10. Rumit

210 29 14
                                    



Entah setan apa yang merasuki Seokjin hingga ia tanpa berpikir panjang mengecup Taehyung dan bahkan itu pun di bibir. Benar, di BIBIR! 

Seokjin yang segera kabur dari Taehyung karena merasa malu dan ingin menghilang saja rasanya. Ia juga tidak mengerti mengapa bisa melakukan hal senekat itu hanya karena Taehyung secara tidak sengaja mengecup pipinya. 

Sepertinya ada yang salah dengan dirinya sendiri. Ia harus bisa menahan diri karena bagaimanapun kehidupan dirinya dan Taehyung sangatlah berbeda. Taehyung bukanlah seorang alpha yang bisa menghadapi masa heat-nya. Dan kemungkinan besar ia akan dianggap sebagai orang aneh jika hubungan ini terus berlanjut.

Taehyung harus menikahi seorang wanita untuk menghasilkan keturunan. Meskipun Seokjin sudah diperlakukan dengan baik oleh keluarganya, bagaimana mungkin mereka akan bersikap baik saat mengetahui keadaan tubuhnya yang sangat berbeda dari orang-orang sini.

Rasa malu dan bersemangat itu tergantikan oleh perasaan sedih dan tidak percaya diri. Entah sampai kapan dirinya akan bertahan di dunia ini sebelum kembali ke tempat asalnya, Seokjin tidak ingin meninggalkan dan memberikan luka pada Taehyung yang sudah sangat baik pada dirinya.

“Sadar diri, Seokjin. Di sini bukanlah tempatmu,” gumam Seokjin.

Rasanya ternyata sangat menyakitkan. Saat ia benar-benar menyadari perasaannya, saat itu pula ia harus segera menghilangkan perasaannya. 

Bahagia ternyata adalah hal yang terlalu berlebihan untukku.

***

Pagi-pagi sekali Taehyung sudah bersemangat dan bersiap-siap untuk bekerja. Ia memilih setelan jas yang lebih bagus dan terlihat lebih formal dari biasanya. Ia ingin menarik perhatian Seokjin tentu saja. Dan agar tidak ada satupun yang berani mendekati Seokjin.

Karena dilihat dari manapun, Seokjin sangatlah menawan. Taehyung tidak boleh kalah start dari orang-orang. Dengan style three pieces suit berwarna navy adalah andalannya.

Saat akan mengetuk pintu kamar Seokjin, pintu langsung terbuka dan menunjukkan Seokjin dengan setelan jas berwarna hitam. Tampak begitu menyilaukan bagi Taehyung.

“E-ehh Taehyung? Ada apa?” tanya Seokjin bingung. Baru kali ini Taehyung terlihat sangat formal.

“Aku mau jemput kamu buat sarapan sebelum berangkat. Udah siap?”

Seokjin terlihat lesu dan sudut matanya terlihat sedikit bengkak. Apakah Seokjin menangis? Bukankah hubungan mereka mengalami kemajuan?

“Mata kamu bengkak, kamu nangis?” tanya Taehyung lagi.

Seokjin terlihat gelagapan dan itu semakin membuat Taehyung curiga. Gerak-geriknya terlihat canggung.

“E-enggak kok, kenapa harus nangis? Ayo, katanya mau sarapan?” 

Jelas sekali terlihat jika Seokjin itu mengalihkan pembicaraan bagi Taehyung. Inginnya ia memaksa agar Seokjin mau bercerita padanya, hanya saja, ia tidak ingin dibenci Seokjin. Maka dari itu, untuk kali ini Taehyung mengangguk dan menggamit tangan Seokjin untuk digenggam.

Taehyung tidak ingin hubungannya dengan Seokjin malah mengalami kemunduran. Ia harus mendekati Seokjin dengan terang-terangan dan jika itu tidak cukup, Taehyung akan mengatakan perasaannya.

“Selamat pagi sayang-sayangnya Mama. Udah siap mau berangkat kerja, Seokjin? Padahal Mama seneng banget ditemenin sama Seokjin,” sambut Mama Taehyung.

Seokjin yang sudah mulai terbiasa dengan tradisi keluarga ini yaitu menerima kecupan dari Mama dan Papa Taehyung sebelum sarapan mendekati mereka.

“Seokjin enggak bisa di rumah terus, Ma. Mau ngerasain kerja kayak Taehyung juga,” jawab Seokjin.

DESTINY °TAEJIN°Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang