01 : Pak Juan, Hi!

66.9K 189 4
                                    

Hari rabu kelabu, awan mendung semakin mendukung suasana suram di ruang kelas Kanya. Kebetulan hari ini adalah pertama sekolah selepas libur semester. Kanya sudah resmi menjadi siswi kelas 12 SMA, itu artinya ia tidak perlu khawatir akan diganggu oleh siapapun.

"Pak Budi pensiun, siapa yang bakal jadi wali kelas kita, ya?" Tanya Arin, teman sebangku Kanya.

"Bu Inge kali? Bu Inge kan ngajar Geografi juga" jawab Kanya dengan asal.

Gadis itu menelungkupkan kepala di atas meja, ia merasa semakin malas sebab cuaca pun seakan tak ingin ia bersemangat hari ini.

"Selamat pagi anak-anak!" sapa seseorang bertubuh gemuk di depan kelas.

"Kenapa juga pak Kepsek kesini segala, makin bikin males aja" keluh Kanya dalam hati.

"Hari ini saya akan memperkenalkan guru baru yang akan menggantikan Pak Budi, mulai sekarang juga Pak Juan yang akan menjadi wali kelas kalian" ujar Pak Kepala Sekolah.

Seorang pemuda berbadan tegap sontak melempar senyum. Gigi bak kelinci yang mengintip sedikit membuat pemuda itu terlihat menggemaskan meskipun badannya jauh dari kata menggemaskan.

"Halo anak-anak selamat pagi, perkenalkan nama saya Juan Adhiyaksa. Kalian bisa panggil saya pak Juan. Mulai hari ini saya yang akan mengajar mata pelajaran Geografi sekaligus bertanggung jawab sebagai wali kelas kalian" terangnya panjang lebar.

Kanya sama sekali tidak merasa tertarik, ia masih menelungkup di atas meja seraya memejamkan mata.

"Kanya bangun! Bangun!" Arin berulang kali mengguncang badan Kanya untuk mendapatkan perhatian dari Kanya.

"KENAPA, SIH?!" tanpa sadar Kanya berteriak sehingga membuat semua orang yang berada di kelas menatap ke arahnya.

"Ada apa, Kanya? Kamu mau mengatakan sesuatu?" Tanya Pak Kepsek dengan wajah bingung.

"Hehe, enggak pak" jawabnya sambil tertawa canggung.

Tanpa sengaja Kanya beradu tatap dengan Juan yang berada di samping Pak Kepsek. Dengan tawa canggungnya Kanya mengangguk kepada Juan yang dibalas dengan kekehan geli oleh pemuda tersebut.

Kanya mencondongkan badannya ke Arin lalu berbisik sangat pelan. "Itu wali kelas baru kita, ya? Ganteng banget" pujinya.

"Iya itu wali kelas kita yang baru, lo sih gue bangunin malah ngamuk-ngamuk" cibir Arin.

Diam-diam Kanya menatap Juan dengan pandangan tajam. Ia bisa melihat dengan jelas beberapa lubang di telinga Juan, semua orang pun pasti bisa melihat beberapa tato yang terukir di punggung tangan milik Juan.

"Dia guru atau gangster, sih?" gumam Kanya dalam hati.

"Nah sekarang kalian bisa kenalan dulu sama Pak Juan, saya harus kembali ke kantor" ujar Pak Kepsek sebelum meninggalkan ruang kelas.

Segera setelah Pak Kepala Sekolah keluar, Kanya mengangkat tangannya dengan semangat. Hal itu menjadi awal kegaduhan sebab temannya yang lain pun tak sabar ingin bertanya juga.

"Pak Juan Pak Juan Pak Juan" suara yang sama terus berulang hingga memekakkan telinga.

"Tenang-tenang tanyanya satu persatu, tadi yang angkat tangan duluan silahkan bertanya terlebih dahulu" ucap Juan berusaha untuk mengurangi kegaduhan.

"Pak Juan umur berapa? Sebelumnya pernah ngajar?" Tanya Kanya.

"Usia saya 27 tahun, dulu sempat mengajar di salah satu sekolah swasta sebelum menempuh magister" jawab Juan dengan senyuman sebagai penutup.

Kanya hanya mengangguk, ia hanya penasaran soal umur Juan. Sementara temannya yang lain bertanya soal status dan hal-hal tak penting lainnya.

Tanpa disadari Kanya beberapa kali mencuri pandang ke arah Juan. Tak jarang pula Kanya tertangkap basah dan tersipu atas tindakan bodohnya.

Umur Kanya memang masih delapan belas, tapi ia tidak terlalu bodoh untuk menyadari bahwa ia tertarik kepada Juan–gurunya sendiri.

---

You Too? 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang