ayah, ibu hiks" ujar Vano sambil terisak.

"Maaf Vano datang terlambat"sambung Vano.

Melihat adik bungsunya menangis Galang mendekati Vano dan langsung memeluk untuk menenangkan adik bungsunya itu.

Mereka berdoa lalu menabur kan bunga di makam kedua orangtuanya.
Setelah dari makam mereka berencana untuk pergi ke restoran untuk makan sebelum pulang ke rumah.

Sesampainya di restoran....
Vano melihat menu makanan nya, Vano bingung, karena ia tidak pernah memakan semua makanan yang ada di menu tersebut.

"Baby kamu mau mesen apa??"Tanya Arsen.

"Sama in kakak aja" jawab Vano karena jujur saja Vano tidak mengerti sama sekali dengan menu-menu yang tertera di situ.

~~x~~

Di sepanjang jalan Vano tertidur di pelukan Edgar.

Sesampainya di rumah Edgar langsung membawa Vano ke kamarnya dan merebahkan Vano dengan pelan. Edgar tersenyum melihat wajah polos adik bungsunya itu ketika tertidur.

"Sweet dreams baby " ujar Edgar lalu mencium kening Vano dan pergi dari kamar tersebut.

Edgar turun ke ruang tamu dan di sana sudah berkumpul ke tiga adiknya.

"Keruang bawah tanah sekarang" ujar Edgar berlalu dan diikuti ketiga adiknya.

~~x~~

Ruang bawah tanah....

Terlihat seorang pria yang sudah berumur terikat di sebuah kursi dengan mata tertutup.

Tap

Tap

Tap

Terdengar suara langkah kaki memasuki ruangan tersebut.
"S-siapa disana?" Ujar pria tersebut yang diketahui bernama Handri.

Tidak ada sahutan Sampai Galang memerintahkan Sam untuk melepas penutup mata Handri.

Setelah penutup mata itu terlepas Handri melotot melihat ke empat pemuda yang berbeda didepannya itu.

"Apa yang kalian inginkan brengsek?"

"Cepat lepaskan saya" ujar Handri berteriak.

Galang tertawa mendengar pertanyaan Handri.

"Hahahaha, Apa kau tidak sadar dengan kesalahan mu Tuan Handri?" Ujar Galang datar setelah tertawa yang terlihat menyeramkan di mata Handri dan juga para bodyguard yang berada di sana.

Handri bergidik ngeri mendengar tawa Galang, namun ia berusaha terlihat tenang.

"Dasar brengsek , bagaimana saya tau jika anda belum memberi tahukannya" ujar Handri emosi.

"Ck, dasar tidak sadar diri" ujar Reyhan yang muak mendengar ocehan dari Handri.

"Biarlah jika dia tidak mau mengaku , bagaimana jika kita mulai permainan nya saja sekarang?" Sambung Reyhan sambil menampilkan seringaianya.

"Ide yang bagus kak" ujar Arsen.

"Kalian duluan saja" ujar Edgar lalu berjalan ke arah sofa yang berada di ruangan tersebut dan diikuti oleh Galang.

Reyhan dan Arsen berjalan mendekat kearah Handri sambil membawa pisau. Handri berusaha mundur akan tetapi badan nya masih terikat di kursi tersebut.

Reyhan menggores kan pisau ke pipi Handri. Handri berusaha berontak tapi itu malah membuat luka di pipinya semakin lebar. Melihat itu Reyhan dan juga Arsen tertawa.

Di rasa cukup Edgar mendekati Handri diikuti oleh Galang.

"Apa kau masih tidak mau mengaku?"Tanya Edgar dingin.

"Saya benar-benar tidak tahu apa kesalahan saya kepada kalian "ujar Handri.

"Baiklah, biar saya beri tahu" ujar Edgar.

"Anda bukan, dalang di balik kecelakaan keluarga saya, dan anda juga yang sudah menculik serta memukuli adik saya" ujar Edgar.

Handri terdiam mendengar itu.
"A-apa kau anak dari keluarga Smith?" Ujar Handri gugup

"Apa anda baru menyadarinya nya Tuan Handri" ujar Galang.

"Saya mohon maafkan saya"

"Saya hanya menjalankan tugas saya saja "ujar Handri membela dirinya.

"Siapa yang menyuruh mu?" Ujar Edgar dingin.

"Tuan Mahesa" Jawab Handri.

"Saya mohon tuan lepaskan saya"

"Saya akan menuruti apapun perintah tuan, jika tuan mau melepaskan saya" sambung Handri lagi

"Baiklah saya akan melepaskan mu , tapi dengan satu syarat" ujar Edgar.

"Apapun tuan , apapun akan saya lakukan. Asalkan tuan mau melepaskan saya" jawab Handri mantap.

"Awasi Mahesa"ujar Edgar.

"Baik akan saya lakukan" jawab Handri

Edgar menyuruh Sam untuk melepaskan Handri dan mengantarkan nya keluar lewat pintu belakang, karena dia khawatir kalo Handri akan bertemu Vano jika dia pulang lewat pintu depan.

Bersambung...

Maaf guys lama update nya

Kalo ada typo mohon di maklumi
Jangan lupa vote dan comment nya

Next?

Nevano Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang