Narael menatap punggung Jema dengan sendu, ia tidak tau kenapa akhir akhir ini Jema seperti menjaga jarak darinya. Ia akan selalu punya banyak alasan untuk tidak bersamanya. Seperti kemarin, ia ingin Jema mengantarkannya ke supermarket untuk belanja bahan bulanan, tapi Jema menolak dengan alasan ada latihan basket hari itu, awalnya Narael tak menaruh curiga sedikit pun, tapi setelah mendapat kabar dari Felisa, yang mengatakan melihat Jema sedang bersama seorang perempuan.
Narael pun mau memastikan, ia bertanya ke Jema, jawabannya membuat Narael sedikit sedih, dan kecewa. Kenapa tidak dari awal Jema jujur kepadanya, kenapa harus berbohong. Setelah kejadian itu Jema semakin jauh kepadanya, dan Narael hanya bisa pasrah.
"Narael!" Panggil Felisa, Narael yang sedang melamun sontak menoleh.
"Temenin gua yuk ke perpus!" Narael mengangguk setuju. Mereka berdua berjalan beriringan menuju perpus, sampainya di sana, Narael hanya mengikuti Felisa kesana kemari, mencari buku yang ia mau, sesekali Narael juga membantunya.
Saat sedang fokus mencari buku, ia melihat seorang yang tak asing sedang berbicara dengan salah satu perempuan yang sangat populer, posisi mereka pun juga sangat dekat.
Jantung Narael berdegub begitu kencang, ia menatap kedua orang itu dengan kecewa. Narael langsung pergi begitu saja meninggalkan Felisa yang menatapnya dengan heran."Lho kok gua di tinggal si!" Ucap Felisa kebingungan, sembari menatap punggung Narael yang sudah mulai menjauh.
Kring~
Suara bel pulang sekolah berbunyi, Narael berjalan ke arah halte bus depan sekolah, tak lama bus pun datang, ia langsung menaiki bus. Jema sama sekali tak menghubunginya, Narael sudah berusaha mengirim pesan, tapi tak ada satu pun pesan yang di baca oleh Jema.
Narael pulang dengan perasaan yang tak karuan, ia melempar tasnya ke segala arah, lalu dengan cepat mengganti baju. Narael membantingkan diri ke kasur setelah mengganti baju, tak berselang lama tubuhnya bergetar, ia menangis.
"Hiks, aku harus bagaimana?" Tanya Narael terhadap dirinya sendiri, ia masih dengan isakan tangisnya. Narael menatap boneka yang beberapa bulan yang lalu Jema berikan untuknya, ia memukul-mukul boneka itu dengan kasar.
Narael menangis begitu lama, hingga ia kelelahan dengan sendirinya, dan tak lama matanya sudah sangat kantuk berat, ia pun memutuskan untuk tidur.
—
Sudah satu minggu hubungan mereka mulai tak jelas, Narael yang sangat berusaha menghubungi Jema, tapi Jema seakan tak mau Narael menghubunginya. Jema tetap membalas, tapi hanya seadanya (Dry text) Narael sudah kebingungan, ia tak tau harus bagaimana, Narael sudah mencoba untuk Jema jujur kepadanya, apakah ia ada salah, tapi tak ada jawaban yang memuaskan dari Jema, yang semakin membuat Narael kebingungan, sedih, dan jelas kecewa.
Jam sudah menunjukkan pukul 21.00 malam, Narael sangat bosan di rumah, ia memutuskan untuk berkeliling komplek, dan mencari tukang nasi goreng, dari tadi ia sangat menginginkan nasi goreng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacaran [Bxb] ✓
Teen FictionJema Baswara, lelaki yang sangat populer di Rajawali High School. Parasnya yang sangat tampan bak dewa Yunani, sangat di gemari oleh para perempuan, dan submisif. Tubuhnya yang atletis, membuat siapa saja ingin menjadi kekasihnya. Banyak sekali yang...