Biu tidak berhenti mengunyah.
Mulutnya penuh dengan makanan, pipinya mengembung, lalu tangannya memegang cake yang tinggal setengah.
Pansa duduk disebelah Jane, ingin mengantongi adik kelas menggemaskan. Sayangnya disebelah si manis duduk dengan wajah datar, putra pemilik yayasan. Si tampan tapi dingin, Bible Wichapas Sumettikul.
"Enyakkk.." Ucap Biu dengan sedikit tidak jelas, karena mulutnya masih penuh dengan gigitan besar cake.
"Makan jangan sambil ngomong." Ucap Bible jutek, namun meski begitu, si remaja kelas dua belas mendorong cake bagiannya kehadapan Biu.
Biu berbinar. "Buwat Biyuw?"
"Astaga." Bible berdecak lagi karena kini Biu mengambil cake yang tadi ia berikan. "Mulut kamu masih penuh."
"Sa, nyerah aja. Kamu gak akan kebagian. Itu adik kelas dah jadi milik Bible." Love memanas-manasi Pansa, membuat gadis itu semakin merasa iri. Bagaimana pun, Biu adalah incarannya.
"Gemes ya mereka." Komentar Jane setengah berbisik.
Bible mengulurkan tangannya untuk menarik tisu, kemudian ia memberikannya pada Biu. "Belepotan."
Jane dan Love hampir mengigit satu sama lain karena melihat betapa lucunya interaksi antara Bible dan Biu.
"Uhhh, aku masih makan." Biu enggan menerima tisu dari Bible, masih sibuk dengan cakenya.
"Jorok." Bible memutar bola matanya, lalu sebagai gantinya, pria muda itu sendiri yang membersihkan sudut-sudut mulut Biu.
Biu menghentikan acara mengunyahnya, matanya berkedip melihat Bible yang dengan telaten menyeka cream yang ada disisi mulutnya.
"Sekarang makan yang bener." Perintah Bible. Remaja kelas dua belas itu kemudian berbalik pada teman-temannya. "Udah kan kalian makannya, mau ngerjaik tugasnya sekarang?"
"Hah?"Jane dan Love tersentak, mereka begitu menikmati momen antara Bible dan Biu.
"Katanya mau ngerjain tugas. Ya udah, kerjain."
***
"Akhirnya beres juga." Ecky merentangkan tangannya. Setelah tiga jam berkutat dengan tugas dari gurunya yang bernama Lisa, mereka akhirnya berhasil menyelesaikannya.
Sebenarnya Bible lah yang bekerja paling keras. Siswa dingin yang biasanya enggan mengerjakan tugas itu, kini dengan baik hati menyelesaikan hampir delapan puluh persen dari tugas yang diberikan gurunya.
"Udah gelap aja." Jane menatap sekeliling, rumah Bible pada malam hari sama sekali tidak menakutkan. Taman indah tadi sore kini telah diterangi lampu-lampu yang cantik.
Para remaja kelas dua belas itu kemudian segera membereskan peralatan belajar mereka. Ingin segera kembali ke rumah setelah seharian berkutat dengan pelajaran yang memusingkan kepala.
"Ecky, aku nebeng ya." Ucap Prim yang langsung dihadiahi anggukan oleh Ecky.
Bible sendiri hanya berdiam diri menatap kehebohan yang dilakukan oleh teman-temannya.
"Biu mana?" Pertanyaan tiba-tiba dari Pansa membuat teman-temannya segera menoleh ke sana kemari, mencari keberadaan mahluk manis yang tadi sedang sibuk mengunyah.
Bible menghela nafasnya, pria itu kemudian menunjuk menggunakan jarinya. "Di sini." Jawabnya santai.
Teman-temannya segera melonggok pada bawah meja, di mana Bible duduk.
"Tidur?" Tanya Prim setelah melihat seonggok daging yang nampak pulas dipaha Bible.
"Hmm.." Jawab si putra tunggal kaya raya itu. "Kalian kalau mau pulang, pulang aja. Nanti Biu biar aku yang antar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Eerste Liefde
FanfictionJakapan Puttha tidak tahu apa yang salah hingga sikap Wichapas Sumettikul begitu dingin padanya. Cinta lama, cinta pertama, cinta remaja, bukankah seharusnya pria tiga puluh tahun itu telah melanjutkan sejak keduanya lulus dari bangku menengah atas...