Prolog

2.3K 212 70
                                    

"Apa kau bodoh? Tolol? Atau idiot?" Kertas yang dilempar oleh wakil direktur itu berhamburan. Sebagian bahkan mengenai wajah manis pria kecil yang berdiri di depan meja. "Aku sudah bilang untuk membuat strategi pemasaran baru, mengapa terus membawa sampah kehadapanku?"

Namanya Bible, putra pemilik perusahaan. Menjabat sebagai wakil direktur diusianya yang ke tiga puluh tiga tahun. Dikenal dengan sikap tegas dan berwibawanya, hingga dua bulan lalu, ketika divisi marketing menerima seorang asisten manager baru.
Bible berubah menjadi bengis dan kejam, terutama pada Biu.

Biu seringkali menerima cercaan, amarah dan caci maki dari atasannya. Seperti saat ini, ketika manager pemasaran tidak bisa hadir ke kantor, dirinya lah yang ditugaskan mengirim hasil kerja divisi mereka ke ruangan wakil direktur.

"Kenapa diam? Kau mulai bisu."

"Maaf pak." Wajah pasrah Biu membuat Bible semakin kesal. "Saya akan membuat proposal baru."

"Lalu kemana saja kemarin? Bukankah aku sudah memberimu waktu?"

"Saya janji, besok pagi akan selesai."

Bible tertawa miring, merendahkan tentu saja. "Orang tidak becus sepertimu?"

"Tolong beri saya kesempatan, pak." Biu mendongkak, kedua iris matanya menatap pada satu titik yaitu kelamnya tatapan Bible. "Kali ini, saja."

Bible berdeham. "Kalau kau tidak berhasil?"

"Saya akan mengundurkan diri."

Wakil direktur itu menghempaskan punggungnya kesandaran kursi. "Lari dari masalah. Selalu begitu. Kau memang ahlinya." Sindirnya pedas.

Sementara itu Biu sudah tidak punya tenaga untuk berdebat. Ia menunduk untuk memunguti kertas yang berceceran di lantai.

"Kenapa kau sangat tidak bertanggung jawab?" Cerca Bible tiada henti. Masih belum puas menyudutkan bawahannya itu.

"Maaf pak." Biu memeluk proposal yang sudah kotor itu.

"Jangan memasang wajah seperti itu, aku tidak menganiayamu."

Asisten manager pemasaran itu mengigit bibirnya, jika saja didepannya ini hanya Bible mantan pacarnya, mungkin akan ia siksa habis-habisnya. Sayangnya sekarang yang ia hadapi adalah Wichapas Sumettikul, wakil direktur sekaligus pewaris perusahaan.

"Kerjakan sendirian." Ucap Bible dingin. "Besok pagi aku ingin proposal buatanmu sudah kau antar kemari. Jangan libatkan orang lain di tim."

"Baik pak."

"Ya sudah. Pergilah. Aku lelah melihat wajahmu."

Biu meremas kertas ditangannya, namun ia tetap memasang senyum sembari berpamitan. Meski tidak dijawab oleh Bible bahkan sampai dirinya keluar dari pintu.

Bible masih di sana, di kursi kerjanya. Menatap punggung kecil yang bergetar, mungkin menangis?

Namun siapa peduli? Itu memang tujuannya. Membuat Jakapan Puttha merasa sengsara seperti di neraka.

***

Halo 👋🏻
Hehe cerita ini akan sedikit angst, tapi sedikit aja ya xixi
Selamat siang semuanya 😘❤️

Eerste LiefdeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang