#3

244 23 0
                                    

"HAH! pecundang, kena kau!"

Bruk!, suara dentuman tubuh dari sang pelaku terpapar di tanah yang keras. Begal itu terpapar di tanah tak berdaya, namun tetap kekeuh dan keras kepala. "Ugh!, Tak usah ikut campur kau pria asing." Halilintar mendengar suara yang di keluarkan dari sang pelaku, ia menyeringai seram dengan mata yang merah menyala dan mencekam.

"Masih kuat ngomong ya?. Apa butuh ku robek mulutmu itu!?" Mata Halilintar membesar, sungguh begal itu tak akan selamat dari Halilintar.

"......"

Sang pelaku menggigit bibirnya, bola matanya mengecil ketakutan. Tak lama, Halilintar menendang tubuh sang begal itu sampai tak berdaya dan mengambil barang yang di begal oleh lelaki itu. Para warga berdatangan serta pemilik barang, mereka terkejut bahwa pelaku sudah terpapar di tanah hanya karena satu orang asing ini. Padahal pelaku itu berasal dari sebuah sekumpulan preman yang bahkan paling ditakuti di desa itu, Lelaki yang memiliki barang itu menghampiri Halilintar berterimakasih kepadanya.

"oh astaga!! terimakasih banyak Tuan, sungguh jika anda tidak mengejar orang ini mungkin saya dan keluarga tak akan makan malam ini! Terimakasih tuan!!"

Halilintar tersenyum kecil dan memberikan barang yang dicuri itu,

"Lain kali, jagalah barangmu atau bahkan barang kalian semua. Jangan takut pada orang seperti ini, mereka hanya ingin uang dengan cara yang haram." Lelaki itu terpesona pada keberanian Halilintar, menyoraki bahwa Halilintar adalah pahlawan yang baru. Semua warga ramai menyoraki Halilintar sebagai pahlawannya,

"Pahlawan kita telah tiba!!"

"Pahlawan baru kita kembali!!"

"Hormat pada pahlawan baru!!"

"Tuan Guntura!!"

Halilintar menelan ludahnya, bingung apa yang terjadi. Guntura? apalah, siapa dia?. "Aku adalah Halilintar," "bukan Guntura." Semua orang terdiam, dan kembali menyoraki "Meskipun Tuan adalah Halilintar tapi, andalah Pahlawan kami." Halilintar hanya bisa tersenyum pahit, ia mengamati sekitar dan baru tersadar "ASTAGA. Halilintar bodoh!, Duri bisa bahaya!" Tak lama Halilintar izin pamit dan pergi bersama kilatnya dengan sangat cepat bahkan melebihi kecepatan manusia pada umumnya.

…⁠ᘛ⁠⁐̤⁠ᕐ⁠ᐷ…⁠ᘛ⁠⁐̤⁠ᕐ⁠ᐷ…⁠ᘛ⁠⁐̤⁠ᕐ⁠ᐷ MERPATI-

Angin berhembus, Halilintar lari dengan kecepatannya. Berharap sang adik tetap ada disana untuk menunggunya,

"hosh....haahh....hosh..."

"Duri, sebentar lagi. Tunggu"

"ugh."

Di saat Halilintar dalam perjalanan kembali menghampiri sang adik, Duri duduk di pinggir jalan sambil ber sungkur dan melemparkan satu per satu ke tanah. Sambil berharap bahwa Halilintar kembali, Setiap suara langkah kaki yang mendekat Duri memandang ke arahnya. "Bukan bang Hali ya?"

Duri duduk, sendiri. Ketika hari sudah mulai sore, ia tetap berada disana. Wajahnya pucat matanya melemas, Entah sampai kapan ia harus menunggu Halilintar tiba. Saat ingin memejamkan mata, terdengar suara langkah kaki yang berlari ke arahnya dan berteriak.

"hosh.. DURI!!"

"Duri sebentar, gw kesana. Tunggu gw"

Halilintar mendekat, Duri tersenyum dan melebarkan matanya. Ia tau bahwa saudaranya tak akan meninggalkannya begitu saja, "Tuhan, terimakasih banyak." Halilintar segera duduk dan memeriksa keadaan Duri. Penyesalan terbesarnya, "Abang macam apa aku ini!?!"

𝐌𝐄𝐑𝐏𝐀𝐓𝐈Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang