#7

157 18 0
                                    

"Gledek kabarnya gimana ya?" Seorang laki - laki bermata biru gelap berguman sambil melamun di sebuah perdesaan.

Burung Merpati tiba menghadap lelaki bermata biru gelap itu, membawakan sepucuk surat tersirat.

"oh astaga.."

"Merpati, membawa kabar baru?."

Lelaki tersebut ialah Taufan, Merpati memberikan sebuah informasi tentang saudaranya yang lain. Taufan memejamkan matanya sekejap, duduk di akaran pohon sambil menunggu cahaya yang dibuat solar menyinari mereka di kala malam itu, Taufan menoleh ke arah bintang bintang yang bersinar. Sambil memikirkan surat yang di bawa sang Merpati.

Solar menghampiri Taufan,

"Bang itu lenteranya udah nyala-" Solar terfokuskan pada surat itu, ia duduk di sebelah Taufan. Sedangkan Ice masih sibuk menyiapkan minuman untuk mereka. Taufan membuka isi surat tersebut, ia tersenyum hangat bersama kerinduannya. Mengetahui tulisan siapa di surat itu, ia tahu persis. Solar terkejut dengan surat itu,

╭── ⋅ ⋅ ── ✩

H / T.

Lo semua apa kabar? dua hari ga ketemu lo semua di dunia yang aneh ini berasa 2 minggu.

Gw kirim surat ini bukan kangen atau gimana, jadi gausah gr.. Semoga lo smua sehat - sehat ya.

......

Kata Duri, dia kangen sama lo semua. Dia pengen kita semua balik ke dunia yang asli, jujur hampir setengah mati gw ga paham sama sistem dunia ini..ya gw juga bohong kalau ga kangen sama kalian.

huh, Gempa.. Taufan..Lo berdua oke kan? gw khawatir ' sedikit ' sama kalian. Blaze, ice, Solar jangan nyusahin abang lo ya. Ugh, bercanda. Tunggu gw ya?

✩ ── ⋅ ⋅ ──╮

Taufan tersenyum, ia tertawa melihat surat yang ditulis oleh Halilintar.

"Hahaha! lo tetep orang yang gengsian ya lin"

Solar juga tertawa, sungguh ini pertama kalinya Halilintar mengkhawatirkan kami lagi! Solar masih tertawa kecil, begitu pula dengan Taufan. Taufan tersenyum sambil menggulung kembali surat itu untuk dikirimkan ke gempa, "Jangan lupa kirimkan ke Gempa ya."

―Tak peduli betapa dinginnya dia,
Aku ingin berlari, berlari sangat jauh sekali bersama kalian. Tapi jika sendirian itu melelahkan, aku ingin pulang juga. Dan kenbali tahu keberadaan masing-masing dari kalian.

Pada akhirnya kami semua tetap berlari, berpencar tanpa arah. Dan aku pun juga berlari jauh, tapi tak ada yang ingin membawaku pulang. Ah- pasti ada..

****

Solar menolehkan pandangannya, ia berfokus pada wajah Taufan sekarang. Dengan raut yang menyedihkan, sambil tersenyum hangat. Senyuman yang manis, tapi palsu. Melihatnya seperti itu, rasanya akan terjatuh jauh sekali bahkan jauh dari Palung Mariana. Dan aku melihatnya sekarang, apa yang salah dari dunia ini.

"Solar, kau tahu?. Halilintar dulu pernah bertanya kepada aku dan gempa," "Ah dulu kau masi balita." Taufan menyipitkan kedua matanya, sambil menyenderkan kepalanya ke pohon. Ia mengingat kenangan masa lalu bersama saudara yang paling dekat dengannya itu,

𝐌𝐄𝐑𝐏𝐀𝐓𝐈Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang