Bab 3: Luka

53 29 1
                                    

Para pencopet yang kehilangan buruan sedang bingung di tengah gang yang bercabang. "Ke mana perginya mereka? Gang di sini buntu. Tidak mungkin mereka memanjat tembok, kan?" tanya sang pencopet yang tadi mengambil kantong uang Gyunghui kepada teman yang lain. Kedua temannya ikut celingukan mencari sosok Kim Myung Shik dan Putri Gyunghui.

"Coba kita kembali ke jalan sebelumnya, tidak mungkin rasanya mereka berlari jauh secepat ini," usul pencopet yang memiliki codet di pipi kanan.

Usulan itu pun disetujui oleh yang lain dan mereka berbalik ke tempat sebelumnya seraya mencari lebih teliti. Sampai salah satu pencopet yang kakinya sedikit pengkor, melihat bayangan pucuk topi yang dipakai Myung Shik di dekat tumpukan kayu bakar. Ia menepuk kawannya dan menunjuk ke arah tersebut dengan lirikan mata. Mereka mengangguk saling mengerti dan si Pengkor pun mengambil balok kayu dan ikut berjalan pelan mengepung area tersebut.

Sedang Myung Shik dan Gyunghui yang masih bersembunyi, tidak tahu kalau para pencopet sudah kembali ke jalan yang sama dan sudah berada di dekat mereka.

"Apakah enak rasanya duduk di antara kayu bakar begitu?" tegur si Codet yang membuat Myung Shik dan Gyunghui terperanjat.

Tanpa sempat menghilangkan keterkejutan, keduanya langsung ditarik keluar dari persembunyian dan lengan Myung Shik segera ditahan oleh pencopet yang badannya gempal sedang Gyunghui ditarik rambutnya oleh si Pengkor sampai terjerembap. Gadis kecil itu mencoba berdiri sambil menahan sakit, ia tak dapat menahan air mata yang otomatis keluar.

Hati Myung Shik tak karuan melihat air mata sang putri. Ia sungguh tak tahan melihat Gyunghui yang kini menjadi bulan-bulanan para pencopet. Anak lelaki itu pun mengamuk, dan menggigit lengan si Gempal yang menahannya, lalu membanting saat si pencopet masih lengah. Ia lalu menghalau beberapa yang lain dengan sebilah kayu bakar yang sempat diambil. Sambil mengacung-acungkan kayu tersebut, ia segera menarik tubuh Gyunghui ke belakang punggung.

"Gongju Mama, apakah Anda tidak apa-apa?" Myung Shik bertanya tanpa melihat, ia masih harus waspada akan serangan balik dari kawanan pencopet tersebut.

"Tentu saja tidak, mereka tadi memelintir lengan kiriku dan rasanya sakit sekali." Gyunghui berkata lirih sambil menggigit bibir.

"Maafkan aku, Gongju Mama. Aku bersalah." Myung Shik balas berkata lirih sambil terus mengancam para pencopet yang hendak kembali menyerang dengan kayu yang masih di tangan.

"Ini bukan saatnya untuk minta maaf, kita harus segera kabur dari sini dan kembali ke rombongan. Di sana kita akan aman." Gyunghui kembali berkata lirih sambil mencari cara untuk meloloskan diri. Sedetik kemudian, ia menemukan celah di samping kanan si Pengkor dan memberi tanda kepada Myung Shik.

"Pada hitungan ke tiga," bisik Myung Shik dengan tetap waspada dari serangan.

"Satu ... dua ... tiga!"

Myung Shik langsung meraih lengan kanan Gyunghui dan segera menjauh dari tempat tersebut. Para pencopet jelas tak tinggal diam, mereka mengejar keduanya.

Sampai di ujung jalan buntu, Myung Shik mencoba ke kiri, tetapi jalan di kiri terhalang oleh tumpukan barang. Akhirnya ia memutuskan ke arah kanan, tetapi ternyata dua dari para pencopet sudah muncul di ujung jalan. Keduanya segera lari mundur, tetapi dari arah sebelumnya sisa kawanan yang lain telah menghadang. Keduanya pun kini kembali dalam keadaan terpojok.

Tawa melecehkan yang mereka perdengarkan membuat Myung Shik sangat ketakutan. Ia bukan mengkhawatirkan keselamatan diri sendiri, tetapi lebih kepada Gyunghui yang wajahnya memucat karena rasa takut dan kesakitan sekaligus.

Kayu di tangan kanan berusaha dijadikan senjata mematikan, beberapa jurus pun Myung Shik lancarkan. Akan tetapi, jumlah mereka tak sebanding sehingga tak butuh waktu lama sampai Myung Shik mulai kewalahan.

Hwajeon Untuk Gyunghui [ ✔️ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang