1

15 0 1
                                    

"guys, gua ngeprint aja lah yah", itu adalah satu kalimat favorit Raka kalau ada kerja kelompok.

Biar ganteng dan kelihatannya good boy banget, Raka tergolong orang yang cuek, bodo amat dan terlihat tidak peduli dengan pendidikan. Padahal, Raka sekarang sudah kelas XII, dan tinggal hitungan bulan Raka akan menghadapi ujian nasional.  Ya karena, semua modal tugas Raka yang mencari. Jadi temannya mau tidak mau temannya harus iklas aja kalau Raka yang ngeprint. Tapi, sepandai pandai tupai melompat, pasti jatuh juga. Raka yang selalu main aman, hari ini kena sial. Dia hari ini diomelin guru PKN karena tidak ikut dalam mengerjakan tugas Makalah.

"Raka, karena kamu tidak ikut mengerjakan makalah, jadi kamu saya kasih hukuman. Kamu kerjakan sendiri. Judul makalah yang harus kamu bahas adalah tentang Penyelenggaraan Kekuasaan. Nanti sore harus sudah ada dimeja saya! " perintah guru PKN terdengar sangat tegas.

"Pak, tapi--" baru saja Raka mau mengeluh, guru PKN nya langsung memotong ucapan Raka

"Raka! gak ada tapi tapian!"

Raka pasrah, Perintah guru PKN nya tidak. ada bedanya dengan perintah Prabu Siliwangi untuk menyerang musuh. Raka tidak ada pilihan lain.

***

Bel. pun berbunyi tanda waktu istirahat tiba, guru PKN melangkah pelan keluar kelas. Diantara banyak siswa yang keluar kelas hanya Raka yang tergesa gesa, berusaha melewati kerumunan sangat padat.

"Sorry ya, gua buru buru. Nyawa gua bakalan ilang" ucap Raka setiap kali dia gak sengaja menyenggol siswa lainnya. Untung saja Raka sudah kelas XII jadi tidak ada adek kelasnya yang berani melayangkan protes.

Mata cantiknya mencari sosok yang ingin ditemui, biasanya sosok itu sangat mudah ditemukan di kantin bersama teman-temannya, tapi sekarang? Raka sama sekali tidak melihat keberadaannya.

"Aduh, dimana sih. Kok tumben gak keliatan.
Gumam Raka sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kantin.

" Hei!" seseorang menepuk pundak Raka langsung menoleh.

"Ih, Indra! aku cariin juga" kata Raka, Raka mengurucutkan bibirnya. Sosok yang dia cari sedari tadi adalah Indra Wijaya, kekasihnya yang juga anak kelas XII hanya saja mereka berdua beda jurusan. Raka anak IPS sedangkan Indra IPA.

Indra terkekeh melihat wajah cemberut Raka. "Aku dari tadi dibelakang kamu, Rak. Lihat kamu senggol sana senggol sini, kebingungan cari aku, ahaha"

"Ih! jahat! aku lagi panik, asal kamu tau!" Raka merajuk. Bukannya minta maaf, Indra malah semakin gregetan melihat raut wajah Raka.

"Paniknya di delay dulu, Raka-nya minum dulu, ya? aku beliin minuma favorit kamu"

"Ih, gak bisa Indra. Aku, tuh---"

"Tarik nafas, terus buang", ucap Indra, memotong perkataan Raka.

Laki laki itu tersenyum, membuat Raka perlahan tenang.

" Duduk dulu, ya?, kasian pacar aku pegel kakinya gara gara cariin aku"

"Indra... "

"Hmm, Iya Raka?"

"Makasih ya, maaf ya tadi aku panik banget"

Indra kembali memberikan senyuman, dia menarik lembut tangan Raka. Dan menuntun Raka duduk disalah bangku yang kosong. Perhatian yang selalu Indra berikan mampu menenangkan Raka. Berlebihan? Iya sih memang, tapi Raka pernah berfikir jika terjadi perang dunia ketiga Raka tidak akan merasa khawatir jika Indra selalu berada disampingnya. Apalagi, kalau Indra sudah tersenyum. Senyuman yang tulus, dunia terasa damai dan tenang.

Beberapa saat kemudian, keduanya sudah duduk menikmati minuman dan makanan yang Indra belikan untuk Raka. Dengan sabar, Indra mendengarkan omelan dari bibir cantik Raka tentang hal yang tadi terjadi di kelasnya.

Cinta TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang