08: Kanya's Home

20.4K 91 5
                                    

Di hari Minggu yang cerah ini, Juan berencana untuk mengunjungi kediaman Kanya. Bukan tanpa alasan, ia mengunjungi rumah muridnya dalam rangka berdiskusi dengan orang tua Kanya karena kebetulan ibu Kanya adalah anggota komite sekolah.

Meskipun baru mengajar selama beberapa bulan, Juan diberi kepercayaan untuk menjadi jembatan antara orang tua murid serta pihak sekolah agar semua acara dan kegiatan di sekolah bisa terkoordinir dengan baik.

Juan sampai di kediaman Kanya pukul 10 pagi, sesuai janji. Seorang wanita paruh baya menyambut kehadirannya dengan senyuman.

“Eh Pak Juan, silahkan masuk, Pak. Ibu-ibu yang lain sudah nunggu.”

“Iya, Bu. Permisi.” jawabnya canggung.

Benar saja. Ketika ia masuk ke dalam rumah tersebut, terlihat sekumpulan ibu-ibu tengah duduk-duduk di ruang tamu. Sedang menunggu kehadirannya.

Entah sudah berapa kali kalimat pujian dilontarkan untuknya.

“Pak Juan ganteng banget, ya.”

“Pak Juan masih muda, ya?”

“Udah punya gandengan belum, Pak?”

“Saya jodohin sama adik saya mau ya, pak?”

Juan hanya bisa tertawa canggung sebelum ibunda Kanya memotong pertanyaan bertubi-tubi tersebut.

“Udah ibu-ibu, kita di sini kan mau ngobrolin acara pensinya anak-anak sebentar lagi. Kok malah jadi fokus sama Pak Juan. Maaf ya, Pak Juan.”

“Iya gapapa, Bu. Mari dimulai. Saya sudah bawa proposal anggaran biaya dari anak-anak, perkiraan biayanya sekitar segini dan seperti ini susunan acaranya.”

Juan berucap seraya menyodorkan sebuah proposal tebal yang sudah dijilid rapi. Pada awalnya para orang tua anggota murid itu terlalu skeptis, mungkinkah dana sebanyak itu bisa berputar baik tanpa ada kendala?

Namun Juan kembali meyakinkan bahwa murid-muridnya pasti bisa. Meskipun mereka masih berusia belia, pasti mereka mampu mengelola dana tersebut dengan bimbingan dan arahan yang benar.

Setelah diskusi yang alot selama kurang lebih 2 jam, akhirnya proposal tersebut disetujui. Sedikit beban mulai luntur dari pundak Juan, tugasnya mulai sekarang adalah mendampingi anak didiknya untuk mendapatkan dana yang cukup dari pihak sponsor. Semoga saja bisa tercapai sesuai target.

Satu persatu para orang tua mulai berpamitan untuk kembali ke rumahnya masing-masing, hingga hanya tersisa Juan dan ibu dari Kanya.

“Pak Juan kemarin habis hukum Kanya, ya?”

“Uhuk....uhuk”

Juan yang sedang mengunyah kudapan tentu tersedak dengan pertanyaan barusan. Mungkin kah ibu Kanya mengetahui kegiatan mereka di ruang Bimbingan Konseling tempo hari?

“Eh maaf Pak, lagi makan kok saya ajak ngobrol. Diminum dulu biar gak nyangkut di tenggorokan.” ucap ibu Kanya sambil menyodorkan gelas berisi air. Juan langsung meneguk air tersebut hingga tandas namun dengan waktu yang agak lama karena merasa belum siap untuk menjawab pertanyaan tersebut.

“Kemarin Arin main kesini terus cerita, katanya Kanya gak bisa jawab pertanyaan Pak Juan.”

Mendengar hal itu Juan bisa bernafas lega, tidak seperti yang ia pikirkan barusan.

“Iya, Bu. Kanya saya hukum kecil-kecilan, biar lain kali serius mendengarkan waktu jam pelajaran”

“Kadang anak-anak emang harus dikasarin sedikit pak, biar paham.”

Juan mengangguk setuju, memang benar terkadang muridnya harus digertak agar tidak berbuat seenaknya sendiri.

Obrolan tersebut harus terhenti saat telepon Ibu Kanya berdering nyaring, ternyata telepon dari salah satu temannya yang mengingatkan akan janji temu sebentar lagi.

You Too? 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang