Bab 2: Janji

85 38 3
                                    

Kasim Cha terkantuk-kantuk duduk di depan pintu ruang belajar milik Pangeran Wang Won yang berwarna hijau gelap. Namun, ia langsung beranjak bangun saat mendengar pintu utama bangunan milik sang pangeran terbuka dengan suara keras dan melihat Putri Gyunghui masuk dengan tergesa-gesa. Gadis dengan wajah mungil dan kulit mulus seputih porselen itu, berjalan cepat hampir setengah berlari. Para dayang yang mengikuti terlihat lelah, berkeringat, dan kening berkerut sebab khawatir kalau-kalau sang putri bakal tersandung atau keserimpet hanbok-nya. Hari masih pagi, tetapi mereka sudah dibuat berolahraga oleh sang putri.

"Gongju Mama," sapa sang kasim sambil memberi hormat dengan tubuh membungkuk 90 derajat.

Gyunghui tak mengindahkan sapaan tersebut dan mengibaskan lengan dengan cepat. "Aku sedang buru-buru, cepat buka pintunya!" perintah Putri Gyunghui.

Kasim Cha pun segera menegakkan tubuh sambil berteriak mengumumkan kedatangan sang putri. "Gongju Mama, tiba!"

Pintu segera terbuka lebar dan dengan langkah cepat Gyunghui memasuki ruang belajar sang kakak yang memandangnya dengan kening berkerut.

"Orabeoni!" Gyunghui menyapa asal-asalan dengan nada tinggi dan langsung duduk di atas alas sewarna hanbok biru mudanya.

"Mana sopan santunmu, Gyunghui?" Sang kakak menegur dengan tatapan tajam ke arah adiknya.

Putri Gyunghui pun dengan terpaksa berdiri lagi dan memberi hormat ala putri raja kepada sang kakak. Setelah selesai, ia kembali menjatuhkan diri dan duduk asal-asalan. Bahkan hampir tak peduli alas duduknya melenceng dari tempat semula.

Pangeran Won hanya bisa menggeleng-geleng dan kembali menekuri bukunya. "Ada apa? Aku sedang sibuk," kata laki-laki yang baru menginjak usia 15 tahun itu tanpa memandang sang adik.

"Orabeoniiii ...." Mendengar kata-kata Pangeran Won, sang putri pun langsung menurunkan intonasi suaranya dan menyapa lagi dengan nada manja.

"Wae! Wae! Apa maumu?" sahut Pangeran Won yang sudah terlanjur kesal karena merasa terganggu dengan kehadiran sang adik yang tiba-tiba.

"Kata Dayang Ahn, kau tidak jadi mengajakku keluar hari ini. Aku sungguh marah dan kesal mendengarnya. Bukankah Orabeoni sudah berjanji akan membawaku jalan-jalan sejak satu minggu yang lalu." Sang putri pun langsung mencurahkan isi hatinya tanpa basa-basi lagi.

"Aku tidak bisa hari ini, tadi Abba Mama memerintahkan agar menyelesaikan sesuatu siang ini. Aku akan mengajakmu lain kali saja." Sang kakak menjelaskan dengan mata masih menatap bukunya—yang sebelum Putri Gyunghui datang sudah setengah dibaca.

"Tapi, aku bosan. Aku ingin jalan-jalan sekaligus membeli jajanan di pasar. Ayolah, Orabeoni, sebentarrr saja." Mata Gyunghui membulat memandangi Pangeran Won.

"Lain kali. Kau dengar tidak! La-in-ka-li!" sahut sang kakak lagi dengan mata yang akhirnya teralih dari bukunya.

Mendengar hal tersebut Gyunghui merengut, wajahnya menekuk, dan bibirnya tampak mengomel tanpa suara. Kalau sudah begitu, ia tak berani membantah lagi.

"Tuan Muda Kim, tiba!" Dari depan pintu, Kasim Cha kembali mengumumkan kedatangan Kim Myung Shik yang rupanya sudah diperintah oleh Pangeran Won agar segera datang ke istana.

Mendengar nama tersebut, membuat jantung Putri Gyunghui berdetak dua kali lebih kencang tanpa aba-aba. Dengan gerakan cepat, gadis kecil itu merapikan cara duduk, pita baju, sampai poni rambutnya.

Tidak seperti saat Gyunghui datang, Pangeran Won malah langsung berdiri saat Myung Shik memasuki ruangan—ia dan anak lelaki itu sudah semakin akrab sejak satu tahun belakangan ini—sedangkan orang yang disambut dengan segera merunduk 90 derajat di depan sang junjungan sambil sudut matanya melirik ke arah Gyunghui yang sedang memamerkan senyum manisnya.

Hwajeon Untuk Gyunghui [ ✔️ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang