5. Emosi

7.7K 384 3
                                    

Pagi itu udara sangat sejuk, membuat hati Narael sedikit tenang. Seperti biasa, sebelum berangkat sekolah tidak lupa ia mengunci pintunya terlebih dahulu.

Ia sudah sangat rapih dengan seragam sekolah, yang balut sweater agar tidak kedinginan. Narael lalu pergi, dengan menggoes sepedanya.

Tibanya di sekolah, tidak lupa ia memarkirkan sepedenya, sekarang sekolah menyediakan tempat parkir untuk anak yang membawa sepeda, jadi Narael sudah tidak perlu khawatir sepedanya akan jatuh, seperti minggu lalu.

"Narael!" Panggil seseorang dengan lantang, Narael yang merasa terpanggil langsung menoleh kebelakang, ternyata itu ketua osis di sekolahnya.

"Ada apa kak?"

"Pulang sekolah ada yang mau gua bicarain sama lo, kalo lo ada waktu temuin gua ya, di belakang sekolah." Jelas ketua osis itu, sembari tersenyum. Narael yang heran, hanya bisa mengangguk. Lalu ketua osis itu pun pergi meninggalkan Narael yang masih belum mencerna.

Narael tidak mau ambil pusing, lalu ia pergi ke kelas, dan pelajaran pertama pun di mulai.

Pulang sekolah tiba, murid-murid berhamburan keluar kelas. Narael langsung bergegas kearah belakang sekolah,

Tiba di sana, ia menatap sekeliling yang tidak ada siapa-siapa. Orang yang ia tunggu pun tiba

"Sorry nunggu lama." Ujar ketos itu, dengan nafas terengah-engah. Narael hanya mengangguk ngerti.

"Nar, jadi gua nyuruh lu kesini, gua mau ngomong sesuatu"

"Ngomong apa?"

"Gua suka sama lo, mungkin ini agak aneh buat lo, tapi gua beneras suka sama lo dari pertama gua ngeluat lo." Jelas Daniel, sembari menatap Narael dengan teduh. Narael tentu terkejut bukan main, ia hanya bisa terdiam kaku, dan mencerna apa yang Daniel bilang,

"Maaf, tapi aku ngga bisa membalas perasaan kakak, aku pergi dulu ya, kak" Belum sempat Narael pergi, tangannya sudah terlebih dahulu di cekal, Narael sontak menoleh ke belakang, ia melihat jika Daniel sedang menahan amarahnya.

"Nar, lo gak bisa mau coba dulu sama gua?" Jawab Daniel, yang berusaha menahan emosi.

"Maaf, kak ... Aku ngga bisa." Tolak Narael halus, ia tidak mau memaksakan perasaannya, ia takut jika ia paksakan malah sakit untuk dirinya, dan Daniel.

"Kenapa ngga bisa?!" Tanya Daniel sembari teriak, cekalan di tangan Narael semakin kuat. Membuat Narael meringis kesakitan

"Lepasin kak sakit" Cicit Narael, Daniel tidak memperdulikannya, ia malah semakin kuat mencengkram  tangan Narael.

"Jawab gua anjing!" Sentan Daniel, Narael tersentak kaget.

"Kak lepasin."

"Oh, gua tau ... Lo suka kan di kasarin, jadi gua harus kasarin dulu baru lo mau nerima gua?!" Tanya Daniel, sembari terkekeh kecil. Narael sudah tidak bisa membendung air matanya, ia nangis ketakutan. Dan terus berusaha melepaskan cengkraman Daniel.

Daniel mendorong tubuh Narael kuat, sehingga tubuh belakang Narael menabrak tembok cukup keras, Narael tentu mendesis, Daniel pun mengukung Narael, Narael yang terus mencoba lepas, tapi tidak bisa tenaganya kalah besar

"Lo ngga akan bisa lepas dari gua, Narael." Ujar Daniel, yang terus terkekeh, lalu ia mendekatkan wajahnya, hampir saja Daniel mencium submisif di depannya, tubuhnya sudah terlebih dahulu di tarik, entah oleh siapa, membuat tubuhnya menjauh dari tubuh Narael. Narael terduduk lemas, hampir saja.

"Bangsat!" Belum sempat Daniel melihat siapa pelakunya yang menghalangi kesempatannya tadi, ia sudah terlebih dahulu di tonjok. Sehingga tubuhnya terpelanting jatuh kebelakang, ia memegang sudut bibirnya, yang terluka, lalu mendongak.

Pacaran [Bxb] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang