Coffee And You

183 23 2
                                    

Udara begitu dingin di luar. Dalam mug itu adalah kopi hangat ke sekian yang Yoo Joonghyuk seduh untuk menemani bermalam. Pekerjaan di awal tahun bukan hal yang menyenangkan. Selain para kriminal yang bertambah, ada juga evaluasi catatan-catatan mengenai kejahatan setahun terakhir.

Ponselnya berdering beberapa kali. Panggilan dari kolega-kolega yang sejak sore mengusik dengan ajakan pesta minum malam ini. Yoo Joonghyuk tidak begitu tertarik, dia memilih mengerjakan semua tugasnya lalu pulang dan tidur hingga besok.

Di antara suara tombol keyboard yang ditekan, telepon berbunyi.

Kantor Yoo Joonghyuk bukan pelayanan sipil yang menerima panggilan tiba-tiba karena perampokan atau semacamnya, melainkan tim khusus untuk mencari seorang kriminal tersohor. Pencuri ulung yang berpura-pura menjadi robin hood dengan menjarah semua harta korban yang seluruhnya konglomerat, lalu memberinya pada orang-orang miskin. Pencucian uang, penggelapan, perampokan, pembobolan akun perbankan hingga saham, segala yang berhubungan dengan uang dan kejahatan adalah dia.

Hal itu terlalu heroik, kekanakan, aneh, dan menyebalkan.

Tentu Yoo Joonghyuk pernah bertemu penjahat itu. Umur mereka mungkin sama, atau mungkin Yoo Joonghyuk lebih muda. Menyeramkan? Tidak. Tidak ada aura kejahatan menguar dari matanya. Hanya seorang pemimpi yang terlalu lama hidup dalam angan-angan dan memaklumkan segala hal yang ia lakukan. Tipe yang paling berbahaya dari semua tipe penjahat.

Ketika dering telepon mulai menganggu, Yoo Joonghyuk mengangkatnya. Ia tidak bersuara hingga sambungan di ujung telepon menyapa duluan.

"Joonghyuk-ah, ini ulang tahunku."

Ada debaran dahsyat ketika Yoo Joonghyuk mendengar suara itu. Suara dari orang yang diburunya sejak entah berapa tahun lalu namun selalu lihai untuk kabur.

"Kim Dokja." Ucapnya sembari berusaha menenangkan diri. "Aku tahu." Mengingat Yoo Joonghyuk sudah mengenal orang itu sangat lama, tentu saja mengetahui ulang tahun Kim Dokja sudah seperti mengingat ulang tahunnya sendiri.

"Kau tidak punya sesuatu untuk dikatakan padaku?"

"Apa?" Nada bicara Kim Dokja selalu penuh drama, bermain-main, namun kali ini dia berbeda. Ada sebuah hal yang membuat Yoo Joonghyuk kehilangan rasa gugup dan kemudian bersandar di kursinya. Ia memutar-mutar sejenak, melihat jalanan dari kaca jendela sambil menunggu jawaban.

"Yah apa..." Kim Dokja tidak punya kata. Yoo Joonghyuk yakin bahkan Dokja sendiri tidak menyangka ia akan menghubungi pemburunya.

"Kau tidak punya teman, ya?"

"Huh.. Kriminal memang tidak punya teman."

"Benarkah?"

"Benar." Ada jeda yang sangat kuat setelah itu sampai Kim Dokja kembali bersuara, "Kau akan mencatat itu di memomu?"

"Tidak," kata Yoo Joonghyuk, "Aku akan mengingatnya di kepalaku. Berjaga-jaga untuk hari dimana kau kesepian dan menelpon, agar tidak terlalu terkejut."

"Apa itu caramu mengatakan aku boleh menghubungi kapanpun?"

"Kenapa kau bisa mengartikannya seperti itu?" Anehnya Yoo Joonghyuk tersenyum.

"Bukan???"

"Bukan."

Hening kembali terjadi. Yoo Joonghyuk menggerakkan mouse komputernya. Ia bisa saja memutus panggilan itu sepihak, namun ia menunggu. Menunggu untuk satu dua kata lagi dari pria di ujung telepon.

"Joonghyuk-ah, kau di mana?" Akhirnya suara yang ditunggu muncul.

"Seingatku keberadaanku bukan hal yang harus kau ketahui.." ucapnya, "Justru aku yang harus tahu kau dimana."

One Step AwayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang