Chapter 6

189 21 4
                                    

Ternyata Yoongi membawanya ke kediamannya, kini Wendy berdiri tepat di halaman depan rumah Yoongi yang sangat besar dan mewah.

Yoongi merangkul bahu Wendy dan mengajaknya masuk, saat memasuki rumah tersebut Wendy di buat kagum dengan apa yang ada di dalam. Para pelayan yang langsung menyambutnya dengan penuh senyum ramah.

"Mari saya antar ke kamar anda, Nona." Wendy memiringkan kepalanya curiga lalu melirik ke arah Yoongi yang masih berada di sampingnya.

"Perglah, aku akan menemuimu lagi." Yoongi langsung pergi ke ruangannya untuk menyiapkan beberapa hal mengenai Wendy.

Wendy akhirnya mengikuti kemana para pelayan pergi, yakni ke sebuah kamar yang cukup luas, bersih, rapih dan memiliki aroma yang menyegarkan.

"Anda bisa membersihkan diri sementara kami akan menyiapkan pakaian untuk anda pakai," tutur pelayan sanga ramah lalu pergi dari kamar tersebut.

Seperginya para pelayan, Wendy mulai berkeliling kamar yang lebih besar dari apartemennya.

"Apartemenku?!" dengan bergegas ia menelpon Seulgi, namun belum sampai panggilannya masuk pada Seulgi, Wendy segera mematikannya. "Bodoh! Jika Seulgi tau, apa yang akan ku katakan?!"

Wendy duduk di atas ranjang berukuran kingsize dan merebahkan dirinya disana, menatap langit-langit kamar tersebut dan berfikir apa tujuan Yoongi membawanya kemari?

Tak terasa Wendy kini memejamkan matanya karena sudah terlalu lelah, bahkan ia tak sadar kalau sudah tertidur pulas.

Para pelayan yang tadi menyiapkan pakaian untuk Wendy kini kebingungan, mereka ingin membangunkan Wendy namun takut jika majikan mereka akan murka.

Akhirnya salah satu dari para pelayan mendatangi Yoongi dan menceritakan apa yang terjadi.

"Baiklah, letakkan saja pakaian itu di sampingngnya, aku akan mengurus sisanya."

Yoongi pun mendatangi kamar Wendy yang berada di samping kamar pribadinya, mengetuknya beberapa kali dengan perlahan takut membangunkan gadis itu.

Yoongi masuk perlahan lalu menutup pintunya, ia masih berdiri di samping pintu dan menatap Wendy yang tertidur lelap. Langkah kakinya mulai mendekat dan kini Yoongi duduk di tepi ranjang, tangannya mengusap lembut pipi Wendy dan senyumnya otomatis mengembang di kedua sudut bibirnya.

"Sangat cantik," lirihnya menyisir rambut Wendy yang berantakkan dengan tangannya.

Plak!

"Apa yang sedang kau lakukan?" sinis Wendy yang sudah sadar.

"Mau pergi kemana, hm?" Yoongi menindihi Wendy dengan separuh tubuhnya saat Wendy hendak bangkit dari tidurnya.

Jarak keduanya sangat dekat bahkan Wendy mampu merasakan hembusan nafas Yoongi  yang menerpa kulit mulusnya dan juga detak jantung Yoongi yang berpacu dengan cepat.

Terlihat lebih indah saat Yoongi melihatnya berada di bawah kukungannya. Ia mulai mendekatkan wajahnya pada wajah Wendy, sementara Wendy berkali-kali mengedipkan matanya bingung dengan situasi yang mendadak ini.

Yoongi perlahan memejamkan matanya, wajahnya sedikit di miringkan, kedua bibir mereka semakin dekat dan dekat. Jantung Wendy dibuat tak karuan olehnya, karna kini bibir Yoongi benar-benar menempel pada bibirnya.

Kedua tangannya di gunakan untuk menopang tubuh Yoongi agar tidak benar-benar menempel pada tubuhnya, karna sejujurnya merasa ada yang aneh.

Namun bukan Yoongi namanya jika tangannya tidak pergi kemana-mana. Tangan kanannya ia gunakan untuk menopang dirinya sendiri agar tak jatuh menimpa Wendy, sementara tangan yang lainnya mengusap leher Wendy dan meraba pelan bibirnya.

Wendy mencoba mendorong tubuh Yoongi, namun percuma saja karna Yoongi sudah di ambang kewarasannya.

Yoongi terus mengecup bibir Wendy meski sudah mendapat banyak penolakan, lidahnya mulai memaksa masuk dan membuka bibir sang gadis agar bisa beradu lidah. Dengan segera, Wendy menendang paksa kejantanan milik Yoongi dan mendorongnya sampai tersungkur ke lantai.

"Ashit!" umpatnya merasakan nyeri di daerah kejantanannya.

"Apa yang salah dengan otakmu, ha? Kau fikir aku jalangmu?!" cerca Wendy yang kini sudah bangkit dari ranjang dan mulai berjalan melewati Yoongi.

Ia pergi dari kamar tersebut dan hendak kabur dari kediaman pria gila itu.

Yoongi merebahkan dirinya di atas lantai sambil tertawa kegirangan, ia membayangkan ekspresi Wendy yang sedang menahan hasratnya itu.

"Sshhh.. Kau membuatku semakin menginginkanmu," gumamnya seraya mendongakkan kepalanya.

Sementara itu Wendy yang kini sudah berdiri di depan gerbang mencoba untuk kabur dengan memanjatnya. Namun belum sampai atas, Yoongi datang dengan beberapa ajudannya.

"Ya! Apa yang kau lakukan!" teriak Yoongi mendongakkan kepala menatap Wendy yang terjebak di tengah-tengah pagar.

Dugh!

"Diam! Aku ingin pulang!" jawabnya sambil melempari Yoongi dengan flatshoes miliknya.

Yoongi tertawa terbahak-bahak melihat tingkah calon istrinya ini, "Turunlah! Sebentar lagi hujan!" Wendy tetap kekeh untuk tidak turun dari pagar itu.

Duarrrr!!

Suara guntur mulai terdengar sesaat setelah Yoongi mengatakan akan turun hujan.

"Dengar?" cuit Yoongi menyunggingkan senyumnya menatap Wendy yang sedikit terkejut dengan suara guntur. "Ayo saya bantu turun!" sambungnya berjalan mendekati pagar.

Kedua tangannya terulur keatas mencoba meraih tangan Wendy yang masih setia berpegangan pada beton.

"Tidak perlu, lebih baik kau pergi saja!" Wendy masih menolak keras tawaran Yoongi yang akan membantunya.

"Kalian masuk saja, biar saya yang mengurus anak ini," titah Yoongi pada ajudannya.

Kaki kecilnya berjalan pelan menuju gerbang yang lebih mudah di turuni, tangannya berpegangan pada setiao beton, sedikit berjongkok agar kakinya bisa menyentuh tanah tapi ternyata tak sampai.

Hug!

Karena tidak sabaran, Yoongi langsung menarik tangan Wendy dan membuatnya jatuh pada pelukannya. Yoongi menggendongnya ala bridal style dan kembali membawanya masuk rumah, Wendy tak mau mengalungkan kedua tangannya pada leher Yoongi karena ia merasa aneh, jadi dia hanya melipat kedua tangannya di dada.

"Kenapa tidak memelukku?" tanya Yoongi terus berjalan menuju kamar Wendy.

"Aku membencimu," sinis Wendy tak menatap wajah Yoongi sama sekali.

GLUDUG!

DUARR!

"Yoon!" reflek Wendy memeluk Yoongi dengan sangat erat saat suara guntur kembali menyapa.

Yoongi menyunggingkan senyumannya dan tertawa pelan. "Hm? Ku fikir kau membenciku," ledeknya.

Kini keduanya sudah berada di luar kamar Wendy. Saat ia ingin masuk kedalam, Wendy mencegahnya. "Turunkan aku, aku bisa masuk sendiri," tuturnya sudah melepaskan pelukannya pada Yoongi.

Yoongi menulikan pendengarannya, ia tetap membuka pintu tersebut dan memaksa masuk meski tak di izinkan Wendy.

Brugh!

Yoongi membanting Wendy pada ranjang tersebut. "Awhh! Sakit bodoh-" kalimat Wendy terpotong saat Yoongi dengan sadar menindihinya tentu dengan kedua tangan yang menopangnya. "A-apa yang kau lakukan?" tanpa aba-aba, Yoongi langsung melumat bibir Wendy dengan sedikit kasar. Meski Wendy menutup bibirnya dengan sangat rapat, Yoongi tak kehabisan ide agar bisa membuka mulut gadis di bawahnya.

Ia sengaja mengigit bibir bawah Wendy dengan sangat keras sampai Wendy membuka bibirnya karena meringis kesakitan. Yoongi berhasil membuka bibir Wendy, ia semakin gencar melumat dan menyesap bibir bawah dan atas secara bergantian.

Kedua tangan Wendy mencoba mendorong tubuh kekar Yoongi agar menjauh darinya, namun Yoongi berhasil menangkap kedua tangan Wendy dan menariknya ke atas kepala Wendy.

"Jangan membuatku marah, ayo kita lanjutkan yang sempat tertunda."

OBSESSED INTO YOU | WENGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang