Gloria's POV
Tahun ini kami sudah mendiskusikan hal yang besar yaitu kami ingin mendirikan usaha. Jadi aku dan Zeva menemui atasan kami untuk membicarakan tekad kami berdua yang sudah bulat ini. Kami berdua mantap untuk resign saja karena karir kami tidak mau hanya stuck di dunia perkantoran semata, kami masih muda dan ingin memiliki bisnis sendiri yang pastinya sesuai keinginan kami.
Setelah berdiskusi di ruangan bos. Kami resmi sudah resign dari perusahaan yang selama ini berbaik hati menerima kami bekerja. Icha sangat sedih namun ini memang sebenarnya sudah menjadi impian kami berdua.
Aku dan Zeva berencana pindah ke kota kelahiranku. Kebetulan keluarga aku hampir seluruhnya pebisnis. Papaku saja punya usaha toko elektronik yang sudah memiliki cabang di lima kota besar.
"Kak, aku sama siapa kalau kakak berdua pindah?" Icha tiba-tiba masuk ke dalam kamar kami.
"Icha, kamu kan udah ada Ify yang akan jagain kamu dek." Aku berbicara perlahan sembari mengemasi barang-barang, begitu juga dengan Zeva.
"Tapi kak, udah satu tahun lho kita tinggal di sini bareng-bareng. Masa kakak berdua mau ninggalin aku sih? Nggak asik!" manjanya mulai ke luar.
"Cha, kita berharap sih kamu ngerti. Ini itu udah jadi cita-cita kami semenjak kuliah. Ingin buka usaha bersama Cha. Kamu kan di Bali juga ada oom kamu dan udah punya Ify juga. Kita berdua besok pindah ya. Kamu jaga diri baik-baik pokoknya. Kita berdua sayang kamu." kami berdua mengelus kepala Icha dengan lembut.
"Aku sih mau kalian raih impian kalian kak, tapi kenapa nggak di sini aja? Biar tetap tinggal sama aku kak di sini." Icha makin sedih.
"Hehe jangan manyun gitu cantik." Aku menyentil bibirnya.
"Aku serius tau! Huft!" Dia makin terlihat sebal.
"Ya siapa tau dengan kepergian kami ini akan membuat kamu semakin mandiri dan dewasa ya dek dalam menyikapi hidup." Aku tersenyum.
"Kakak berdua nggak asik nih." Dia melengoskan wajahnya.
"Aduh, jangan marah dong Cha. Kan kita masih bisa komunikasi. Kamu bisa sms, telepon, chatting or video-call. Ya kan?" Zeva menggoda.
"Iya kakak. Aku sayang kalian berdua kak." Icha memeluk kami erat.
"Aduh cantik. Aku sama Zeva jadi sedih nih dek. Nanti kami main deh buat nengokin kamu dek kapan-kapan, kamu sama Ify juga bisa main ke rumah aku. Asik kan? Hehe." Aku mengusap punggungnya.
"Iya kak. Hmm, tapi sepi banget aku kak masa di rumah gede gini aku sendiri?" Icha masih mengeluh.
"Kamu nanti tinggal di rumah oom kamu kan. Tadi di kantor bos bilang gitu. Jadi kamu nggak akan kesepian ya Cha." Zeva menjelaskan.
"Tetep aja kurang asik kak." Icha masih argumen.
Obrolan antara kami bertiga selesai dan akhirnya kami semua harus tidur karena memang sudah larut. Besok adalah hari Sabtu dan Icha dapat mengantar kepergian kami berdua ke bandara. Sudah kurang lebih tujuh tahun lamanya kami menghabiskan waktu di Pulau Dewata ini. Rasanya susah lepas namun ini jalan hidup yang harus aku lalui dan tentu saja dengan Zeva tetap di dekatku.
>>><<<
Hari Sabtu tiba. Raga kami enggan beranjak dari tempat tidur yang sudah kami huni selama tiga tahunan ini. Saksi bisu perjalanan cinta kami, kami bercanda serta mengobrol masa depan di kamar ini. Namun bagaimana pun, ini jalan yang sudah kami berdua pilih.
"Selamat pagi kakak-kakak." Icha tumben lebih dulu di meja makan.
"Pagi dek. Icha? Tumbenan dek." aku dan Zeva saling lirik.
"Pagi juga ya Cha. Iya ni, biasanya kita yang nunggu kamu di meja makan hehe." Zeva dan aku langsung duduk di meja makan.
"Ini sarapan terakhir kita kak. Ini aku yang buatin spesial buat kalian, biar semangat mengawali hari ya." Icha membuat nasi goreng seafood rupanya.
"Wah, makasih banget ya." Zeva tersenyum.
"Iya kak kembali kasih. Ayo dimakan ya kak." Icha mempersilakan.
"Ting-Tong-Ting-Tong!"
"Siapa ya? Masih pagi begini?" Aku heran.
"Oh iya kak, itu pasti Ify. Semalam aku yang WA dia kak, suruh dateng pagi ini buat sarapan bareng kita. Sarapan terakhir kan kak." Icha murung.
"Hi, Morning Zeva! Morning Glo!" Ify langsung menghampiri kami dan cipika-cipiki.
"Morning too, ayo duduk sini Fy." Aku mempersilakan.
"Pagi Fy. Ayo dimakan ni nasgor bikinan pacar kamu hehe." Zeva sedikit meledek.
"Wah masa ini jadi sarapan terakhir kalian sama Icha sih? Beneran udah siap nih buat merintis usaha kalian?" Ify membuka pembicaraan.
"Seriusan, kita udah persiapin ini semua matang-matang Fy. Sampe ngelotok deh hehe." Zeva bergurau.
"Iya Fy. Ini udah jadi cita-cita kita semenjak kuliah buat bikin usaha bareng, pengen banget sih punya bisnis pribadi. Kayaknya menantang dan menyenangkan. Terlebih keluarga aku hampir seluruhnya pebisnis dan sukses." aku antusias.
"Hmm, baiklah kalau gitu. Kalau kalian senang, Icha sama aku cuma bisa ngasih doa terbaik." Ify tampak lahap sarapan.
"Iya Fy. Makasih banyak ya." Aku dan Zeva hampir bersamaan.
Kami menghabiskan sarapan kami dan diselingi dengan obrolan ringan lainnya, seputar karir dan hubungan kami masing-masing. Betapa senangnya Ify karena keluarganya menerima bagaimana Ify mencintai Icha. Namun hanya Icha yang belum bilang ke keluarganya, oom-nya saja belum tahu.
Entahlah mereka masih terlalu muda untuk mengalami seperti naasnya hubungan aku dan Zeva. Sampai detik ini ayah Zeva belum mau memaafkan kami dan menerima Zeva khususnya. Aku jadi ikut merasa bersalah namun Zeva meyakinkan aku bahwa ini semua bukan salahku.
Aku juga belum bilang pada keluargaku. Entahlah aku belum siap. Aku dan Zeva sementara hanya bersikap sebagai layaknya teman saja di depan kedua orang tua kami nanti.
Akhirnya kepergian kami tiba. Icha dan Ify mengantar kami ke bandara. Setibanya di bandara kami saling ucap terima kasih dan salam perpisahan.
Semoga kalian bahagia Icha dan Grify. Kapan-kapan kita main bareng lagi di lain waktu. Doakan kami baik-baik saja.
BERSAMBUNG...
Salam Manis
Canimangel
Q (Kyu)
Rabu, 14 Februari 2024
14.30 WIB

KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Let Go
RomanceKisah ini adalah naskah nostalgia murni hasil imajinasi dari buah pikiran saya pada tahun 2018 Seperti apa kisahnya? Mari disimak saja ya Selamat membaca, semoga kalian suka Warning!!! This is GxG (GirlxGirl) genre Skip untuk yang tidak berminat Bes...