Chapter 3

137 19 0
                                    

Taehyung dan Wendy pergi berjalan-jalan di tepian sungai han, suasananya cukup menyenangkan.

Setelah membeli beberapa camilan, keduanya duduk di kursi yang kebetulan kosong.

Wendy menyandarkan kepalanya pada bahu Taehyung setelah duduk, tangannya tak henti memainkan jari jemari sang kekasih.

"Ukuran tangan kita kenapa berbeda?" tutur Wendy sambil mensejajarkan tangannya dan Taehyung.

Taehyung menangkup pipi Wendy dan menatapnya cukup lama. "Kenapa bertanya? Bukankah kau sudah tau jawabannya?" Wendy menggeleng dengan bibir yang mengerucut.

"Itu karna kau di takdirkan memiliki tubuh lebih kecil dan menggemaskan seperti ini," tutur Taehyung gemas sambil terus memainkan pipi Wendy.

Mereka menjalani hari ini seperti pasangan pada umumnya, bermesraan, saling melempar candaan, saling mengejek.

Meski berbeda status, keduanya tetap saling mencintai satu sama lain.

.
.

Sudah satu bulan berlalu, baik itu Yoongi, Wendy atau Taehyung tidak ada pergerakan yang istimewa.

Tetapi hari ini, ini adalah hari paling special bagi Wendy. Kenapa?

Gadis itu pergi ke sebuah hotel yang sangat mahal, ia pergi ke lantai paling atas untuk pergi ke suatu ruangan.

"Tuan Seo, bagaimana? Apa ada kendala?" tanya Wendy pada kepala penyelenggara acara.

"Tidak sama sekali, semua berjalan sesuai keinginan anda. Dan saya bisa pastikan ini akan menjadi pesta ulangtahun yang paling anda kenang seumur hidup," seru lelaki itu bersemangat.

Ya, hari ini adalah pesta ulangtahunnya yang ke 25. Ia ingin membuat pesta ulangtahun impiannya, karena selama ini Wendy tak pernah merayakannya sejak kedua orang tuanya tidak ada.

"Aku percayakan semuanya padamu."

Setelah sedikit berbincang, Wendy segera pergi dan menuju butik pakaian.

Ia tak bisa mengambil baju dari tokonya sendiri, karena kali ini ia ingin membuat gaun di tempat sahabatnya yang seorang disainer.

Perjalanan dari hotel menuju tempat sahabatnya tak begitu jauh dan memakan waktu, sampailah di sana Wendy segera menghubungi sahabatnya dan berbicara berdua.

"Seul!" seru Wendy berlari kecil sambil merentangkan kedua tangannya kode ingin memeluk.

"Wendyaaaa!" gadis yang di panggil tadi pun menyambutnya dengan hangat.

Seulgi, gadis yang sangat populer saat sekolah dulu karena sangat cantik, tubuh yang proposional dan wajah yang sangat indah.

Wendy sempat tak menyangka bisa menjadi sahabat dari gadis populer, tapi ia juga tak sadar kalau dirinya sendiri pun lebih populer.

"Sudah lama aku tidak bertemu denganmu, apa apartemenmu masih sama?" tanya Seulgi yang kini keduanya sudah duduk di sofa.

Wendy mengangguk sambil tersenyum. "Kapan-kapan kau harus menginap disana."

"Oh ya, mengenai gaunmu, aku sudah menyelesaikannya semalam!" Seulgi nampak sangat lebih bersemangat.

Ia bergegas pergi ke dalam ruang kerjanya dan kembali dengan satu manequen yang sudah memakai gaun sahabatnya.

Wendy terkagum melihat betapa indahnya gaun impiannya ini, terutama di rancang langsung oleh sahabatnya.

"Kau sudah menyebarkan undangannya?" tanya Seulgi memastikan.

Wendy mengangguk. "Tidak banyak yang ku undang, hanya orang yang ku kenal saja," tuturnya sambil mengingat.

"Hei, kau fikir siapa di dunia ini yang tidak kau kenal? Bahkan dari luar negri pun kau memiliki banyak kenalan," oceh Seulgi sambil mencubit bahu Wendy.

Keduanya terkekeh dan melanjutkan obrolan ringan mereka.

"Bagaimana dengan Taehyung? Masih bersamanya?" tanya Seulgi.

Wendy melipat kedua tangannya sambil memejamkan kedua mata seolah sedang berfikir keras.

"Sudahlah, aku sudah tau jawabannya," potong Seulgi malas sementara Wendy hanya tertawa pelan.

Dulu, Seulgi tak mengizinkan Wendy berpacaran dengan Taehyung. Alasannya adalah menurut Seulgi, Taehyung adalah lelaki yang tidak bisa di percaya perkataannya.Meski ia pria yang baik, Taehyung memiliki banyak kenalan perempuan.

Alasan itulah yang membuat Seulgi masih tak suka dengan Taehyung. "Hmm, pilihan terbaik ada padamu."

Setelah beberapa jam mereka mengobrol, Wendy pun berpamitan untuk pulang karena sudah sore.

"Seul, apa aku boleh menitipkan mobilku disini? Aku sangat lelah, takut terjadi apa-apa di jalan," pinta Wendy dengan wajah yang memang terlihat sangat lelah.

Seulgi tersenyum lalu mengangguk. "Apa sudah memesan taxi?"

Gadis itu mengangguk. "Sudah, mungkin sebentar lagi akan sampai. Kalau begitu aku turun ya, sampai jumpa!"

Setelah keluar dari ruangan Seulgi, Wendy berjalan sambil mengerjapkan matanya karna sudah sangat lelah.

"Hufff, saat sampai di rumah aku ingin cepat-cepat tidur!"

Wendy menunggu di pinggir jalan sampai taxi itu tiba, dan beruntung karna tak lama setelah itu tumpangannya datang.

Selama perjalanan, Wendy hanya diam saja karena sudah malas berbicara. Ia memutuskan untuk memejamkan mata sampai ia tiba di kediamannya.

Samar-samar, Wendy bisa merasakan kalau supir taxi ini sedang mengawasinya namun ia tak ambil pusing selagi nyawanya tak terancam.

Setelah beberapa menit, sampailah Wendy di depan apartemen miliknya.

Dengan segera ia keluar dari mobil itu dan bergegas masuk kawasannya, namun anehnya meski Wendy sudah berjarak sangat jauh dari taxi itu, mobil itu tak kunjung pergi.

"Sudahlah," gumamnya tak lagi memperdulikan.

Setelah masuk kedalam apartemennya, Wendy langsung merebahkan dirinya di atas kasur empuk dan memejamkan mata.

Belum ada satu jam ia terlelap, sebuah notifikasi pesan masuk ke ponselnya.

"Seulgi? Ada apa ya." segera ia membuka dan membaca pesan dari sahabatnya itu. Namun hal yang mengejutkan membuat dirinya segera terduduk dan membulatkan matanya.

Bagaimana tidak, Seulgi mengirimkan tangkapan layar dari twitter sang kekasih.

Matanya terus menatap sosok dari layar ponselnya, hatinya merasa sangat nyeri. Fikirannya terus berfikir tentang banyak hal, tentang apa yang tiba-tiba terjadi saat ini.

Ia ingin langsung bertanya pada Taehyung, namun tak jadi. Mengingat satu hari lagi adalah ulang tahunnya, ia tak ingin membuat suasana hati menjadi kacau saat hari bahagianya.

Di sisi lain, lagi-lagi seseorang sedang memantaunya sambil duduk di meja kerja miliknya. Kali ini ia memantau langsung dari layar ponselnya, giginya mengerat sampai memunculkan suara.

Kepalanya menengadah dan menghelakan nafas sangat panjang berkali-kali. "Aku sudah memberimu kesempatan, dan ini yang kau lakukan?" monolognya seraya membayangkan foto yang di lihatnya tadi.

Batinnya terus mengutuk lelaki itu, kedua tangannya mengepal sangat kuat menahan agar tidak hilang kendali akan akalnya.

"Ya, kita akan melihat apa yang akan terjadi nanti."

OBSESSED INTO YOU | WENGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang