2: Pregnant

151 21 1
                                    

Happy reading ✨

•••

Mata Minjeong perlahan terbuka. Ia menoleh pada suaminya yang duduk di kursi dan meletakkan kepala di sampingnya. Satu tangan Jeno bertengger di perut Minjeong dan satunya lagi menggenggam tangan Minjeong dengan erat.

"Jeno," suaranya sangat pelan, namun Jeno langsung terbangun.

"Kau membutuhkan sesuatu?"

"Aku haus."

Jeno langsung sigap menuangkan air pada gelas. Tangannya membantu Minjeong untuk minum. "Ada yang sakit?"

"Tidak terlalu, apa kau baik-baik saja?"

"Huh?"

"Tubuhmu terasa panas, sebaiknya kau periksa juga," jawab Minjeong. Ia dapat merasakan panas tangan Jeno yang menggenggamnya.

"Hanya sedang tidak fit, aku akan baik-baik saja."

Minjeong mengangguk. Ia tak akan memaksa. Lagipula ia malas berbicara banyak pada Jeno. Ingatan saat di kamar mereka berdua masih terekam jelas. Minjeong tak akan melupakan kejadian yang membuat hatinya sakit.

"Minjeong."

"Ya?"

"Dokter memintamu untuk periksa ke poli obgyn."

Hati Minjeong langsung diliputi perasaan gelisah setelah mendengarnya. Ia takut hal yang tidak diharapkannya menjadi kenyataan. Walaupun ia tak seharusnya terkejut dengan kabar yang akan didengar nantinya.

"Mama!" Minji yang sebelumnya tidur di sofa berlari menghampiri. Ia meminta bantuan ayahnya agar dapat mendekati Minjeong.

"Sayang..." Minjeong mengelus surai Minji yang tengah mendekapnya.

"Ma-ma jangan tidur lama lagi," ujarnya sesenggukan. Ia melepaskan pelukan, kemudian menunjuk dadanya. "Ini... rasanya sakit saat Mama tidak menjawab panggilan Minji."

Mata Minjeong berkaca-kaca, ia kembali mendekap sang anak. "Maaf ya sayang, Mama pasti membuat Minji khawatir. Tapi Mama baik-baik saja. Minji tidak perlu bersedih, oke?"

"Eung."

Sementara itu Jeno memandang mereka berdua dengan tatapan yang sulit diartikan. Namun dalam hatinya ia merasakan kehangatan. Ia juga bahagia sekaligus terharu. Minji, anaknya yang sangat ia sayangi begitu mencintai ibunya dengan sepenuh hati.



Di dekat jendela, Minjeong duduk di kursi rodanya. Ia melihat pemandangan malam taman rumah sakit yang dihiasi lampu-lampu. Padahal pikirannya melayang pada pembicaraannya dengan dokter obgyn tadi.

"Minjeong, tolong jaga pola makan dan istirahatmu. Jangan sampai kau kelelahan apalagi sampai stress. Aku menyarankan kau bed rest untuk beberapa hari. Hari ini kandunganmu dalam kondisi bagus. Namun sebagai bentuk kewaspadaan kau harus benar-benar memperhatikan kesehatanmu. Kau tidak mau kejadian dulu terulang lagi kan? Cukup saat mengandung Minji saja kau terkena pre-eklampsia."

Memang benar Minjeong tidak terkejut, namun ia merasa masih belum siap. Pada kondisi rumah tangganya saat ini, ia ragu berkata pada Jeno. Apalagi dengan kondisi mentalnya yang cukup buruk. Ia takut kejadian dulu benar-benar terulang kembali.

"Minjeong, mengapa tidak berbaring?"

Mendengar itu sang empu menoleh. "Dimana Minji?"

"Minji bersama Karina dan Heeseung, aku sudah mengirimkan pesan padamu. Kenapa duduk di sini?" Jeno berlutut di hadapan Minjeong. "Bagaimana pemeriksaannya? Kenapa harus ke poli obgyn?"

Usai [Short Story]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang