#4

221 24 0
                                    

"Bang gem, Laze kangen Icy."

Gempa tersenyum, dan duduk di sebelah adiknya itu. "Petualangan kita masih panjang, sebentar lagi laze."

Malam itu..

menjadi malam kerinduan kami bertujuh.

"Aku harap, kita bisa cepat ketempat itu. Pak tua" Halilintar memandang Duri yang kegirangan, sambil berharap menemukan jejak saudaranya yang menghilang.

﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏

: 00.00

Halilintar duduk di teras, menikmati angin malam dan bintang - bintang. Sepi rasanya, ia ingin kembali ke tempat yang ia tinggali dulu. Bersama saudaranya kembali. "Kabar kalian gimana? apa kalian baik - baik saja," "aku harap begitu ya." Halilintar mengacak - acak rambutnya, kini.. ia tak bisa tidur malam itu.

"....."

Halilintar mulai memejamkan matanya perlahan, mengenang hal hal yang pernah ia lalui bersama saudaranya.
Tiba - Tiba dari kejauhan, terdengar suara kepakan sayap di langit. Seekor burung merpati putih datang menghampiri Halilintar, burung itu ber'singgah di bahunya. "Ah, kamu kembali lagi ya," "Apa saudaraku juga sudah bertemu denganmu?"

Halilintar tersenyum tipis, ia sambil memberi makan sebuah Apel. Burung itu mengangguk, "Jangan pernah takut dengan mereka. Takutlah kepadaku," Saat Halilintar berkata seperti itu, sang Merpati menoleh. Seperti menampakkan ekspresi kebingungan dan bertanya - tanya.

Halilintar kembali tersenyum. Ia sambil mengelus kepala sang Merpati dan berkata,

"Karna, jika kamu menyesatkan mereka. Kamu akan aku bakar hidup - hidup."

Burung merpati itu tiba - tiba terbang mengelilingi tubuh Halilintar, ia tertawa kecil melihat kelakuan burung itu. "Kau mengingatkanku akan adik - adikku."

Halilintar terus tersenyum, matanya berkaca-kaca. Ia tak bisa bohong dari fakta, bahwa ia merindukan saudaranya. Semua anak sulung saat menjadi aku juga pasti merasakan kerinduan yang berat

Burung merpati yang awalnya merusuh itu kembali terdiam, ikut bersedih mendengar curahan hati Halilintar. Tiba - Tiba, sang merpati memberikan sepucuk surat kepada Halilintar. "Apa ini?"

Halilintar membuka surat itu, betapa terkejutnya ia. Rasanya senang, namun juga sedih..

Apa kabar?.
Aku dan Blaze hanya bisa terus berjalan.
mencari kalian yang juga hilang arah..

Tak tau pesan ini akan sampai kepada kalian apa tidak, Monster yang terus menyerang kami membuat kami kelelahan

Namun, kami berdua bertemu orang yang baik hati

Aku harap, kita bisa bertemu kembali ya..

- Gempa.

―Halilintar senang. Bahkan ia tak menyangka bahwa Gempa akan memberi surat kepada kami semua, ia juga bangga kepada sang Merpati. "Terimakasih karna sudah mengantarkan pesan ini sampai tujuan, Merpati." Ia bisa gila di tengah malam itu. Rasanya ingin teriak dan agar kalian semua tahu bahwa aku merindukan kalian, sangat. Walau rasanya pedih dan perih, "Apa aku bisa menjaga Duri dengan baik?. Aku tak yakin gem, aku tak bisa." Halilintar menyenderkan tubuhnya, ia menutupi wajahnya dengan selembar surat itu.

" Aku tak bisa melakukan ini tanpa kalian... Taufan... Gempa... "

...
Setetes air mata mulai membasahi wajahnya, ia tak bisa kuat untuk menahan ini. Semua orang yang melihat ini mungkin akan berkata "Kau sungguh lemah Halilintar, ini adalah hal biasa. Kau lemah, sungguh."

Lemah ya?, Aku rasa semua orang yang terjebak disini juga akan merasakannya. Terlibat dengan orang yang memiliki sejarah penting, Mendengar fakta bahwa dunia ini akan hancur jika kami tak bisa kembali. Belum lagi taruhan nyawa, bagaimana jika Taufan atau blaze atau solar atau salah satu dari mereka ber 5 terluka parah karena melawan monster? Ah jangan sampai.

"Aku juga tidak ingin terlihat lemah."

Burung Merpati itu menyenderkan kepalanya pada Halilintar, mengucap salam untuk ber pergian. Sedangkan Halilintar, terpapar di tengah malam yang hampa. "Andai aku tau ini semua akan terjadi. Aku tak akan membiarkan mereka. Sungguh, cukup beberapa tahun lalu saja mereka hampir kehilangan nyawa mereka. Jangan lagi."

BERSAMBUNG

#Chapter.4
(@derraill)

𝐌𝐄𝐑𝐏𝐀𝐓𝐈Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang