Lengkungan senyum tergambar diwajah Raka."Heh, tugas lu kerjain dulu" Varrel memanggil Raka ketika Raka berjalan meninggalkan kelas.
Raka menoleh "who cares?"
"Tobat, Rak!" Balas Varrel
Raka terkekeh, lalu berjalan menuju kantin dengan semangat. Begitu melihat Indra yang duduk di salah satu bangku kantin. Raka berhenti sejenak untuk merapikan dan seragamnya. Dia juga mengendus badannya, takut ada bau tidak enak. Dia ingin terlihat manis didepan pacarnya itu.
"Raka!" Sapa Indra
Belum sempat Rala duduk, Indra sudah menahannya lebih dulu, "Tunggu", Indra membersihkan kursi terlebih dahulu.
" Ayo duduk"
"Makasih Indra, baik banget"
"Kamu mau makan apa?, biar aku pesen", Indra bergegas bangkit dari duduknya, Raka menggeleng.
" Nggak, aku masih kenyang. Jadi, nanti aja"
"Beneran?" Indra memastikan, "ya udah, nanti kalau mau sesuatu bilang ya"
"Siap" Jawab Raka semangat
"Kamu beneran gak ada tugas, kan?"
"Nggak ada", ucap Raka bohong, padahal ada tugas menumpuk didepan matanya, dan akan dikumpul ketika pelajaran agama. Raka memilih, untuk tidak jujur. Dia tidak ingin Indra merasa bersalah. Dan, satu lagi, dia tak ingin merepotkan pacarnya itu.
" Rak, kemarin kata Riski dikantin ada menu baru"
"Ih, apa?. Mau dong cobain"
"Kaya udang tempura gitu"
"Pesen satu aja, ya?"
"Kok satu?"
"Indra, aku kan alergi udang", kali ini raut wajah kecewa Raka, tidak bisa disembunyikan.
" Maaf, aku gak tau"
"Gak apa apa, sekarang udah tau kan"
"Yaudah, aku pesenin kamu bakso bakar ya, sama susu kotak. Kamu, tunggu sini" Raka mengangguk.
Raka, melihat kepergian Indra untuk memesan makanan. Wajar, mereka baru 4 bulan pacaran, wajar saja Indra tidak mengetahui detail tentang nya.
***
Setelah terdengar suara bel, Indra dan Raka, kembali kelas masing masing. Jam pelajaran ketiga pun dimulai, yaitu pelajaran sejarah. Mata pelajaran yang paling sedikit peminat, terbukti bahwa siswa dikelas sebagian tidur. Sama halnya, seperti Raka yang melamun.
"Lu kenapa sih?, kesurupan lu?" Tanya Varrel heran, dia memperhatikan Raka yang sedari tadi melamun sambil menatap papan tulis.
"Woi, Njir. Lu kenapa?" Varrel memukul pelan pundak Raka.