07 :: jam berisik

613 94 4
                                    

"Kamu masih ikut olimpiade, dek?"

Sunoo mengangguk. "Masih."

"Ngapain sih? Kan pas kelas 10 udah sering. Nanti capek loh kamunya." Kata Mama yang tidak suka kalau melihat anak gadisnya ini banyak kegiatan.

"Ih lumayan tau ma sertifikatnya buat ngurangin biaya daftar kuliah."

"Papa gak se-miskin itu dek." Sahut Papa merasa tersindir.

Sunoo mendelik. "Bukan masalah miskin enggaknya, tapi kalo dapet beasiswa kan artinya duit jajan aku nambah soalnya gak bayar UKT full hehehehehe."

Papa menggelengkan kepalanya maklum, terlewat hapal dengan tingkah si bungsu yang suka koleksi novel, lego, dan skincare. Sunoo punya satu lemari khusus isinya novel dan lego semua.

Sunoo menyelesaikan sarapannya dengan tenang. Semenjak kakaknya menikah dan pisah rumah mereka jadi sarapan bertiga terus, kerasa sih sepinya.

"Adek berangkat dulu ya." Sunoo menyalimi tangan kedua orang tuanya.

Khusus hari ini Sunoo ke sekolah naik bis soalnya Papa yang lagi sakit kaki dan Mama yang gak bisa bawa kendaraan buat nganter dia ke sekolah, smeentara Sunoo sendiri tidak diperbolehkan bawa kendaraan.

Padahal Sunoo udah lancar motoran. Hasil belajar pake motor Jungwon di lapangan komplek rumah Jungwon. Belajarnya pas libur semester kemarin, dia kan seminggu full main sama Jungwon terus.

Mata Papa memicing melihat pergelangan tangan Sunoo. "Kamu gak pake jam, dek?"

"Emm, males hehehe. Berisik bunyinya." Cengir Sunoo.

"Pake. Justru karena bunyinya itu makanya kamu harus pake terus."

"Tapi—"

"Adek." Potong Mama. "Pake jamnya." Wania itu tidak ingin amarah suaminya memuncak di pagi hari ini dan lebih baik bagi Sunoo untuk segera menuruti kemauannya.

Sunoo mencebikkan bibirnya. Gadis itu menurunkan tasnya kemudian mengeluarkan jam berwarna hitam yang sudah setengah tahun ini wajib dia pakai, namun semenjak kelas 11 sudah tidak pernah karena Sunoo benci dengan bunyinya yang nyaring.

Lagipula Sunoo sudah sangat sangat jarang melakukan aktifitas berat yang bisa menguras energinya. Mentok-mentok olahraga ringan, itupun keringatnya cuma keluar sedikit.

"Nih udah nih." Sunoo menyodorkan pergelangan tangannya pada sang Papa.

"Bagus. Kalo dilepas lagi nanti Papa lem jamnya di tangan kamu biar dipake terus."

"Ihhh!!!"

"Udah sana berangkat." Usir Papa. Maju paling depan dia kalau soal jahilin Sunoo.

Sesampainya Sunoo di sekolah, dia bertemu Jungwon yang sedang bersandar pada pagar pembatas sambil bermain hape. Gadis bermata kucing itu menata rambutnya jadi kuncir dua hari ini.

"Pagi, Jujuuuu." Sapa Sunoo dan memeluk bahu Jungwon.

Jungwon kaget dikit. "Ya pagi." Jawabnya seadanya. Kemudian dia memicingkan matanya. "Loh, pake jam lagi? Katanya udah mendingan?"

"Eh, heheh, gue males aja sih sebenernya kemaren." Sunoo malah cengengesan.

Jungwon terperangah. "Astaga, Kim Sunoo. Gila ya lo? Bahaya, anjing!"

"Ya maaf." Ucap Sunoo sambil cemberut. "Lagian bunyinya berisik banget. Tit tit tit gitu. Kesel gue dengernya. Bikin semua orang pada noleh ke gue." Gerutunya.

"Dasar bodohhh, justru itu yang—"

"DOORR!!!"

"WAGHHH."

irreplaceableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang