1

338 13 0
                                    

"Teddy, awasi terus anak angkat saya yah!" Suruh Pak Bagas.

"Wah sial, mau tidak mau aku harus keluar dari organisasi itu," pikir ku (reader) yang mendengar percakapan Pak Bagas dan ajudannya.

Saat jam istirahat siang, aku ingin makan keluar tapi seseorang lebih dulu memanggil nama ku.

"Nak Olive, ayok makan sama sama,"

Aku menggenggam tangan ku, "sial tertunda lagi," umpat ku.

Di meja makan.
"Nak Olive, progres mu sudah sampai mana?" Tanya Pak Bagas.

"Saya baru melindungi jaringan saya pak, dan kalau masih sempat waktunya saya sekalian masukkan data saya," jawab ku.

"Tunda saja, siang ini temani saya lihat desa Harujero," pinta nya.

.
.
.
.
.
.

Sepanjang perjalanan ke desa Harujero aku pun merasa gelisah. Ini pertama kali keluar, setelah mengurung diri berkutat dengan alat elektronik. Bagaimana dengan wartawan yang disana? Orang orang disana? Ah sudahlah pasti banyak orang disana. Aku memikirkan cara supaya tidak bertemu dengan orang yang tak kukenal tapi otakku tidak bisa diajak kerja sama sampai sampai aku sudah tiba di Desa Harujero.

Sial kesekian kali.

"Nak Olive, kalau takut di mobil saja atau cari tempat sepi!"

Aku pun memutuskan untuk menetap di mobil.

"Bang, kenapa ga keluar? Abang kan ajudannya Pak Bagas," ucap ku sambil mengotak ngatik laptop.

Belum di jawab oleh ajudannya Pak Bagas alias Mayor Teddy. Aku pun terkejut melihat notif tanda bahaya di sekitar Pak Bagas.

"Bang, cepat keluar. Temuin Pak Bagas. Ada sniper di gudang X lumayan jauh dari desa ini!" Perintah ku lalu aku keluar dengan laptop yang masih ada di tangan ku.

Aku pun berlari di jalan arah tembakan dari gudang X, dan bang Teddy berlari ke Pak Bagas.

Fokus ku terbagi bagi, fakus ke laptop untuk mencari klompotan berbahaya, jalan di krumunan orang orang, dan orang yg membawa snipper itu.

Zrsst...

"Oliv, sekarang kamu lagi dimana?" Panggilan terdengar dari earphone bluetooth yang sempat ku beri ke Bang Teddy.

"Saya lagi otw ke gudang X,"

"Oliv, jangan berani berani meringkus sendirian,"

"Saluran yang mereka pakai akan susah untuk menghubungi satu sama lain, saya ijin memakai bius penembak dosis tinggi," ucap Oliv.

"Oliv, saya hampiri kmu. Pak Bagas Sudah di tempat yang aman,"

Saat aku menemukan 1 anggota klompotan jahat, aku pun berhasil menembaknya. Menembak dengan obat bius itu keahlian ku, tentunya aku suka. Aku pun meneduh di bawah pohon.

Jika pak Bagas sudah di tempat aman, apa si itu masih bisa nembak? Jarak dari tempat pak Bagas dan gudang itu sangat jauh, kemungkinannya...

Fyi: kalau ada tulisan miring itu batin/pikiran dari Olive yaa

Aku beranjak dari dudukku, dan segera pergi menemui Pak Bagas.
"Bang, balik ke tempat Pak Bagas aja,"suruh ku di earphone bluetooth.

Aku dan bang Teddy berlari menuju Pak Bagas, tiba tiba langkah ku terhenti dan ku dongakkan kepala ku ke atas.

Zrstt...

Sebuah peluru meluncur dari gudang X, aku pun menangkis nya dengan peluru tembakan ku.

Dor...

Peluru lawan mengarah keatas dan mendarat di tempat yang lumayan jauh dari Pak Bagas.

AAA.... Kasian Aaa.../ Candaa hehe

Semua orang berteriak, panik dan berlarian menuju ketempat aman. Aku pun menoleh ke arah Pak Bagas, melihat kondisi nya seperti apa.

Peluru nya sdh mengarah ke tempat lain, tapi pasti tidak semudah ini. Banyak orang yang berlalu lalang dengan pikiran yang terencana.

"Bang, ayok lari ke tempat Pak Bagas," suruh ku lalu Mayor Teddy menarik tangan ku dan kita berlari bersama sama si tengah kerumunan.

Setibanya di tempat Pak Bagas aku merasa ada peluru yang datang dari arah belakang ku. Segera aku menoleh ke belakang dan

Gasp

Dor...

Mata ku membulat kala peluru itu berada di dekat ku, dengan cegatnya aku mengambil pistol Mayor Teddy dan menembaknya,

Dor...
Dor...

Aku menarik pelatuk pistol ku sebanyak 2 kali, satu peluru ku mengenai peluru musuh dan peluru musuh terbagi 2. Peluru ku yang satunya mengenai bahu kanan nya.

Memanfaat kan teriakan orang untuk memberi tahu jika wilayah nya aman, trik murahan.

Dor
Dor
Dor
Dor
Dor

Huek...

Hai guyss, welcome to my book.
Makasi yang sudah baca

Who Am ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang