_seutas perhatian_

55 12 2
                                    

Hujan semakin saja deras,tak ada tanda tanda bahwa rintikan dari langit tersebut akan mereda. Siang hari kini menjadi sore,jalanan nya juga semakin di penuhi oleh desakan alat transportasi yang kian bertambah.

Aku terduduk lemah,dengan baju yang sudah basah kuyup akibat kehujanan. Dimas membawa ku ke halte bus agar bisa berteduh barang sejenak,menunggu hujan nya reda.

Aku hanya memilih diam,tak satu pun ku keluarkan kata kata, melainkan sisa-sisa isakan tangis yang mungkin masih dapat di dengar jelas oleh Dimas,lantaran lelaki itu ikut duduk di samping ku,dengan baju yang sama basah kuyup nya dengan ku.

"Kita neduh disini aja bentar,nunggu hujan nya reda...."
Terang Dimas sembari menggosok-gosokkan kedua telapak tangan nya agar terasa hangat.
Ia kemudian beralih menatap ku,mengelus lembut punggungku, menenangkan.

"Udaah..malu tau ,udah gede tapi masih cengeng!"
Kata Dimas mengatai ku dengan maksud menenangkan.

"Oh ,iya! Tadi Lo sekolah ga?"
Sambung Dimas kembali,bertanya sesuatu hal yang konyol. Iya!konyol.
Aku membalas nya dengan kekehan kecil,menertawai ke konyolan Dimas tadi. Tak tahu kah ia hari ini hari Minggu?.

Melihat aku yang terkekeh,lantas Dimas pun ikut tersenyum.

"naah ,,gitu dong.kan lebih cantik."
Ujar Dimas yang kemudian ku balas dengan pukulan kecil yg mendarat di bahunya.

"Duh, sakit ..." Dimas meringis karena pukulan ku.

"Lebay banget ,tau!" Timpal ku sembari menghapus sisa-sisa bulir bening yg sedari tadi hinggap di pipi ku,menyudahi semuanya,dan tenang.

"Lo kenapa ,ndah?"
Pertanyaan yang mungkin sedari tadi ingin di ketahui jawaban nya oleh Dimas.

"Ga kenapa-napa kok." Balas ku singkat.

" Gausah bohong.bilang aja ,ndah. Gue tau pasti ada sesuatu .kalo engga,ga mungkin lon nangis gini"

"Ah,,sok perhatian lu!"

"Gue serius ,indah..."

"Ya gue juga srius..."

"Engga !Lo bohong. Lo kabur dari rumah ,kan?"

"Engga tuh!."

"Trus tadi?"

"Cuma lari."

Dimas menghela pasrah setelah mendengar jawaban ku .

"Oke lah.mungkin Lo belum bisa crita ,gapapa.karena itu pribadi Lo"
Ujar nya serius yang kemudian ku balas dengan anggukan kecil.

"Tapi kalo Lo butuh teman crita,gue siap kok, dengerin Lo.". Sambung Dimas kembali .

"Thanks ,Dimas!"

Setelah 20 menit berada di halte bus ,akhir nya hujan mulai menipis,meski masih jatuh rintikan rintikan kecil.
Dimas langsung saja mengantar ku pulang.

Sesampainya di depan rumah,rasanya berat sekali kaki ku melangkahasuk ke pekarangan rumah,seperti tak ingin .

Aku berhembus pelan....

"Males banget gue masuk" gumam ku dengan pelan. Meski pelan ,Dimas bisa mendengar ku dengan jelas ternyata.

"Buang semua beban Lo! Kalo bukan kesini ke mana lagi Lo mau pulang?"
Kata Dimas yang masih berada di moge nya.

"Iya ..thanks Lo udah mau nganterin gue."

Dimas tersenyum ,sambil mengangguk meng iyakan ucapan ku.

"Yauda,Lo masuk sana."

"Iya,duluan aja!"

"Ga!ntar Lo malah kabur lagi kalo gue duluan minggat"

Mendengar itu,lantas membuat ku terkekeh untuk lagi.

"Iya deh iya,gue masuk"

Aku pun memasuki gerbang rumah dan mulai menuju ke rumah ku. Sesampainya di pintu masuk, aku berbalik ,ku lihat Dimas masih disana sambil mengibaskan tangan mengisyaratkan aku untuk masuk ke dalam.

"JANGAN SEDIH LAGI YA INDAH!"
Teriak nya dari luar sana,yang ku balas dengan acungan jempol ke arah nya.

"OKE!!HATI-HATI YA ,DIM!!" Balas ku seraya melambaikan tangan ke arah lelaki itu. Dimas segera menghidupkan mesin motor nya kemudian melenggang pergi dari sana.

Beban ku seakan hilang sekarang. Rasanya tenang sekali saat keberadaan ku di sisi Dimas. Setiap penuturan dari nya ku anggap tulus. Iya!tulus adanya.
Jujur saja,meski sudah kelas 12 SMA,baru kali ini aku temukan sosok lelaki yang seperti Dimas. Dewasa,sifat tenang nya menjalar hingga ke hatiku.
Teman teman ku yang lain saja -yang kenal nya sudah dari sejak masuk SMA-tak seperti Dimas.
Dimas Anggara ,dia berbeda .dan ya! perbedaan itu yang sangat ku kagumi dari seorang dia.


Dimas AnggaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang