4: Déjavu

152 24 2
                                    

Happy reading 😁

•••

Jeno duduk di kursi koridor rumah sakit. Menatap kosong pada lantai putih yang dipijaknya. Begitu sampai di rumah sakit, ia hanya bisa melihat Minjeong yang terbaring lemah di atas bangsal.

Minjeong dinyatakan koma.

Dalam hati Jeno terus merutuki dirinya sendiri. Bagaimana bisa ia tidak tahu apa-apa dengan kondisi Minjeong. Bagaimana bisa ia melupakan ingatan saat Minjeong mengandung Minji dulu. Ia amat menyesal.

Bimbang menyerangnya. Apalagi saat dokter berkata bahwa dengan keadaan seperti ini, operasi sesar adalah jalan terakhir. Karena dengan apa yang diderita Minjeong dapat membahayakan dirinya dan kandungannya.

"Jeno!"

Mendengar suara yang dikenal, Jeno mendongak.

"Apa yang kau lakukan di sini!? Bukannya kau sedang dinas ke luar kota!?"

Jeno hanya diam.

"Jeno jawab aku! Kau! Kau menunggu mantan istrimu!?" tanya Yena marah.

"Diamlah!"

"Jeno, anak yang dikandung wanita itu bukan anakmu! Itu anak orang lain, percaya padaku. Aku pernah melihat dia dengan—"

"Cukup, Yena! Selama ini aku menahannya karena kau tengah hamil. Tapi kau tidak tahu diri dan terus melunjak!" Jeno berdiri, mata merahnya menatap tajam.

"Kau tidak ingat janjimu pada Hyunjin?" sela Yena.

Hal yang selama ini disembunyikan, alasan Jeno menikahi Yena yaitu karena Hyunjin—suami dari Yena yang sudah meninggal dua tahun lalu. Atas semua perbuatan baik yang dilakukan Hyunjin terhadapnya mau tak mau ia sanggupi. Apalagi ketika melihat Yena yang sebatang kara, semakin hari semakin membuat iba.

Awalnya Jeno hanya membantu dalam urusan finansial dan membantu merawat anak mereka. Tapi lama kelamaan Yena selalu menuntut janjinya. Dan satu tahun yang lalu, Jeno mempercayai rumor kedekatan istrinya dengan yang lain. Tanpa pikir panjang, Jeno memutuskan untuk menikahi Yena dengan rasa marahnya pada Minjeong. Ia dengan bodohnya ditipu oleh wanita itu.

Seorang wanita yang pernah singgah di masa lalunya. Wanita yang sempat ia rindukan keberadaannya. Namun semenjak mengenal Minjeong, Yena terlupakan sedikit demi sedikit.

Perjodohan yang dipaksakan itu sebenarnya membuat Jeno senang. Hingga akhirnya Jeno benar-benar jatuh cinta dan dapat memiliki Minji sebagai buah hati mereka.

Namun karena sikap cerobohnya, ia menyakiti Minjeong hingga sang kasih meminta berpisah sebagai jalan keluarnya. Jeno amat menyesal dengan perbuatannya.

"Yena, aku tau yang ada dalam kandunganmu itu bukan anakku," ujar Jeno yang membuat Yena terkejut.

"Tapi aku—"

"Kau tak bisa mengelak, aku sudah tau semuanya."

"Itu ketidaksengajaan, aku dipengaruhi—" ucapan Yena terhenti, ia menghela nafas. "Bagaimanapun kau sudah menjadi suamiku. Kau juga telah resmi bercerai dengan—"

"Tunggu surat cerai dariku. Dan aku tidak peduli jika Kim Joeun ternyata ayahmu!"



"Pasien harus segera dilakukan operasi sesar karena dengan kondisi yang dialami bisa membahayakan ibu dan anak juga."

Jeno mengangguk.

"Hanya saja bayi akan terlahir prematur karena usia kehamilannya juga baru menuju 7 bulan. Bagaimanapun kami akan melakukan yang terbaik untuk ibu dan anak."

Usai [Short Story]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang