_aku butuh dia_

31 5 0
                                    

"besok gue jemput,boleh?"

       Aku tersenyum ke arah Dimas . Kini kami berdua telah berada tepat di depan rumah ku . Meski berjalan kaki,Dimas  memilih untuk tetap mengantar kan diriku pulang.

"Tumben minta izin dulu, biasanya juga langsung nunggu depan rumah. "

     Dimas cengengesan mendengar penuturan ku yang sedemikian. Ya memang iya, kebiasaan Dimas ialah mengantar jemput diriku . Dan sebelum nya tak pernah di mintai nya persetujuan dari ku. Tau tau nya dia sudah menunggu di depan rumah.

Sudah ku katakan, seorang Dimas sudah tak  asing lagi bagi diriku.

"PR matematika Uda siap?pasti belom ,kann?gue tau!. Kebetulan gue uda siap,Lo contek aja ga apa apa. "

Aku menatap Dimas heran, setelah nya terkekeh mendengar ucapan yang konyol tersebut.

"Udah kok. Tadi malam gue kelarin semua nya"

"Alah,,gausah sungkan! Nanti malam deh,gue kasih contekan ,oke?"

Dan,,kurasa ini modus belaka.

"Mending Lo masuk sekarang. Makan siang,trus tidur. "

"Tidur apa jam segini?"

"Tidur siang ,indah "

"Males! Ngemil lebih bermanfaat"

"Kalo kata dokter tuh, istirahat harus teratur. Biar tidur nya nyenyak,trus mimpinya jadi indah "

" Ya gue teratur ! Dan mimpi gue selama ini juga aman aman aja"

"Ya jelas lah! Karena gue hadir di mimpi Lo "

Aku terbengong untuk lagi.

"Ya kan?kok diem?berarti bener ?Lo sering mimpiin gue?"

Pikiran ku masih loading. Tadi perasaan bahas tentang istirahat yang teratur, kenapa malah kesini nyambung nya.

"Eng-engga ! Iya lah! Engga! Ngapain juga mimpiin elo!"

"Ngaku aja ,indahh!gausa malu-malu! Gue juga gitu soalnya"

Dimas terkekeh setelah mengatakan itu,iya tersenyum ke arah ku. Apalagi yang harus ku lakukan selain memasang ekspresi yang biasa -biasa saja, kalau tidak Dimas pasti tau bagaimana senang nya aku kala dia mengatakan itu tadi.
Ah?untuk apa senang?mungkin yang di maksud Dimas ia pun sama memimpikan dirinya sendiri saat tidur.

                       ***********

**Drt drt drt**

Ponsel ku berdering, kuraih benda pipih yang terletak di atas nakas tersebut dengan segera,mengira itu ialah Dimas.

Namun ternyata dugaan ku salah,yang menelepon kali ini bukan lah Dimas, melainkan putra,si ketua OSIS.

Aku pun mengangkat nya ,dan telepon  tersambung.

"Halo?kenapa?"

"Basa-basi dulu kalee! Malam kek,apa kek,langsung kenapa?"

"Gue lagi males basa - basi,udah,Lo mau ngomong apa?"

"Ini,gue mau nanya,Lo seriusan mau gantii peran sama si Vina?"

"Iya! "

"Yakin?"

"Banget!"

"Mending mikir dulu ,gih.mungkin berubah tu keinginan Lo"

"Kagak berubah!gue males peran gitu-gitu an,ga sanggup denger itu ciwi-ciwi di sekolah pada sewot sama gue "

Dimas AnggaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang