بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Assalamualaikum warahmatullah..
Halo, hehe
Kangen ak ga Kelen? xixixi
૮₍ ៸៸˃ ᵕ ˂៸៸ ₎აVotenya kaaaaaaaaaaQ
°•Happy Reading•°
°
°
~🕊️~"Makasih ya mbak" ucap Hanin ramah pada penjaga warung depan asrama.
Ia mulai melangkahkan kakinya terburu-buru menuju rumah karna belum izin pada suaminya. Ah tidak, lebih tepatnya Gus Rafan sudah melarang dia agar tidak berbelanja sendiri, apalagi keluar dari area pesantren. Tapi dirinya terlalu keras kepala dan akhirnya tetap nekat berbelanja kebutuhan dapur tanpa sepengetahuan suaminya.
"Ning!" Sapa satpam pesantren membuat Hanin tersenyum walaupun wajahnya menunduk.
Dia tidak berhenti, hanya sedikit melambatkan langkahnya. Setelah melewati pos satpam, dia kembali berjalan dengan terburu-buru.
"Mbak!" Tegur seorang pria dari arah belakang. Hanin reflek menghentikan langkah meskipun tanpa memutar arah tubuh.
Terdengar sebuah suara langkah kaki yang mendekat membuat batin Hanin menerka-nerka siapa pria itu.
"Permisi, rumah Gus Rafan belok ke arah kiri atau kanan ya? Saya sedikit tersesat" tanya pria itu, Sopan.
Hanin bergeming, dia berfikir pria ini pasti adalah teman suaminya. Agar lebih sopan, akhirnya dia berbalik arah dengan wajah yang sudah ditundukkan.
"Loh, Hanin?" Ucap pria itu terkejut. Begitu juga dengan Hanin, kenapa pria dihadapannya bisa mengenalinya?
Tanpa basa-basi Hanin bertanya. "Maaf, kenal saya?"
Terdengar suara kekehan yang pastinya berasal dari pria itu. "Ini saya, Haikal" ungkapnya membuat mata Hanin melebar seketika. Haikal? Teman kecilnya? Untuk memastikan, Hanin mendongak sekejap. Dan benar saja, Haikal, teman yang ia miliki saat berkunjung ke rumah neneknya di Tasikmalaya sudah berdiri tiga langkah didepannya.
"Kamu disini?" Tanya Haikal pada Hanin yang kembali menunduk. "Owh kamu mondok disini ya. Ga nyangka bisa ketemu" imbuhnya sok tau.
"Rumah Gus Rafan belok kanan. Saya permisi dulu, Assa-"
"Tunggu Hanin!" Potongnya cepat. "Aku mau ngomong sesuatu, boleh?" Imbuhnya.
Hanin terlihat berfikir, dia sebenarnya merasa tidak nyaman karna hanya ada mereka berdua disini. Tapi dia juga merasa tidak enak karena Haikal ini adalah teman suaminya juga. Akhirnya Hanin mengangguk walaupun terpaksa.
"Silahkan" balasnya membuat Haikal tersenyum girang.
"A-aku mau e-eum g-gini" Mendengar Haikal yang tak kunjung berbicara dengan jelas, Hanin menghela nafas sesaat. "Kalau tidak penting saya permisi"
"Ah i-ini penting Hanin, please sebentar aja" mohonnya. Hanin diam sebagai isyarat mengizinkan Haikal untuk kembali bicara.
"Gini, aku punya niat baik"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta DyaDra | On Going
JugendliteraturFollow dulu kak⚠️ °• Dra •° Seperti bunga Daisy yang mekar di tengah padang, kelembutanmu menyejukkan seperti ajaran Islam yang memuliakan setiap langkah kebaikan. Keceriaanmu menyinari sekeliling, mengingatkan pada cahaya kasih-Nya yang tak pernah...