BAB 6

86 7 0
                                    

Hari ini di kantor pekerjaanku lumayan menumpuk. Satu per satu pekerjaan telah aku selesaikan dengan sabar. Di ujung sana ada Gloria yang juga serius dengan pekerjaannya. Ya lumayan lah menyegarkan pikiranku yang sumpek. Terkadang aku terdiam beberapa saat untuk memandanginya.

Kembali aku tatap layar komputerku. Mencoba untuk lebih fokus lagi. Berjam-jam aku mengerjakan job desk ini. Akhirnya sudah tinggal sedikit lagi saja. Sebentar lagi juga makan siang.

"Tolong! Eh guys tolongin ni!" waduh! Ada apa itu? aku mendengar suara minta tolong dari arah divisi Glo.

"Aih? Itu siapa yang pingsan?" Aku celingak-celinguk.

Ketika aku melihat, ya ampun si Icha pingsan. Haduh? Kenapa dia? Aku dan Glo juga saling bertatapan dengan bingung. Segera Icha dibawa ke rumah sakit terdekat.

Setelah Icha dibawa dengan ambulance, kami semua kembali bekerja dan tak lama jam makan siang tiba. Seperti biasa aku mengajak Glo makan siang bersama. Ketika makan siang kami berbincang.

"Glo, si bocah itu kenapa ya? Padahal dia kelihatan seger aja tuh hari ini."

"Aku juga nggak ngerti deh yank. Semoga dia nggak apa-apa sih ya."

"Ya semoga aja. Aku kaget lho."

"Iya. Aku juga sama. Nanti pulang kerja tengokin dia yuk!"

"Ok deh yank. Sekarang kita makan siang dulu aja sayang."

Setelah kami selesai makan siang. Kami melanjutkan pekerjaan kami masing-masing. Otomatis meja kerja Icha menjadi kosong karena ditinggal penghuninya yang sakit.

"Zeva, bisa ngobrol sebentar?" tiba-tiba atasanku menghampiri ke meja kerjaku ini.

"Oh iya bos, bisa." Aku mengikuti beliau ke ruangannya.

Setelah sudah sampai di ruangan bos. Aku dan atasanku ini langsung berbincang. Wajahnya nampak serius sekali.

"Zeva, kamu tadi lihat Icha pingsan kan?"

"Iya bos. Iya tadi saya juga jadi panik."

"Begini. Kamu bawa mobil kan?"

"Iya bos saya bawa. Kan berangkat bertiga terus."

"Ok sekarang kamu jemput Icha di RS yah. Pekerjaan kamu teruskan lusa saja ya. Kamu tolong temani Icha di rumah setelah kamu jemput dia."

"Hmm, iya bos kalau gitu."

"Kamu nggak keberatan kan?"

"Enggak kok bos. Saya nanti ke RS buat jemput Icha."

"Ok. Nanti urusan Glo, biar dia diantar supir kantor aja. Saya tadi ke RS nganter Icha dan dia cuma kecapekan aja kok. Dia dan kamu saya kasih off day satu hari ya. Saya minta tolong banget karena saya besok harus ke luar kota bersama istri saya, jadi ya terpaksa kamu temani Icha dulu. Tenang nanti saya kasih bonus tambahan."

"Ok, bos siap. Nggak usah pakai bonus bos, saya ikhlas kok."

"Udah nggak apa. Ya sudah kamu sekarang tolong ke RS ya. Ini uang bensin dan uang makan untuk kamu."

"Eh bos, nggak perlu bos. Nggak apa-apa kok."

"Terima aja ya Zeva. Sekali lagi saya minta maaf. Bukan maksud repotin kamu."

"Iya bos. Terima kasih banyak. Saya permisi."

"Iya, silakan."

Aku ke luar ruangan beliau dan bergegas untuk pergi ke rumah sakit. Rupanya atasanku ini meminta tolong untuk menjemput dan mengurus Icha. Ya sudah aku segera berangkat saja agar urusanku cepat selesai.

"Sayang, Kok bengong depan ruang bos sih?" Aku terhenyak.

"Eh, kamu yank. Iya nih sayang. Aku mesti ke RS jemput Icha. Kata bos dia kelelahan gitu dan butuh istirahat. Terus aku sama Icha dikasih libur satu hari. Lusa aku baru masuk lagi yank." Aku menjelaskan dengan suara pelan dan perlahan agar yang lain tidak dengar.

"Apa? Bos nyuruh kamu jaga dia?" Glo nampak kaget.

"Iya, sayang. Maaf ya aku tinggal dulu. Ini uang buat kamu. Dari si bos ni buat uang bensin dan uang makan aku." Aku memberikan lima lembar seratus ribuan pada Glo.

"Tapi sayang," Glo sedikit menarik tanganku.

"Maaf yank. Nanti kita ngobrol di rumah ya. Terus kamu nanti dianter pulang sama supir kantor. Masuk aja ke ruang bos. Nanti bos bakal jelasin. Dadah sayang. See you at home." Aku tersenyum padanya.

Aku mengemudikan mobil dan menempuh sekitar lima belas menit aku tiba di rumah sakit. Kutemui bocah itu dan memang wajahnya pucat lalu tangannya saja bekas infusan. Aku jadi iba padanya.

"Icha, apa yang kamu rasain sekarang dek? Kok sampe pingsan?" Aku tersenyum.

"Aku nggak kenapa-kenapa kak. Ayo pulang." Dia datar.

Setelah urusan administrasi rumah sakit selesai maka aku langsung lajukan mobilku menuju rumah. Icha sepanjang jalan hanya tidur. Biarlah memang dia lagi sakit

Aku jadi teringat kejadian yang sama setahun lalu. Di mana seorang Gloria kekasihku pingsan di tempat kerja karena penyakit tipusnya. Sedangkan anak ini memang nampak kelelahan.

Lalu Icha mendapatkan obat-obatan berjumlah tiga macam. Obat-obat tersebut berbentuk cair dan kapsul. Untuk dikonsumsi selama satu minggu ke depan.

Sekitar empat puluh menit kami sudah sampai rumah. Aku membangunkan Icha. Aku sebenarnya tidak tega untuk membangunkan Icha namun aku harus lakukan agar dia bisa istirahat di kamar.

"Icha, dek. Bangun yuk. Udah sampe nih." lalu Icha langsung membuka mata perlahan. Aku sentuh kening dan lehernya memang dia masih panas.

"Iya kak. Makasih ya." Dia nampak lemas dan berusaha turun mobil.

"Sini biar aku bantu kamu." Aku langsung memapahnya ke dalam rumah.

"Iya, maaf ya kak repotin." Dia berbicara dengan nada perlahan tak seperti biasanya yang ceria.

"Nggak kok, nggak usah dipikirin."

Aku menuju kamarnya. Lumayan capek juga karena aku harus bantu memapahnya sampai lantai dua. Ya tapi memang Icha kondisi lagi lemah seperti itu. Setelah sampai kamarnya, aku membaringkan ia dan merapikan barang kerjanya. Seperti tas, sepatu dan lain sebagainya.

Kemudian aku ambilkan air dingin untuk mengompresnya supaya suhu panas dalam tubuhnya menurun. Aku ambil obatnya dan langsung meminumkan padanya. Setelah itu ia langsung terlelap.

Tanpa pikir panjang aku langsung mandi dan berganti pakaian serta tidak lupa untuk makan. Setelah selesai semua, aku kembali menemani Icha di kamar. Aku lihat dia masih tertidur pulas. Kompresnya yang sudah kering aku ganti dengan yang baru. Aku lihat jam dinding sudah pukul setengah enam sore.

Sebenarnya aku menjadi agak lelah juga mengurusi Icha dan sudah jam segini Gloria juga belum sampai rumah. Biasanya jam lima sore sudah sampai rumah.

Baiklah aku kirimkan pesan saja padanya. Menanyakan kapan ia sampai rumah. Mataku mengantuk sekali dan aku langsung tertidur di samping Icha yang masih lelap di pembaringan.

BERSAMBUNG...

Salam Manis
Canimangel
Q (Kyu)
Sabtu, 10 Februari 2024
20.15 WIB

Don't Let GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang