Yudha lagi lagi menghela nafasnya, dia merasakan sakit ditubuhnya. Niatnya ingin tidur, tetapi matanya tak kunjung terpejam. Pikirannya bercabang, sebagian memikirkan skripsi dan sebagian memikirkan Ello.
Yudha ingin Ello pergi dari hidupnya, karena bagi Yudha keputusan Ello membagi hati adalah akhir dari hubungan yang dia kira akan berujung abadi. Hanya saja, Ello selalu datang kepada Yudha dengam senyuman yang selalu membuat Yudha lemah. Laki laki itu meminta semuanya kembali seperti dulu, seakan Ello tidak pernah melakukan apa apa.
"Yudha, kamu udah tidur, Nak?" Terdengar suara bundanya dari luar kamar, membuat Yudha sadar dari lamunannya.
"Belum bun"
"Ini ada Raka bawa kue, keluar dulu, yuk?" Mendengar itu, Yudha langsung bangun dan merapikan kasurnya yang berantakan
"Ini Raka sudah didepan kamar loh" Lanjut bunda
"Bentar bun, lagi ganti baju"
"Aku pulang aja deh, tante" Mendengar itu, Yudha langsung membuka pintu kamar.
Raka dengan setelan andalannya, celana jeans hitam dan kaos putih di balut jaket jeans, berdiri disana, tangannya membawa setoples cookies dengan senyum penuh paksaan.
"Hai kak Yudha, cookiesnya kak, silahkan dicoba, lagi ada promo" Ujar Raka
"Raka, tante tinggal ya" Bunda memberi senyum, kemudian meninggalkan Raka dan putranya.
"Ini lu yang buat?" Tanya Yudha
"Ya iyalah siapa lagi?, pastinya buatan bunda lah"
"Oke, siniin" Yudha langsung merampas toples yang dipegang Raka.
"Emang kenapa kalau gua yang buat?" Tanya Raka tidak terima
"Terakhir gua makan mie goreng buatan lu, perut gua sakit", jawab Yudha meremehkan. " Buruan masuk" Lanjutnya sebelum Raka melakukan pembelaan.
"Ke kamar lu kak?"
"Yaiyalah, kemana lagi emang?"
"Ngapain?"
"Mau ngehukum lu"
"Lah?, gua salah apaan anjir. Parah lu ya", Yudha menjawab asal-asalan tapi Raka menanggapi itu serius. Bodo amat dibilang cerewet, Yudha masuk ke dalam kamarnya, tapi Raka tetap mengikutinya. Dia memperhatikan Yudha yang sibuk mencari file di laptop.
" Nanya mulu lu, udah kaya dora aja"
"Nih hukuman buat lu, jawab isi makalah lu, pemalas" Sambungnya
"Ah gak mau!, guru gua aja gak nanya nanya" Tolak Raka cepat.
"Pertanyaan pertama--"
"Ish, kak Yudha" Raka merengek, tapi Yudha tidak peduli.
"Apa yang di maksud dengan kekuasaan kehakiman? "
Raka menggaruk tengkuknya "emm kekuasaan... Kekuasaan yang berkuasa.. Eh bukan, kekuasaan yang mengatur hakim"
"Bener, Rak. Gapapa gak rinci, pakai bahasa lu aja, penting dapat"
"Mau apapun itu, gua gak ngerti kak"
"Nggak tau definisinya?" Yudha mengintimidasi
Raka mengangguk takut.
"Rak, gua tadi bantuin lu itu karena kepepet. Bukan berarti lu udah bebas, stidaknya lu baca biar dikit, jadi lu kalau ditanya bisa jawab" Yudha memberi jeda sebelum dia melirik kearah Raka yang memasang wajah melas, "Rak, gua gak butuh lu bilang makasih, yang gua butuhin lu ngerti sama makalah yang seharusnya udah jadi tanggung jawab lu"