12. Bingung

204 28 7
                                    


Suara ketukan di atas meja turut mengisi keheningan ruangan Taehyung yang terasa kosong dan sepi. Hari ini rasanya ia menjadi semakin tidak sabar untuk segera pulang. Berbagai rencana romantis Taehyung susun di kepalanya. 

Apakah harus mengajak Seokjin makan malam di restoran fancy? Atau haruskah ia mengajak Seokjin kembali mendatangi pasar malam? Atau bahkan ia bisa mengajak Seokjin berbelanja sesuka hatinya di seluruh Seoul? Yang terakhir sepertinya tidak mungkin, karena Taehyung tidak ingin membuat Seokjin kelelahan.

Sebersit ide muncul di pikirannya. Sepertinya mengajari Seokjin berbelanja online akan seru jika dilakukan malam ini. Apalagi mood Seokjin pagi tadi tampak tidak bagus. Taehyung harus mengajak Seokjin berbincang malam ini juga.

Entah masalah apapun itu, Taehyung akan siap membantu dan mendengarkannya. Taehyung mengerti dengan jelas jika Seokjin masih beradaptasi di lingkungan yang baru. Maka dari itu, Taehyung siap menjadi rumah untuk Seokjin pulang. 

Membayangkannya saja sudah membuat Taehyung berdebar.

Juga sebuah pengalaman baru baginya yang selama ini dianggap aseksual dan tidak tertarik pada orang lain. Taehyung akan membuktikan jika ia mampu mengayomi dan mencintai seseorang dengan sangat baik meskipun tanpa pengalaman berpacaran sama sekali. Taehyung percaya diri akan hal itu.

Tok-tok-tok!

“Permisi, Pak. Apakah saya boleh masuk?” 

Suara ketukan pintu dan permohonan izin seseorang yang sedang Taehyung pikirkan muncul. Seokjin langsung masuk setelah Taehyung mengizinkan dan Taehyung menatap dua buah sampul dokumen yang berbeda. Sepertinya Seokjin sudah mulai membiasakan tugasnya sebagai sekretaris pribadinya.

“Kenapa tegang banget, hm?” tanya Taehyung sembari membuka salah satu dokumen.

“Kamu atasan aku, Taehyung. Aku enggak mau dianggap orang yang enggak sopan sama bosnya sendiri sama orang-orang,” jawab Seokjin ragu.

Taehyung tersenyum sembari menandatangani dokumen yang Seokjin berikan sebelumnya. “Enggak bakal ada yang anggap kamu kayak gitu, Seokjin. Semuanya bersikap hormat karena tau kalau kamu sepupu jauhnya aku. Jadi enggak perlu khawatir,” ujarnya

Keheningan menyelimuti keduanya sejenak, Taehyung yang membaca dokumen dan Seokjin yang menatap Taehyung canggung. Bagaimanapun sebelumnya ada pernyataan yang membuat Seokjin tidak bisa fokus sama sekali. Dan Taehyung terlihat biasa-biasa saja.

Sepertinya benar apa yang dipikirkan sebelumnya, Taehyung hanya ingin bermain-main saja, pikir Seokjin. Perasaan gugup, bingung, dan ragu berkumpul jadi satu hingga membuat Seokin melamun tanpa sadar di hadapan Taehyung yang kini sedang menatapnya intens.

“Ada lagi yang mau disampaikan, Seokjin?” tanya Taehyung dengan senyum kotaknya yang mengembang sempurna.

Merasa terpergok sedang melamun, Seokjin dengan gagap menjawab, “Ah iya, eh maksudnya tidak ada, Pak. Dokumen selanjutnya sedang didiskusikan dulu oleh Hyeji dan Seri.”

“Kenapa manggilnya Pak? Kita cuma berdua di sini, Seokjin.”

“Kamu jangan godain aku terus, Taehyung. Nanti aku bisa nangis,” ujar Seokjin dengan mata yang sudah terlihat memerah.

“Eh maaf, bukan maksud aku godain kamu, Seokjin. Aku cuma mau kamu sedikit santai di sini,” jelas Taehyung panik.

Seokjin segera menunduk dan undur diri, ia hanya tidak ingin berada di ruangan yang sama dengan Taehyung lebih lama lagi. Perasaannya juga tidak kunjung membaik karena semuanya terlalu membingungkan. Seokjin tidak terbiasa dengan situasi seperti ini.

DESTINY °TAEJIN°Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang