Matahari sudah terbentang tinggi, celah cahaya masuk kedalam kamar kedua anak adam yang masih asik berpelukan. Jema yang terganggu ia segera membuka matanya, dan sesekali ia melirik ponselnya, dan ternyat sudah jam 12.30 siang.
Jema melirik sang kekasih, ia tersenyum kecil, dan mengusap surai Narael dengan lembut. Terlihat sekali kekasihnya kelelehan akibat ulahnya semalam.
Drtdrt~
Suara ponsel berdering keras, tertera nama Leon di sana. Jema segara bangun, dan tak lupa mengangkat telepon.
"Bro!" Panggi Leon, dari sebrang sana.
"Hm?"
"Anak-anak pada nanyain di grup, jam berapa ke pantai?"
"Sore, sekalian nanti malam barbeque-an di sana." Jelas Jema.
"Siap dah."
Sambungan telepon terputus, Jema meletakkan handphone nya, lalu beranjak dari kasur untuk segera mandi. Badannya sudah lengket, di lihat sekeliling kamarnya sangat berantakan, pakaian mereka berserakan di mana-mana karena ulahnya.
Berselang lama Jema keluar dengan bertelanjang dada, dan hanya di lilit handuk di bagian pinggang. Ia segera memunguti pakaian yang masih berserakan.
"Eugh!" Lenguhan Narael terdengar, Jema menatap sang kekasih yang terganggu oleh terangnya matahari, seakan peka ia menutup tirai jendela.
Setelah menutup tirai, Jema segera memakai baju. Ia pun memutuskan untuk keluar kamar, Jema ingin memesan makanan di bawah, dan membeli kopi di luar.
Ting
Pintu lift elevator terbuka, belum sempat ia masuk ternyata di dalam sudah ada beberapa temannya, yang sepertinya abis membeli sesuatu, karena dari mereka membawa paper bag yang cukup banyak.
Mereka semua keluar, Jema belum sempat masuk, lift elevator sudah tertutup lebih dulu. Jema menatap kesal temannya, kalau saja mereka tak menahannya, ia akan cepat masuk.
"Sorry bro, ada yang mau kita tanyain dulu." Ujar Ares, Jema menatap mereka bingung.
"Habis ngapain lo semalem, sampe jam segini baru mandi?" Tanya Ares, sembari memincingkan matanya penasaran. Bagaimana Ares bisa tahu? rambut Jema masih sangat terlihat basah. Jema memutar bola matanya malas, ia kira penting.
"Ck, bukan urusan lu!" Ujar Jema, lalu ia menekan tombol lift.
"Ngga mungkin gaada apa-apa, pasti abis-" Belum selesai Ares menyelesaikan ucapannya, sudah terlebih dulu di potong.
"Udahlah Res, kepo aja lu sama hubungan orang." Ucap Leon, Ares menatap Leon dengan kesal, Ezra pun menarik Ares, dan segera menjauh dari Jema. Leon menepuk pundak Jema.
"Enak bro?" Goda Leon.
"Sialan!" Umpat Jema, Leon hanya terkekeh, pintu lift elevator terbuka, Jema segera masuk, dan Leon pun juga pergi menyusul teman-temannya.
-
"Eugh!" Lenguh Narael, ia segera membuka kedua matanya, dengan nyawa yang masih setengah sadar, ia menatap sekeliling yang tampak sepi.
"Kak Jema!" Panggil Narael dengan suara serak khas bangun tidur, tak ada kunjung balasan dari Jema, ia segera bangun, dan beberapa kali ia terus memanggil Jema, tapi tetap tak ada sautan.
Narael memasang wajah bingung, ia hendak beranjak untuk ke kamar mandi, belum sempat beranjak, pinggangnya sudah terasa sangat ngilu.
"Shh!" Ringis Narael, sembari memegang pinggangnya. Narael mengurungkan niatnya, ia tetap berada di atas kasur, dan segera mengambil ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacaran [Bxb] ✓
Teen FictionJema Baswara, lelaki yang sangat populer di Rajawali High School. Parasnya yang sangat tampan bak dewa Yunani, sangat di gemari oleh para perempuan, dan submisif. Tubuhnya yang atletis, membuat siapa saja ingin menjadi kekasihnya. Banyak sekali yang...